• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PELAJARAN DARI TURKI (1)

PELAJARAN DARI TURKI (1)
Kisruh di Turki saya kira menjadi pelajaran yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa di pertengahan bulan Juli ini, sekelompok kecil Angkatan Bersenjata Turki melakukan kudeta kepada pemerintahan sipil di bawah Presiden Erdogan.
Pemerintahan Erdogan adalah pemerintahan sipil berdasarkan pemilu yang dilakukan di negeri itu. Selama ini Turki berada dibawah pemerintahan militer dan baru pada decade akhir-akhir ini kemudian negeri ini dibawah pemeritahan sipil yang dipilih langsung oleh masyarakat.
Berdasarkan pemberitaan yang diperoleh melalui berbagai media, bahwa pemerintahan Recep Tayyib Erdogan sebenarnya cukup berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat, terbukti dengan capaian pembangunan ekonomi yang berhasil meningkatkan sumber daya ekonomi. Dari Negara dengan peringkat ekonomi yang rendah kemudian melompat menjadi bagian dari G 20, sebagaimana peringkat Indonesia. Income perkapitanya naik dari 3.300 USD menjadi 11.500 USD. Kenaikan dalam jumlah yang sangat signifikan tentunya.
Di masa lalu, Turki adalah sebuah kerajaan yang sangat masyhur dan menjadi penerus kehancuran Baghdad. Pasca serangan Hulagu Khan, dan kemudian Hulagu Khan dan keturunannya menguasai kerajaan-kerajaan Islam, maka berikutnya adalah Emperium Turki yang menguasai dunia Islam. Bahkan kerajaan Turki menjadi benteng terakhir umat Islam pasca kehancuran kerajaan Abbasiyah di Baghdad.
Turki kemudian menjadi Negara Sekuler, berkat kepemimpinan Kemal Pasya Attaturk, yang mengubah Turki dari Negara Islam menjadi Negara Sekuler. Kemal Pasya menganggap bahwa kemajuan atau modernitas hanya akan dicapai jika agama dipisahkan dari negara. Semua harus diturkikan. Tidak boleh ada pengaruh Arab di dalamnya, bahkan konon adzan pun diganti dengan bahasa Turki. Bagi Kemal Pasya, bahwa Turki harus bisa menjadi bagian Eropa, maka seluruh yang bernilai positif dari Eropa harus diadaptasi.
Melalui perubahan mindset ini, maka Turki menjadi terbaratkan dan hingga sekarang Turki bukan lagi menjadi bagian dari Asia, akan tetapi menjadi bagian dari Eropa. Tidak salah lalu, Turki pun masuk ke dalam Piala Eropa dalam hal sepakbola. Turki menjadi “maju” akan tetapi Turki menjadi bagian dari tradisi Barat, yang memisahkan agama dari negara.
Meskipun pemerintahan Erdogan berhasil mengangkat citra dan realitas pembangunan ekonomi, akan tetapi tetap saja ada elemen yang merasa puas dengan keadaan ini. Di antara yang tidak puas tersebut adalah sekelompok kecil tentara yang merasa akan dipinggirkan di era kepemimpinan Erdogan. Berdasarkan analisis media, bahwa sekelompok kecil elemen masyarakat yang tidak puas itu disokong oleh Fathullah Gulen yang sekarang mukim di Amerika Serikat.
Fathullah Gulen sebenarnya adalah tokoh Turki yang sangat terkenal. Dia juga seorang ulama dan sekaligus pemikir yang andal mengenai masa depan Turki. Sebenarnya dia juga termasuk yang mendukung terhadap pemerintahan sipil di Turki. Beliau adalah orang yang seiring jalan dengan pemerintahan sipil, namun kemudian berpisah jalan, sehingga kemudian pindah ke Amerika Serikat.
Fathullah Gulen tentu menyangkal keterlibatannya dalam kudeta militer yang dilakukan oleh sekelompok kecil angkatan bersenjata ini. Namun demikian, pemerintah Erdogan tetap pada prinsipnya akan menghabisi seluruh komponen yang diduga telah melakukan persekongkolan jahat untuk meruntuhkan pemerintah yang sah. Itulah sebabnya ribuan pejabat baik sipil maupun militer yang diberhentikan karena pembangkangan politik ini.
Rakyat memang mendukung terhadap pemerintahan sipil di Turki. Dukungan tersebut dapat dilihat dari kekompakan rakyat untuk mendukung pemerintah. Mereka melakukan perlawanan terhadap militer yang melakukan kudeta. Rakyat memang merasakan bahwa ada perubahan yang signifikan dalam bidang ekonomi dan agama di Turki di era Erdogan.
Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan anti Erdogan sebenarnya berada di dalam semua lini pemerintah dan militer. Banyak hakim, jaksa dan juga militer yang menjadi “lawan” Erdogan. Mungkin bukan hanya karena factor kesejahteraan yang terpangkas, akan tetapi terkait dengan ideology “mapan” yang diubah oleh Erdogan. Pemulihan kembali moralitas agama di dalam pemerintahan Erdogan mungkin juga menjadi “penyebab” bagi munculnya gerakan anti Erdogan.
Turki memang menjadi makin religious di bawah kepemimpinan Erdogan. Rezim sebelumnya yang memisahkan antara agama dan politik, atau melakukan “pemberangusan” terhadap symbol-simbol agama, seperti jilbab, perayaan tradisi Islam dan sebagainya merasakan bahwa “pengaruhnya” makin sempit. Kelompok secular pasti merasakan bahwa “Islamisasi” Turki akan membawa posisi mereka berada di tubir jurang. Itulah sebabnya, para pesaing Erdogan menginginkan agar kekuasaan Erdogan digantikan dengan orang yang diminatinya.
Peristiwa di Turki kiranya bisa menjadi kaca benggala bagi pemerintahan Indonesia. Jika di Turki kelompok secular masih bercokol dengan kuat, dan sangat memengaruhi kehidupan masyarakat, maka di Indonesia tantangannya sungguh berbeda. Di Indonesia, yang kemudian secara laten membangun jejaring dan penguasaan terhadap beberapa sector public adalah kaum “radikalis”. Kelompok ini telah memasuki “kebanyakan” ruang pemerintah, yaitu di dalam birokrasi, parlemen dan juga militer.
Pemerintah harus melakukan tindakan yang lebih riil, merumuskan action plan terhadap gerakan politik berbaju agama ini. Oleh karena itu, sinergi antar kementerian, sinergi antar unit dan antar program dan kegiatan kiranya memang perlu untuk dimantapkan.
Kita ingin ke depan bangsa dan negara ini tetap lestari dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebinekaan. Mari kita jadikan peristiwa Turki sebagai pelajaran untuk menatap Indonesia ke depan. Jangan ada elemen di dalam tubuh kita yang kelak akan menjadi benalu bagi bangsa ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..