• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA DAN NUZUL AL QUR’AN (17)

PUASA DAN NUZUL AL QUR’AN (17)
Di antara keutamaan agama Islam adalah memiliki Kitab Suci yang terjaga keasliannya mulai pertama kali diturunkan hingga kini. Al Qur’an memiliki kekuatan sebagai Kitab Suci dengan terjaganya dari pemalsuan dan kesalahan. Al Qur’an telah menjadi Kitab Suci dengan orisinalitas yang sangat kuat.
Semenjak diturunkan ayat pertama “iqra’ bismi rabbika al ladzi khalaq, khalaqa al insana min ‘alaq, iqra warabbuka al akram al ladzi allama bi al qalam, ‘allama al insana ma lam ya’lam”. (al Alaq: 1-5). Artinya “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang maha mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.
Bermula dari ayat yang diterima oleh Nabi Muhammad saw di Gua Hira’ ini, maka kemudian secara perlahan-perlahan Allah menurunkannya melalui Malaikat Jibril hingga sebanyak 114 Surat dan 6666 ayat. Dan yang juga membanggakan bahwa Al Qur’an tetap dijaga keasliannya oleh para huffadz hingga sekarang.
Al Qur’an al karim terjaga keasliannya disebabkan Al Quran memang dijaga oleh Allah dengan memberikan hafalan yang baik kepada umat Islam, sehingga Al Qur’an yang berjumlah 30 juz tersebut dapat dihafal dengan baik dan terpelihara hafalannya sedemikian rupa. Allah berfirman “ inna nahnu nazzalna al dzikra wa inna lahu lahafidunz” (Al Hijr: 9), yang artinya secara bebas “sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al Qur’an dan pastilah Kami pula yang menjaga memeliharanya”.
Keterjagaan Al Qur’an disebabkan oleh banyaknya ulama yang menjadikannya sebagai pedoman di dalam mengarungi kehidupan. Al Qur’an dihafal dan diajarkannya. Al Qur’an dihafal dan ditafsirkan dengan ilmu tafsir yang standar, sehingga tidak terjadi penyimpangan di dalamnya. Keistimewaan Al Qur’an dibandingkan dengan lainnya adalah dari keasliannya ini.
Keaslian al Qur’an memberikan jaminan bahwa ajaran Islam memang terjaga kebenarannya. Semenjak Nabi Muhammad saw hingga sekarang Al Qur’an terus dibaca, dipelajari, diteliti dan dijadikan sebagai lahan kajian yang tidak ada henti-hentinya. Al Qur’an dikaji dengan ilmu Islam dan juga ilmu sosial, humaniora, sains dan teknologi.
Tidak ada teks apapun yang melebihi jumlah banyaknya orang yang membacanya (Al Qur’an) dari dulu hingga sekarang. Al Qur’an dibaca dengan kesungguhan apakah mengerti atau tidak mengerti artinya. Semua terjamin akan mendapatkan pahala berlipat ganda. Itulah sebabnya orang terus menerus membaca Al Qur’an kapan dan di mana saja.
Pada bulan puasa seperti ini, al Qur’an menjadi salah satu kitab yang dibaca, dikaji dan diteliti lebih banyak dari buku, kitab atau teks-teks lainnya. Ada tradisi tadarrus Al Qur’an. Di dalam tradisi ini, al Qur’an dibaca secara berulang-ulang, dan juga dikaji dan diteliti maknanya.
Dewasa ini tidak hanya sarjana dan akademisi dari dunia Timur yang mengkaji Al Qur’an, akan tetapi juga para sarjana dari dunia Barat. Ada di antara mereka yang berangkat dari ketidakpercayaannya bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah yang memiliki kebenaran dan juga ada di antaranya yang berangkat dari keyakinan tentang kebenaran Al Qur’an.
Akan tetapi yang menggembirakan bahwa banyak di antara mereka yang justru kemudian menjadi Muslim setelah melakukan pengkajian tentang kebenaran Al Qur’an. Maurice Buchaille, dan Mohammad As’ad adalah contoh di antara para orientalis yang kemudian menjadi Muslim setelah mempelajari kebenaran Al Qur’an. Namun juga ada yang tetap pada keyakinan lamanya, misalnya Snouck Hurgronye, T. Isutzu, hingga Karl Steenbrink yang meskipun mengakui kebenaran Al Qur’an, akan tetapi tetap teguh pada keyakinannya semula.
Di sinilah barangkali letak hidayah Allah. Ada orang yang menjadi muslim karena faktor keturunan seperti kebanyakan orang Indonesia, termasuk saya, dan ada yang memperoleh petunjuk Allah setelah mempelajari al Qur’an. Hidayah itu adalah hak Allah untuk diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya. Allah menyatakan “innaka la tahdi man ahbabta walakkinna Allah yahdi man yasya’. (Al Qashshah: 56) Yang artinya “Engkau tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada siapa yang kamu sukai, akan tetapi hanya Allah saja yang bisa memberikan petunjuk bagi siapa yang dikehendakinya”.
Orang yang mempelajari Al Qur’an juga terkena ketentuan seperti itu. Artinya ada di antara mereka yang memperoleh hidayah, seperti peristiwa Sahabat Nabi Muhammad saw, Sayyidina Umar RA., akan tetapi juga ada seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan sebagainya yang meskipun dia memperoleh penjelasan langsung dari Nabi Muhammad saw, namun tidak juga memeluk Islam dan bahkan memusuhi Islam hingga akhir hayatnya.
Oleh karena itu berbahagialah kita semua umat Islam Indonesia yang bisa memeluk Islam karena keturunan atau kedaerahan. Makanya, sudah sepantasnya bahwa di tengah gelegak kehidupan yang makin kompleks dewasa ini, lalu kita terus mempelajari Al Qur’an atau mengajarkan Al Qur’an. Sekurang-kurangnya kita terus membaca Al Qur’an yang kita cintai itu.
Dengan demikian Al Qur’an yang merupakan satu-satunya kitab suci yang terjaga kesabsahannya dan kesahihannya di dalam rentang sejarah agama-agama, perlu terus untuk didakwahkan kepada umat manusia agar mereka bisa menjadi pemeluk teguh terhadap ajaran agama Islam.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..