• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA DAN RASA KEMANUSIAAN (14)

PUASA DAN RASA KEMANUSIAAN (14)
Rasa kemanusiaan sesungguhnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Rasa kemanusiaan menjadi bagian yang seharusnya mendasari setiap kehidupan manusia. Orang yang memiliki rasa kemanusiaan tentulah orang yang sudah “menjadi” manusia.
Di dalam tradisi Jawa disebutkan seseorang sudah menjadi bagian dari kebudayaan Jawa, jika yang bersangkutan sudah menjadi Jawa atau “wis njawani” atau “wis dadi wong Jowo”. Konsep “menjadi” artinya bukan sesuatu yang given akan tetapi melalui proses pembudayaan di tengah-tengah kehidupan yang sebenarnya.
Makanya, seseorang juga akan memiliki “rasa” kemanusiaan jika yang bersangkutan telah memiliki segala sifat yang terkait dengan kemanusiaan. Di antara sifat yang bercorak kemanusiaan adalah jika yang bersangkutan memiliki konsistensi dalam membangun kerukunan dan keselamatan. Konsep ini bukan sesuatu yang diberi, akan tetapi melalui proses usaha atau pembudayaan.
Ada dimensi yang sangat luas terkait dengan konsep kerukunan ini. Kerukunan bukanlah hasil saja, akan tetapi juga mengandung proses yang jelas. Di dalam konteks ini, maka kerukunan memiliki cakupan antara lain adalah adanya kesepahaman, keselarasan dan harmoni yang dibangun di atas prinsip tidak saling melukai dan memaksakan.
Kesepahaman bukanlah hal yang mudah dicapai, sebab di dalamnya mengandung prinsip yang utama adalah bertemunya mindset dan tindakan untuk saling bersama. Seseorang dengan lainnya bisa bertemu, akan tetapi bisa tidak dalam kebersamaan. Orang bisa berada di dalam satu forum yang sama, akan tetapi belum tentu ada kebersamaan. Oleh karena itu, kebersamaan hanya akan bisa didapatkan kala yang bersangkutan bertemu mindsetnya.
Di sisi lain, kebersamaan bisa juga didasarkan pada kesamaan hati dan perasaan. Bertemunya hati dan perasaan akan membangun kekokohan kebersamaan dimaksud. Dengan demikian, jika seseorang dengan lainnya sudah memiliki kesamaan mindset dan hati serta perasaan, maka mereka akan menjadi bukan sekedar kawan akan tetapi sahabat.
Di dalam konteks ajaran Islam, didapatkan ungkapan bahwa “kita akan mengikuti pada apa yang kita cintai” atau “anta ma’a man ahbabta”. Mencintai tentu merupakan bertemunya mindset, hati dan perasaan dimaksud. Itulah sebabnya Islam mengajarkan agar kita berkumpul dengan orang shaleh tentunya adalah disebabkan dengan berada di lingkungan orang saleh, maka kita akan bisa meneladani kesalehan yang mereka tampilkan.
Puasa mengajarkan agar kita memiliki seperangkat mindset dan hati yang bisa merasakan derita orang lain. Puasa dapat menjadi sarana untuk membangun empati kita dengan orang lain. Puasa bisa menjadi instrumen untuk mengembangkan sikap memahami derita orang lain. Puasa hakikatnya adalah sarana untuk menggembleng rasa kemanusiaan kita.
Adakah kita selalu berempati terhadap orang yang terpinggirkan secara ekonomi, terpinggirkan secara geografis, terpinggirkan secara kekuasaan dan sebagainya. Atau yang lebih riil apakah kita selalu berempati terhadap orang yang kekurangan makan karena kemiskinannya. Inilah ukuran sederhana tentang bagaimana puasa itu akan menyadarkan kita tentang penggemblengan kepekaan social kita.
Adakah selalu kita sisihkan penghasilan kita untuk kepentingan membantu individu atau organisasi yang membutuhkan bantuan untuk perluasan kegiatan atau program yang bersearah dengan pengentasan kemiskinan atau menguatkan SDM berpendidikan dari mereka yang terpinggirkan secara ekonomi.
Jika jawabannya bahwa kita telah melakukannya meskipun dalam kapasitas yang terbatas, maka berarti kita telah memiliki basis kepekaan social yang lumayan baik. Jika kita sudah menyisihkan penghasilan kita sebagian kecil untuk membantu yang kekurangan, maka berarti bahwa kita sudah memiliki dedikasi bagi kebaikan umat.
Oleh karena itu, sesungguhnya puasa dapat menjadi instrument untuk menguatkan kesadaran kita agar bisa menjadi yang terbaik melalui peningkatan kesadaran untuk menolong dan memberikan jalan keluar bagi kesulitan orang lain. Puasa merupakan cara Allah untuk mengajari kita akan arti lapar, dahaga dan menahan nafsu lainnya di waktu siang hari. Makanya, orang yang puasa akan terlatih untuk berempati terhadap kesulitan orang lain.
Dengan demikian, orang yang berpuasa selama sebulan penuh dan hal itu dilakukannya dengan keikhlasan dan kesungguhan, maka akan berdampak pada peningkatan kadar empati terhadap orang lain yang sedang menerima nasib kurang atau tidak baik.
Allah mengajarkan bahwa: “hendaklah kita saling tolong menolong di dalam kebaikan”. Orang yang berpuasa akan mewujudkan di dalam dirinya kesadaran untuk menolong mereka yang sedang dirundung derita.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..