MAKNA PUASA SECARA PSIKHOLOGIS (4)
MAKNA PUASA SECARA PSIKHOLOGIS (4)
Puasa yang diajarkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad saw sebenarnya juga terkait dengan dimensi psikhologis. Bahkan setiap ibadah apapun bentuk dan caranya sebenarnya juga mengandung dimensi psikhologis itu. Misalnya orang menjadi makin tenang setelah melakukan ibadah. Orang merasa bahagia setelah bisa melakukan dzikir dan orang juga merasakan berpengalaman berhubungan dengan Tuhannya.
Berdasarkan penelitian psikhologi agama, maka kala seseorang berada di dalam suasana yang tidak menyenangkan, misalnya terjadi gempa bumi, kecelakaan dan perang, maka yang diingat adalah Tuhan. Mereka yang berada di dalam nuansa ini pasti akan melantunkan doa atau puja dan puji kepada Tuhan.
Sesungguhnya manusia memiliki potensi spiritual yang sekali waktu akan terasa sangat penting untuk didengarkan dan dimanifestasikan di dalam kehidupan. Orang yang berada di dalam suasana genting di dalam kehidupannya dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan akan berusaha untuk berdekatan dengan Tuhan dalam bentuk lantunan kalam Ilahi atau lainnya.
Ada berbagai cara untuk mengekspresikan agama tersebut di dalam kehidupan berdasarkan atas pattern for behavior yang diteladankan oleh Nabi dan Rasul. Seseorang yang menjalankan puasa merupakan bagian dari ekspresi keagamaan sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Muhammad saw. Puasa merupakan salah satu ekpressi keagamaan yang khas, tidak hanya dari pelaksanaannya, akan tetapi juga dari sisi tradisinya.
Puasa sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad saw memiliki sisi kejiwaan. Dimensi psikhologis puasa adalah bagaimana puasa mengajarkan akan sikap dan tindakan kebaikan baik pada waktu puasa sedang berlangsung maupun sesudah puasa terjadi. Puasa mengajarkan kesabaran dan kepasrahan. Bagaimana orang tidak harus sabar di dalam kondisi kritis seperti kelaparan, kehausan dan harus menahan godaan puasa lainnya.
Puasa yang benar adalah jika puasa tersebut bisa memperkuat ketahanan fisik dan spiritual. Melalui puasa dilatih untuk memompa kesabaran dalam menghadapi godaan makanan, minuman dan perilaku seksual di siang hari. Jika hanya dari sisi ini mungkin banyak yang bisa melakukan. Akan tetapi dari sisi menahan untuk tidak marah, menggerutu, mencibir, berkata yang kurang baik sampai menahan pikiran negative tentu bukanlah sesuatu yang mudah. Itulah sebabnya Allah memberi peringatan bahwa ada orang yang berpuasa, akan tetapi hanya memperoleh lapar dan dahaga.
Puasa mempunyai dimensi ketenangan batin. Artinya bahwa orang yang di dalam jiwanya terdapat kesabaran, maka dapat dipastikan di dalam dirinya juga akan memperoleh ketenangan. Melalui kesabaran maka akan terdapat pikiran dan tindakan positif. Bukankah pikiran yang sehat akan membawa kepada kesehatan fisiknya juga. Orang yang mengedepankan amarah akan dapat dipastikan jantungnya akan berdenyut lebih keras dan tentu akan menimbulkan tekanan darah dan aliran darah ke otak yang tidak seimbang atau sebaliknya.
Kesabaran yang diciptakan oleh puasa akan membawa dampak positif bagi metabolism tubuh sehingga akan dapat menciptakan suasana kondusif di dalam mengarungi kehidupan. Tindakan amarah –apalagi yang berlebihan—akan menyebabkan pengaruh tubuh yang negative dan bahkan juga akan berpengaruh pada aura negative pada yang bersangkutan.
Saya tidak tahu secara medis tentang ukuran pengaruh kemarahan terhadap fisikal. Misalnya berapa detak jantung yang diakibatkannya dan bagaimana mekanisme pengaruhnya terhadap tekanan darah dan sebagainya, akan tetapi secara fisikal pastilah setiap orang akan mengetahui bagaimana pengaruh kemarahan dimaksud. Setiap orang yang marah pastilah bahwa denyut jantungnya akan lebih cepat dan bahkan tidak teratur.
Jika kita mengikuti nasehat dokter bahwa orang yang berpenyakit jantung dilarang marah atau bahkan senang berlebihan, tentu memiliki penjelasan bahwa ada korelasi antara kemarahan tersebut dengan mekanisme kerja jantung. Kemarahan akan dapat menjadi pemicu bagi detak jantung dan bahkan kemandegan jantung. Itulah sebabnya orang yang diindikasikan berpenyakit jantung maka harus menghargai jantungnya itu dengan cara berlaku sabar.
Dengan demikian, puasa merupakan medium yang sangat baik untuk membangun kesehatan fisik dan rohani melalui kesabaran dan kemudian akan dapat berpengaruh terhadap perilaku kita secara general.
Marilah kita berpuasa untuk memenuhi panggilan Allah yang sekaligus memiliki dua sisi keuntungan, yaitu keuntungan sehat secara fisik dan juga membawa kepada ketenangan batin secara psikhologis.
Wallahu’alam bi alshawab.