• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MAKNA PUASA SECARA FISIK (2)

MAKNA PUASA SECARA FISIK (2)
Puasa dalam pengertian etimologis disebut menahan. Dalam konteks yang lebih sempit adalah menahan makan, minum dan melakukan relasi suami istri dalam bentuk seksualitas di siang hari. Jadi puasa secara etimologis memang berarti menahan dari hawa nafsu biologis. Makan, minum dan seksualitas adalah hawa nafsu biologis manusia yang paling asasi.
Makanya yang sering ditekankan di dalam puasa adalah agar jangan makan, minum dan berhubungan seks di siang hari karena hal tersebut membatalkan puasa. Larangan untuk melakukan ketiganya adalah larangan fisikal yang memang harus dipatuhi jika ingin memperoleh keabsahan puasa.
Setiap agama sesungguhnya memiliki tradisi puasa ini. Agama Samawi atau yang dikenal dengan sebutan Milllah Ibrahim, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam memiliki tradisi puasa ini. Memang berbeda-beda coraknya, akan tetapi hakikatnya adalah untuk menahan diri dari perbuatan yang memang menjadi larangan puasa.
Al Qur’an menegaskan bahwa puasa memang telah menjadi bagian dari kehidupan umat beragama sebelum Islam secara resmi disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Al Qur’an menjelaskan bahwa: “Ya ayyuhal ladzina amanu kutiba alaikum al shiyam kama kutiba ala al ladzina min qablikum laallakum tattaqun”. Yang artinya kurang lebih: “wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu semua untuk melakukan puasa seperti halnya yang dilakukan oleh umat sebelummu agar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa”.
Ayat ini memberikan gambaran secara nyata bahwa umat beragama sebelum Islam diturunkan kepada Nabiyullah Muhammad saw tentu sudah melakukan puasa tersebut. Puasa telah menjadi tradisi di kalangan kaum agamawan di masa sebelumnya. Meskipun cara dan modelnya berbeda tetapi hakikatnya bahwa puasa tersebut diperuntukkan bagi Tuhannya. Jadi orang beragama berpuasa karena memang ada perintah Tuhan untuk melakukannya.
Umat Islam diwajibkan puasa setiap tahun selama sebulan (29 atau 30 hari) tergantung dari umur bulan ramadhan pada tahun berkenaan. Makanya, umat Islam juga melalukan puasa sebagaimana umur bulan dimaksud. Jika tanggal 29 berdasarkan perhitungan hisab atau rukyat sudah tampak hilal yang menandakan tanggal 1 Syawal akan berlangsung, maka esok harinya masyarakat Islam akan mengakhiri puasanya dan melakukan shalat Idul Fithri. Jika tanggal 29 belum terdapat tanda hilal akan muncul di ufuk waktu sore hari selepas matahari terbenam, maka diistikmalkan atau disempurnakan menjadi 30 hari.
Masyarakat Islam di Indonesia tentu sudah memahami mengenai kewajiban puasa ini meskipun ada sebagian yang belum mengamalkannya. Hal ini tentu merupakan suatu hal yang secara sosiologis sangat masuk akal, sebab ada kelompok orang yang sudah sadar beragama dan ada sekelompok lainnya yang belum sadar beragama. Tentu sangat sulit untuk menyatakan berapa jumlah orang Islam yang sudah melakukan puasa atau belum. Hal ini tentu bisa dimaklumi sebab melaksanakan puasa tidak bisa dilihat secara fisikal sebagaimana ibadah shalat atau haji dan zakat yang memang secara fisikal bisa dilihat. Berpuasa tentu tidak bisa dilihat secara fisikal sebab berpuasa hanya diketahui oleh yang bersangkutan saja.
Secara fisik tentu puasa memiliki sejumlah manfaat untuk kesehatan. Sabda Nabi Muhammad saw: “berpuasalah kamu sekalian agar sehat”. Jika ditilik dari aspek sederhana di dalam kesehatan, maka puasa akan bermanfaat bagi kesehatan disebabkan oleh dekonstruksi fisik dalam melakukan aktivitas pencernaan. Selama 11 bulan alat pencernaan kita dipaksa untuk melakukan serangkaian aktivitas dalam rangka melaksanakan tugas penceranaan makanan. Maka dengan diistirahatkan selama sebulan dan diganti proses pencernaan makanan hanya pada malam hari, maka sesungguhnya kita telah memberikan waktu istirahat yang cukup bagi pencernaan kita.
Dengan berpuasa maka pencernaan dan segala metabolism tubuh yang terlibat di dalamnya akan menjadi normal kembali. Tentu ada banyak toxin yang dikeluarkan tubuh selama menjalankan puasa. Makanya dengan puasa akan dapat diseimbangkan lagi kerja tubuh sehingga akan diperoleh kesehatan yang lebih baik. Melalui keseimbangan tubuh di dalam mengelola kerja fisikal tubuh, maka tubuh akan menjadi sehat. Jadi, berpuasa tentu sangat baik bagi kesehatan.
Janganlah takut berpuasa, sebab Nabi Muhammad saw sudah menjanjikan bahwa puasa akan membawa kepada kesehatan tubuh yang makin baik. Marilah kita berpuasa agar fisik menjadi sehat. Bukankah ada suatu pernyataan yang sudah sangat kita hafal, yaitu: “qalbun salim fi jismin salim”. Yang artinya: “hati yang sehat terletak pada fisik atau tubuh yang sehat”.
Dengan demikian, sudah saatnya kita semua berpuasa agar tubuh dan hati kita menjadi makin sehat. Mari kita jalani puasa dengan benar, dan semoga puasa kita menjadi puasa yang maqbul.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..