• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HADAPI PEKERJAAN KANTOR DENGAN MENTALITAS YANG KUAT

HADAPI PEKERJAAN KANTOR DENGAN MENTALITAS YANG KUAT
Ada suatu acara yang sangat penting di dalam tata kelola kesekretariatan Kementerian Agama (Kemenag) yang dilakukan oleh Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian Agama, yaitu Program Pembinaan Motivasi Kerja Pegawai Biro Umum Kemenag Tahun Anggaran 2016 yang diselenggarakan di Hotel Seruni Puncak Bogor, Rabo, 1-3 Juni 2016. Acara ini dihadiri oleh segenap jajaran pegawai Biro umum Kemenang dan dilaksanakan selama tiga hari.
Selain pemberian materi mengenai peningkatan budaya kerja Kemenag, juga disampaikan materi mengenai motivasi kerja dan tata kelola kepegawaian. Acara yang sangat menarik ini dihadiri oleh sebanyak 300-an orang dari Biro Umum Kemenag. Ada pejabat eselon 3, satpam, sopir, cleaning service hingga penata taman kemenag dan pramusaji kemenag.
Di dalam kesempatan ini, saya menyampaikan tiga hal yang saya anggap penting, yaitu: pertama, apresiasi terhadap kegiatan yang penting ini. Acara ini dapat menjadi wahana untuk saling bersilaturrahim di antara warga biro umum. Setiap kegiatan yang dilakukan hakikatnya adalah forum untuk saling mengingatkan apa yang seharusnya kita lakukan. Forum seperti ini menjadi penting untuk memberikan pemahaman kepada seluruh aparat kemenag agar terus menjaga palayanannya terhadap masyarakat dengan pelayanan yang optimal.
Kedua, setiap pekerjaan sesungguhnya mengandung dimensi positif tetapi juga mengandung aspek negative. Yang termasuk aspek positif adalah bekerja menghasilkan pendapatan dan yang negative adalah menghasilkan tekanan. Bahkan yang lebih parah jika menghasilkan stress. Oleh karena itu ada beberapa tips yang dapat dijadikan sebagai cara untuk mencegah pekerjaan menjadi tekanan dan menjadikannya sebagai wahana untuk rekreatif dan juga ibadah kepada Allah swt.
1) hendaknya kita selalu berpikir positif atau positive thinking. Di dalam konteks keagamaan disebut dengan husnudz dzon atau berbaik sangka. Orang yang berpikir positif akan bisa menghasilkan energy positif dan energy positif akan menghasilkan kekuatan fisik dan rohani yang luar biasa. Orang yang selalu berpikir positif akan dapat menatap setiap yang terjadi di alam alam ini berdasarkan atas cara pandang bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari ketentuan Tuhan. Tidak ada sesuatu yang lahir atau ada tanpa seoengatahuan dan af’alnya Tuhan. Kita dilarang oleh Allah untuk suudz dzon atau berburuk sangka. Suudz dzon akan menghasilkan energy negative dan akan menuntun kita kepada keburukan fisik dan juga psikhis. Orang yang selalu berburuk sangka akan selalu melihat dengan kacamata negative. Bahkan orang berbuat baik pun dicurigai sebagai akan melakukan sesuatu tindakan yang merugikan. Baik sangka akan menghasilkan kepasrahan kepada Allah, bahwa segala sesuatu yang terjadi hanyalah semata-mata takdir Allah. Jika ada orang berbuat tidak baik harus dianggap bahwa yang bersangkutan sedang menjalankan darmanya untuk mengingatkan kita agar selalu membangun relasi dengan Tuhan.
2) harus menjadi diri sendiri. Kita boleh untuk meminta support kepada siapa yang kita anggap dapat memberikan dorongan agar kita bisa keluar dari masalah yang kita hadapi. Akan tetapi bahwa keputusan terakhir tetap ada di tangan kita. Allah memberikan kemampuan rasional kepada manusia untuk memilih mana tindakan yang paling relevan dan penting untuk dilakukan. Rational choice inilah kekuatan manusia dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Oleh karena perubahan harus datang dari kita sendiri. Allah tidak akan mengubah nasib sebuah kaum kecuali kaum itu sendiri yang melakukan perubahan. Jadi maka kita tidak boleh menggantungkan kehidupan kita kepada orang lain. Kita harus menjadi diri kita sendiri. Jika ada bantuan dari orang lain maka hal itu harus dianggap sebagai support belaka dan bukan penentunya.
3) Hadirkan spiritualitas di dalam kehidupan. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki potensi spiritual. Masyarakat yang paling primitive pun memiliki potensi spiritual ini. Makanya, potensi spiritual itu harus diaktualkan di dalam kehidupan kita. Jadi manusia memiliki spiritual choice di dalam kehidupannya. Bukankah di dalam ibadah kita ditekankan bahwa “sesungguhnya shalat kita, kehidupan kita, dan kematian kita hanya untuk Allah semata.” Dengan konsepsi ini, maka kala kita memiliki problem kehidupan selayaknya perlu kita sambaungkan dengan Allah lewat berbagai cara ibadah yang bisa dilakukan. Makanya penting ditanyakan kepada diri kita, kapan kita dzikir kepada Allah, kapan kita salat malam untuk Allah, kapan kita sedekah untuk Allah dan sebagainya. Hakikat ibadah apakah yang bercorak kemanusian atau lainnya, hakikatnya adalah untuk Allah. Makanya ketika kita sedang menghadapi masalah kehidupan juga haus mengadukannya kepada Allah. Jika diperlukan solusi atau support penyelesaian hakikatnya adalah instrument saja dan bukan factor utama penyelesaian.
Dengan demikian, maka kita akan dapat bekerja dengan optimal jika kita menempatkan diri kita itu di dala kerangka pengabdian kepada Allah. Makanya, harus dijaga kebersamaan, dijaga kebaikan lingkungan kerja kita dan juga dijaga soliditas kita di dalam bekerja. Jika ini bisa dilakukan, maka tekanan kerja akan dapat menjadi potensi kebaikan. Ubahkan masalah menjadi berkah.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..