MEMBANGUN IMAJE KEMENTERIAN AGAMA
MEMBANGUN IMAJE KEMENTERIAN AGAMA
Hari Jum’at, 22 April 2016 menjadi tonggak penting di dalam kerangka membangun imej Kementerian Agama (Kemenag). Tentu hal ini dikaitkan dengan acara yang bertema “Apa Kata Media Tentang Kementerian Agama”. Acara ini memang dikemas di dalam kerangka untuk memberikan masukan kepada seluruh jajaran Kementerian Agama Pusat dan Daerah mengenai betapa pentingnya media sebagai instrumen untuk membangun imej kementerian.
Acara ini memang didesain dengan mendatangkan para pimpinan perguruan tinggi di bawah koordinasi Kementerian Agama, para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi, seluruh pejabat Eselon II dan yang terkait. Acara yang diinisiasi oleh Pusat Informasi dan Humas (PINMAS) Kementerian Agama ini menjadi ajang bagi warga Kemenag untuk memahami bagaimana media melihat Kementerian Agama.
Selain memaparkan tentang pendapat media tentang Kementrian Agama, juga diselenggarakan diskusi untuk membahas tentang tema ini. Yang menjadi nara sumber adalah Pak Lukman Hakim Saifuddin, Menag, saya dan Pak Sigit sebagai pengamat Media. Di antara yang menarik mengenai “apa kata media tentang Kementerian Agama” adalah tentang figur-figur yang menjadi news maker. Yang menggembirakan bahwa respon media terhadap Kemenag ternyata memang luar biasa.
Kita bersyukur sebab berdasarkan survey media, bahwa yang sangat menonjol adalah Pak Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama. Beliau pemegang rekor sumber berita di Kemenag. Ada ratusan pernyataannya yang diunggah di media, baik media cetak, televisi maupun media on line. Lalu ada beberapa nama, seperti Pak Abdul Jamil, Pak Machasin, Pak Nurkholis, saya dan Pak Kamaruddin Amin. Dan ada beberapa nama lainnya. Mereka menjadi news maker di media mainstream, baik di Koran, TV maupun media on line.
Surprise juga bagi saya, sebab selain harus mengantarkan acara ini, saya juga didapuk untuk menjadi pembicara. Acara ini dipandu oleh Pak Hadi Rahman, staf khusus Menteri Agama, yang mantan wartawan. Sebagai narasumber dadakan untuk mengkritisi “Apa Kata Media tentang Kementerian Agama”, maka saya sampaikan tiga hal penting.
Pertama, peran Pak Menteri Agama sebagai Humas kemenag. Sering saya ungkapkan bahwa humas Kemenag bukanlah orang-orang yang berada di dalam struktur kehumasan kemenag, akan tetapi seluruh ASN Kemenag adalah humasnya Kemenag. Dan kita sangat bersyukur sebab Humas nomor satu kemenag adalah Pak Menteri Agama. Jika kita menilik angka ratusan pernyatannya yang diungkap melalui media, maka hal ini menggambarkan bahwa Beliau memang memiliki talenta yang sangat bagus sebagai news maker. Ada dua hal, yang menurut saya kenapa Pak Menteri Agama ini digandrungi oleh media, yaitu: dari aspek artikulasi dan pernyataannya yang selalu update dan berbobot. Selalu ada hal baru yang mempengaruhi media atau agenda setting media. Bukankah media selalu mencari sesuatu yang yang terbaru dan kekinian. Lalu dari aspek gesture. Saya kira Pak Menteri memang memiliki media face. Jadi media juga akan sangat suka untuk menapilkan postur Beliau yang memang pantas untuk menghiasi media. Gabungan di antara keduanya tentu menjadikan adanya ketertarikan media terhadapnya.
Kedua, dari sisi konten berita. Ternyata bahwa haji menjadi sasaran berita yang sangat tinggi. Haji menjadi trending pemberitaan di dalam banyak aspek. Selain kita memang menyediakan khusus wartawan peliputan haji pada saat musim haji, maka dunia media juga sangat tertarik memberitakannya. Sebagaimana yang diungkapkan Pak Menteri Agama, bahwa separoh ari urusan haji adalah separoh urusan kementerian agama di dalam pandangan masyarakat. Maka pantaslah jika semua mata tertuju pada pemberitaan haji. Jika jumlah haji sebanyak 168.800 orang, maka berapa banyak keluarga, handai taulan, pengamat dan pemerhati haji yang membaca berita tentang haji. Maka jumlah pembacanya dirasakan cukup eksak angkanya. Berbeda dengan berita-berita lain yang jumlah pembacanya kurang jelas. Menurut saya, bahwa tema-tema pemberitaan haji harus didesain oleh Pinmas sedemikian rupa sehingga tidak hanya berita negative saja yang diungkap media, akan tetapi juga pemberitaan positif lainnya. Selain ini adalah isu tentang kerukunan umat beragama, yang saya kira juga cukup sensitive untuk diberitakan. Oleh karenanya isu tentang kerukunan beragama, konflik beragama dan harmoni kehidupan beragama juga menjadi tema yang diminati oleh media.
Ketiga, media memiliki agenda setting untuk pemberitaan. Jangan dilupakan bahwa media memiliki caranya sendiri untuk menentukan mana berita yang layak dipublis dan mana yang tidak. Jika kita menggunakan ukuran kasar, maka berita tentang pendidikan Islam nyaris tidak terdengar gaungnya dari Harian Kompas. Kompas akan lebih tertarik untuk memberitakan urusan kerukunan atau konflik beragama. Jadi jangan berharap ada tulisan atau berita tentang pendidikan Islam yang dimuat untuk diblow up di Koran kompas. Jika ada pemberitaan biasanya terkait dengan masalah dan bukan prestasi atau semacamnya. Yang memberitakan tentang banyak hal tentang agama dan Kemenag adalah Republika. Memang haru diakui bahwa Koran Republika memang seakan menjadi corong umat Islam, sehingga nyaris seluruh berita tentang aktivitas Kemenag selalu berada di dalam pemberitaannya.
Menyimak terhadap hal ini, maka dapat dipastikan bahwa ada keterkaitan antara misi media dengan konten berita dan subyek sumber berita. Oleh karena itu, dirasakan sangat penting menjaring kerjasama dengan media di dala, kerangka untuk membangun imej lembaga atau organisasi.
Jika kemenag ingin membangun citra yang lebih baik, maka tentunya humas Kemenag harus semakin kreatif untuk menjaring kerjasama dengan media agar upata pencitraan yang diinginkan akan dapat dicapai.
Wallahu a’lam bi al shawab.