• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

FAKULTAS DAKWAH DI ERA KOMPETISI (2)

FAKULTAS DAKWAH DI ERA KOMPETISI (2)
Saya selalu bersyukur sebab ghirah untuk mengembangkan Fakultas Dakwah itu terus terjadi. Di kalangan pimpinan Fakultas Dakwah masih ada semangat untuk mengembangkannya. Salah satu yang menarik adalah dengan perubahan nomenklatur Fakultas Dakwah menjadi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Perluasan mandate ini menjadi penting terkait dengan upaya untuk mengembangkan Fakultas Dakwah agar memiliki cakupan keilmuan yang lebih luas namun terfokus.
Selain problem pengembangan keilmuan dakwah yang tampak mandeg, maka problem yang tidak kalah serius adalah tentang pengembangan kelembagaan pada Fakultas Dakwah atau program studinya. Bisa dibayangkan bahwa keberadaan program studi yang ada di Fakultas Dakwah sudah semenjak tahun 1985-an dan sampai sekarang belum pernah dilakukan upaya untuk meninjau ulang keberadaannya.
Semula memang hanya ada satu jurusan saja, yaitu jurusan Ilmu Dakwah. Akan tetapi lalu berubah menjadi jurusan Penyiaran dan Penerangan Agama Islam (PPAI) dan Bimbingan Penyuluhan Masyarakat (BPM), lalu yang terakhir menjadi empat jurusan, yaitu Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI), Manajemen Dakwah (MD) dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Empat jurusan inilah yang terus bertahan selama 36 tahun hingga hari ini.
Ada dua bagan analisis yang kiranya bisa dikaitkan dengan keberadaan program studi atau jurusan ini, yaitu: pertama, untuk menjawab pertanyaan apakah program studi ini relevan dan berkorelasi dengan keilmuan dakwah. Jawaban ini sangat penting untuk memahami bahwa semua program studi seharusnya terkait dengan pohon ilmu dakwah. Kedua untuk menjawab pertanyaan apakah program studi yang dikembangkan itu relevan dengan kebutuhan masyarakat mengenai program studi ini.
Melalui bagan analisis ini, maka bisa diketahui apakah semua program studi di Fakultas Dakwah memiliki relevansi yang kuat dengan keilmuan dakwah atau tidak, lalu memiliki keterkaitan dengan problem kebutuhan masyarakat atau tidak. Dengan demikian, maka setiap program studi akan teruji di dalam kerangka pengembangan ilmu dakwah dan juga tuntutan pengembangan atau jawaban atas kebutuhan masyarakat.
Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) rasanya memang perlu untuk dikaji ulang. Apakah memang harus ditambah dengan kata “penyiaran”. Apakah tidak mungkin untuk menjadi program studi “Komunikasi Islam” saja. Secara terminologis, kata penyiaran tentu sudah terkover di dalam kata “komunikasi”. Komunikasi Islam terkait dengan segala dimensi “penyebaran Islam” atau “tabligh” baik secara verbal (retorika), cetak (tulisan), maupun audio visual (gambar, lukisan dan tayangan televisi dan sebagainya). Kompetensi yang diharapkan adalah untuk mencetak ahli dakwah melalui medium komunikasi lesan, komunikasi audio visual atau media cetak di dalam dakwah.
Sebagai konsekuensi wider mandate, maka tentu harus ada program studi ilmu komunikasi. Ilmu ini memang bagian dari ilmu sosial dan memang layak masuk ke dalam fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, akan tetapi sebagai keunikan Universitas Islam, maka prodi ilmu Komunikasi bisa menjadi bagian dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Kompetensi dari lulusan prodi ini adalah untuk mencetak sarjana yang mumpuni di dalam menggunakan dan memanfaatkan media komunikasi lesan, audio visual dan media cetak dalam konteks kebutuhan media dan masyarakat.
Jurusan atau prodi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) merupakan program studi yang penting sebab melalui program ini seharusnya dapat dihasilkan rekayasa sosial (social engineering) tentang bagaimana corak dan bentuk masyarakat Islam ke depan. Program studi ini bisa menjadi bagian dari ilmu dakwah terkait dengan upaya untuk membangun komunitas dan masyarakat Islam berbasis pada perencanaan partisipatif dan program partisipatif.
Sementara itu jurusan manajemen dakwah dirasakan juga penting mengingat semakin banyaknya lembaga-lembaga dakwah yang membutuhkan tenaga-tenaga professional untuk mengelola organisasinya. Di dalam konteks ini, maka kompetensi alumni Fakultas Dakwah sesuai dengan jurusan ini adalah untuk mencetak ahli manajemen di dalam mengelola lembaga-lembaga dakwah. Manajemen modern dengan berbagai teori dan aplikasinya kiranya diperlukan untuk menata lembaga sosial keagamaan yang terus tumbuh di negeri ini. Rasanya yang diperlukan adalah untuk memperkuat focus pengembangannya saja.
Jurusan yang masih bisa diperdebatkan adalah jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Secara urgensi tentang kebutuhan mungkin memang masih diperlukan, terutama di tengah semakin derasnya arus modernisasi yang ternyata membawa dampak bagi keluarga-keluarga muslim. Banyak keluarga yang mengalami disorientasi, disharmoni dan kekerasan yang disebabkan oleh tekanan-tekanan eksternal yang terjadi. Oleh karena itu, jika dirasakan masih sangat diperlukan tentu program studi ini masih bisa untuk dipertahankan. Catatannya adalah coba didialogkan dengan berbagai problem sosial yang terus mendera komunitas muslim.
Bukankah terdapat banyak problem narkoba, pornografi, kekerasan, dan sebagainya yang sesungguhnya menjadi problem akut bagi sebagian masyarakat Indonesia. Di dalam hal ini, maka prodi bimbingan dan konseling islami menjadi arus penting. Masalahnya adalah bagaimana mendiversifikasikan fokus pada program ini.
Pemilahan prodi sebagaimana diuraikan di atas lebih bercorak problem solving. Prodi Bimbingan Konseling Islam, lalu prodi Pengembangan Masyarakat Islam dan manajemen dakwah merupakan contoh prodi-prodi yang didasari oleh dasar pemikiran bahwa dakwah adalah upaya untuk menyelesaikan masalah. Makanya, yang diperlukan adalah bagaimana dakwah bisa menjawab tantangan masyarakat yang semakin kompleks ini.
Sebagai ilmu praksis, memang ilmu dakwah di dalam dirinya mengandung bagan skematik problem solving. Makanya, jika program studi yang dikaji merupakan bagian dari penyelesaian masalah tentunya bukan hal yang aneh. Itulah sebabnya baik pendekatan faktor maupun pendekatan sistem keduanya tetap bertumpu pada dimensi in put, process dan out put ke out come. Yaitu masukan, proses dan keluaran lalu produk.
Jika demikian halnya, maka yang menarik dikaji adalah bagaimana tetap melakukan analisis secara lebih radikal tentang keterkaitan program studi pada Fakultas Dakwah dan ilmu Komunikasi, sambil tetap berpedoman bahwa sebagai ilmu praksis aau applied science, maka kompetensi lulusan fakultas ini adalah untuk mencetak ahli dakwah –sebagai ilmuwan atau prakstisi—yang ke depan akan bermanfaat bagi pembumian Islam di Nusantara.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..