HADAPI MEA DENGAN MEMPERKUAT KOMPETENSI
HADAPI MEA DENGAN MEMPERKUAT KOMPETENSI
Di dalam kesempatan saya menghadiri wisuda Diploma III, sarjana Strata I dan Strata II Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro Lampung (31/03/2016), saya berkesempatan untuk memberikan wawasan terutama menghadapi MEA yang sekarang sedang menjadi perbincangan kuat, terutama menyangkut kesiapan kita untuk menghadapinya.
Hadir di di dalam wisuda ini adalah Ketua STAIN Jurai Siwo Metro Lampung, Prof. Enizar, dan seluruh civitas akademika, jajaran pemerintah daerah Metro Lampung, Rektor IAIN Lampung Prof. Mohammad Mukri, Kakanwil Lampung, Suhaili, dan juga Ketua Alumni STAIN Metro Lampung, Haiatin Shalihatin. Acara wisuda diikuti oleh sebanyak 580 lebih wisudawan dan wisudawati.
Di dalam kesempatan ini saya sampaikan bahwa kita sedang menghadapi tantangan yang luar biasa di tengah Masyarakat Eknomi Asean (MEA), yaitu Sumber Daya Manusia Indonesia yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan, rendahnya kaulitas kompetisi kita di tengah globalisasi dan juga kualitas pendidikan yang belum sesuai dengan yang diharapkan.
MEA adalah keharusan untuk dihadapinya. Tidak ada kata mundur atau mengindarinya. Harus dihadapi dengan kekuatan kita sebagai bangsa yang besar. Makanya, kita harus mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh agar kita tidak tertinggal dengan Negara lain yang juga terus berkembang.
Salah satu yang menjadi tantangan kita adalah arus bebas tenaga kerja. Ke depan akan didapati arus tenaga kerja yang datang ke Indonesia dengan jumlah yang makin banyak. Tidak hanya puluhan ribu atau ratusan ribu akan tetapi akan menjadi jutaan dengan berbagai varian kebangsaannya. Ada Cina, Korea, Thailand, Jepang, India dan sebagainya. Mereka akan menjadikan Indonesia sebagai lahan untuk mengais pendapatan.
Makanya di dalam menghadapi semua ini tidak ada lain yang harus dipersiapkan kecuali dengan kompetensi yang baik agar kita dapat berkopetisi dengan bangsa lan atau tenaga kerja lain yang akan dating ke bumi Indonesia. Kompetensi dan kompetisi adalah dua kata yang memiliki arti sangat penting di tengah MEA dengan arus bebas tenaga kerjanya.
Perguruan tinggi tentu diharapkan agar dapat menjadi penggerak bagi terciptanya insan akademis dan professional untuk menghadapi MEA. Kita harus melakukan perubahan demi perubahan untuk memperkuat kompetensi kita sebagai bangsa. Rangking kompetisi bangsa sebagaimana tercantum di dalam Global Competitiveness Index (GCI) memang cukup menggembirakan, secara perlahan ada kenaikan yang signifikan. Sekarang kita sudah menduduki rangking 34 setelah tahun sebelumnya di urutan 38. Memang masih kalah disbanding dengan Malaysia dan Thailand, akan tetapi dengan kenaikan ini juga memberikan gambaran bahwa ada kemajuan yang signifikan.
Perguruan tinggi harus menghasilkan tenaga-tenaga akademis dan professional yang baik. Oleh karena itu, diperlukan beberapa upaya untuk membenahi kompetensi mahasiswa. Jangan hanya terpaku pada kemampuan sesuai dengan hard skilled saja, akan tetapi mahasiswa juga harus diberikan tambahan soft skilled yang akan dapat dijadikan sebagai modal di dalam menghadapi persaingan.
Yang perlu dipikirkan dan dilaksanakan adalah bagaimana merumuskan ukuran kompetensi yang unggul, misalnya dengan memperkuat basis keilmuan mahasiswa melalui penguatan kurikulum yang memiliki kompetensi yang baik. Agara perguruan tinghi merumuskan ukuran yang tepat untuk mendeteksi apakah dengan kurikulum dan silabus yang digunakan sekarang sudah dapat menjadi ukuran baku untuk memperkuat kompetensi mahasiswa.
Lalu yang tidak kalah penting juga agar perguruan tinggi merumuskan kemampuan soft skilled apa yang kiranya relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Kebutuhan tentang teknologi informasi (TI) rasanya menjadi sangat penting. Mahasiswa harus memiliki kemampuan dasar mengenai TI sehingga ketika yang bersangkutan menghadapi dunia kerja yang membutuhkan kemampuan dasar TI tersebut, maka yang bersangkutan dapat melakukannya.
Saya kira ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh perguruan tinggi kita di dalam menjawab tantangan MEA. Hanya saja memang dibutuhkan tenaga ekstra dari pimpinan dan dosen perguruan tinggi untuk menyiapkan lulusan yang kompeten dan kompetitif, agar kita dapat tetap menjadi pemain kerja di negeri kita sendiri.
Wallahu a’lam bi al shawab.