GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL (2)
GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL (2)
Pada tahun 1960-an memang situasi politik sungguh sangat keras. Pertarungan ideologi kapitalisme dan sosialisme sangat mengedepan. Kapitalisme dibawah komando Amerika Serikat dan Blok Barat, sedangkan Sosialisme dibawah komando Uni Soviet dengan sekutunya blok Timur.
Pertarungan Blok Barat dan Timur ini sedemikian kuat dan masing-masing berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempengaruhi wilayah lain. Dan yang menjadi sasaran pengaruh adalah wilayah Asia dan Afrika. Sudah ada banyak negara-negara di Asia yang terpengaruh Blok Timur, misalnya Korea Utara, Cina dan lain-lain. Sementara Korea Selatan, Malaysia, Singapura dan beberapa lainnya terpengaruh dengan sistem kapitalisme atau Blok Barat.
Di tengah carut marut perpolitikan dunia, terutama pertarungan politik Barat dan Timur, maka Presiden Soekarno menggagas pentingnya Tri Sakti, yaitu perlunya Indonesia memiliki kemandirian, yaitu kemandirian politik, kemandirian ekonomi dan kemandirian kepribadian. Bangsa Indonesia harus memiliki kemandirian di tengah arus pertarungan politik tersebut.
Konflik tersebut mengilhami munculnya gagasan Presiden Soekarno untuk membangun kemandirian politik Indonesia. Melalui kecerdasannya, maka Beliau menggagas perlunya persatuan negara-negara yang tidak terkooptasi ke Blok Barat atau Blok Timur. Makanya, didirikanlah Gerakan Non Blok, dengan Indonesia sebagai pemrakarsanya.
Makanya, di Indonesia diselenggarakan Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Non-Blok yang pertama di Bandung. Gagasan besar Soekarno inilah yang mengilhami munculnya Gerakan Non-Blok yang sangat monumental tersebut. Nama Kota Bandung menjadi sangat terkenal di seantero dunia berkat pelaksanaan KTT dimaksud.
Kemandirian politik bagi Indonesia adalah manakala tidak terkooptasi di dalam salah satu Blok negara-negara yang sedang berseteru. Gerakan Non-Blok dimaksudkan sebagai kekuatan penyeimbang antara Barat dan Timur di mana melalui gerakan ini akan didapatkan perimbangan kekuatan dimaksud. Itulah sebabnya, Indonesia lalu tidak terlibat di dalam berbagai event termasuk olahraga yang diselenggarakan oleh negara-negara yang tergabung di dalam Blok Barat maupun Blok Timur.
Selain itu juga digagas mengenai kemandirian ekonomi. Sebagaimana dipahami bahwa kedua Blok saling bersaing di dalam kepentingan ekonomi. Blok Soviet dengan sistem sosialis-komunisme, sedangkan Blok Barat dengan sistem kapitalis-materialisme. Indonesia dengan gerakan Non-Bloknya berupaya agar sistem ekonomi yang dikembangkan tidak mengikuti salah satu model tersebut.
Makanya, Indonesia pernah menolak bantuan Blok Barat dengan ungkapannya yang sangat popular “go to hell with your aids”. Memang harus diakui bahwa gagasan Presiden Soekarno ini luar biasa. Artinya, sebagai negara yang baru saja mencapai kemerdekaannya, akan tetapi secara politis dan ekonomi menginginkan suatu sistem yang mandiri terbebas dari pengaruh sistem ekonomi yang mendominasi dunia kala itu, yaitu sistem kapitalisme dan sistem komunisme.
Di era ini, maka juga dikenal istilah Nekolim atau Neo-Colonialism untuk menyebut cara-cara baru negara-negara Barat yang melakukan penjajahan tidak dengan penjajahan fisik atas suatu wilayah, akan tetapi melalui penjajahan secara ekonomis. Dikuasainya negara-negara yang baru merdeka dengan hutang-hutang untuk pembangunan. Melalui sistem ini, maka akan terdapat ketergantungan secara ekonomi dan politik negara-negara yang baru merdeka tersebut kepada negara-negara adidaya.
Yang juga tidak kalah penting adalah mengenai kemandirian kepribadian berdasar atas nilai sosial budaya. Gambaran dari keinginan ini adalah agar bangsa Indonesia memiliki kemandirian karakter bangsa yang sangat kuat, yaitu masyarakat Indonesia baru, yang beretos kerja tinggi, berhati putih, semangatnya seperti baja dan kuat seperti elang rajawali serta menyala-nyala seperti api.
Melalui kepribadian bangsa yang seperti itu, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dan menghasilkan kesejahteraan. Tidak ada bangsa yang bisa mencapai derajat yang tinggi di dalam menyejahterakan dirinya terkecuali bangsa yang memiliki etos kerja yang tinggi dan semangat berjuang yang terus menyala dan berkobar-kobar.
Kepribadian bangsa ini dibangun di atas nilai-nliai luhur consensus bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebinekaan. Melalui nilai-nilai yang sudah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia tanpa membedakan ras, agama, suku bangsa dan adat istiadat inilah maka Indonesia akan menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa lain.
Tri Sakti yang pernah digelorakan oleh Presiden Soekarno tahun 1963 inilah yang oleh Presiden Joko Widodo ingin ditegakkan kembali melalui berbagai program dan kegiatan yang memiliki tujuan untuk menjaga kehadiran negara pada masyarakat.
Jadi, sesungguhnya ada kesadaran untuk kembali kepada sejarah bangsa yaitu menghadirkan nilai-nilai yang sebenarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia di masa dahulu, sekarang dan yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.