• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MAKNA PENGHARGAAN BAGI KEMENTERIAN AGAMA

MAKNA PENGHARGAAN BAGI KEMENTERIAN AGAMA

Kementerian Agama (Kemenag) merupakan instansi pemerintah yang paling banyak disorot oleh masyarakat di tengah era reformasi birokrasi yang tengah digalakkan oleh pemerintah. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat wajar,  sebab Kemenag tidak hanya mengatur urusan duniawi semata, akan  tetapi juga terkait dengan pelayanan bagi orang yang ingin masuk surga.

Dalam pikiran saya, bahwa tidak ada seorang pun yang di dalam hidupnya bercita-cita masuk neraka. Gambaran neraka yang seram dan menakutkan tentu menyebabkan bagaimana pun perilaku seseorang,  maka pada akhirnya ingin khusnul khatimah. Dan Kemenag dipandang orang sebagai institusi yang akan dapat mengantarkan ke arah itu.

Meskipun masih ada orang yang meragukan Kemenag terkait dengan upaya reformasi birokrasi, namun demikian secara lambat tetapi pasti bahwa Kemenag mulai menunjukkan dirinya sebagai instansi pemerintah yang memiliki kemampuan berubah lebih cepat dari perkiraan banyak orang. Hal ini tentu dikaitkan dengan perubahan demi perubahan yang terjadi untuk menjawab tantangan zaman.

Di setiap kunjungan saya ke Kanwil Kemenag di seluruh Indonesia, selalu saya ungkapkan tantangan-tantangan Kemenag yang harus diantisipasi dan dijawab dengan kerja keras. Dari delapan tantangan yang pernah saya tulis, selalu saya ungkapkan bahwa kita harus menjadikan tantangan tersebut sebagai peluang untuk meraih sukses. Setiap ada challenges pasti di situ sesungguhnya ada respons.

Bangsa yang maju, seperti Jepang dan Korea Selatan yang tidak memiliki sumber daya alam (SDA) untuk kesejahteraan masyarakatnya, ternyata justru menjadikan tantangan ketiadaan SDA tersebut untuk menjawabnya melalui pengembangan teknologi barang setengah jadi menjadi barang jadi. Jepang mengimpor bijih besi dari Indonesia, kemudian diolah menjadi barang jadi lalu diekspor lagi ke Indonesia.  Produk mobil Jepang yang merajai dunia otomotif internasional merupakan jawaban atas kelangkaan SDA dan dijawabnya dengan teknologi maju.

Kita juga harus menjadikan tantangan sebagai peluang. Orang yang bisa menjadikan tantangan sebagai peluang pastilah mereka yang akan menuai kesuksesan. Para pengusaha yang sukses adalah contoh tentang bagaimana mereka menjadikan tantangan sebagai peluang. Jika kita membaca majalah Swa, maka kita akan tahu bagaimana anak-anak muda yang sukses mengembangkan usahanya karena kemampuannya untuk menjadikan tantangan sebagai peluang.

Delapan tantangan yang terus menerus kita pompakan kepada pejabat-pejabat Kemenag ternyata juga bisa menjadi pemicu untuk terus berkreasi. Kita merasa bangga bahwa ternyata Kemenag bisa juga melakukan reformasi birokrasi melalui capaian-capaian yang terus diperolehnya. Di antara delapan tantangan tersebut adalah tentang penilaian BPK atas Laporan Keuangan (LK), pengisian E-PUPNS, tata kelola Aset, profesionalitas PNS Kemenag, distribusi PNS Kemenang, Kerukunan Umat Beragama, kualitas Pendidikan Islam, dan KUA yang bersih dan berwibawa.

Dari delapan tantangan tersebut, empat di antaranya sudah mulai menunjukkan perubahan yang signifikan. Dan semua tentu karena kerja keras seluruh pejabat, baik struktural maupun fungsional Kemenag. Capaian ini merupakan  kesuksesan bersama. Succeeding together.

Di antara yang telah mencapai keberhasilan adalah mempertahankan penilain atau opini BPK tentang Laporan Keuangan (LK) dengan capaian nilai Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sudah keempat kalinya, Kementerian Agama memperoleh penilaian ini, artinya sudah empat tahun Kemenag bisa mempertahankan opini WTP tersebut. Sungguh memiliki makna yang sangat mendalam tentang pencapaian ini. Tidak mudah memperoleh penilaian WTP di tengah jumlah satker Kemenag yang mencapai angka 4484 buah. Berbeda dengan beberapa K/L lain yang jumlah satkernya kurang dari 10 buah, maka memperoleh opini WTP tentu lebih mudah. Bisa dibayangkan bahwa rekonsiliasi keuangan saja harus berkoordinasi antara pusat dan daerah dalam waktu yang terbatas. Kemenag selalu “berdarah-darah” dalam kerangka merumuskan Laporan Keuangan (LK).

Capaian lain yang tidak kalah penting adalah mengenai pendaftaran ulang PNS atau yang disebut E-PUPNS. Kita saja dahulu ragu bahwa PNS Kemenag akan tepat waktu di dalam mengisi daftar ulang ini. Bayangkan pendaftaran ulang ini menggunakan sistem elektronik, sehingga membutuhkan hal-hal khusus. Ternyata bahwa capaian E-PUPNS kita menjadi yang terbaik di seluruh K/L. Dengan capaian di atas 90 persen pada akhir Oktober 2015, tentu merupakan prestasi yang sangat membanggakan.

Kerja keras yang dilakukan oleh para pejabat baik di pusat maupun di daerah tentu patut diapresiasi dengan kesungguhan hati, sebab betapa pencapaian ini merupakan bagian dari usaha dan kerja keras yang terbangun dari Kemenag. Kiranya, profesionalitas para pejabat di pusat dan daerah ikut memiliki andil di dalam pencapaian dimaksud.

Prestasi juga yang sangat bermakna adalah mengenai penghargaan atas Tata Kelola Aset dengan predikat K/L terbaik ke dua untuk Program Sertifikasi Aset.  Kita hampir tidak bisa membayangkan bahwa Kemenag dengan satkernya yang demikian banyak, pusat dan daerah, bisa meraih kesuksesan ini. Tampaknya upaya untuk membenahi asset yang terus menerus dilakukan, membuahkan prestasi yang membanggakan. Dengan capaian asset senilai Rp40 trilyun yang tersebar di Indonesia, maka Kemenag menjadi K/L dengan jumlah asset terbanyak dan juga tata kelola yang baik.

Kita sesungguhnya masih memiliki problem yang mendasar mengenai asset ini, yaitu masih banyaknya bangunan madrasah dan KUA yang didirikan di atas tanah wakaf. Di dalam banyak kesempatan sudah saya sampaikan agar tahun 2019 seluruh asset yang bercampur dengan tanah wakaf tersebut diselesaikan. Jika tahun itu bisa diselesaikan, maka Kemenag akan menjadi K/L dengan tingkat kesuksesan yang sangat memadai tentang pengelolaan asset.

Dewasa ini kita juga sedang melakukan penataan asset-aset yang berasal dari Barang Milik Haji (BMH) baik di dalam maupun luar negeri. Asset di sektor ini juga perlu segera ditata dengan kesungguhan. Saya berkeyakinan bahwa dalam jangka waktu sampai tahun 2019 semuanya akan bisa dituntaskan.

Sungguh siapapun yang bekerja keras dan cerdas, disertai dengan keikhlasan dan ketuntasan, maka akan menuai kesuksesan dan penghargaan. Semua penghargaan ini adalah untuk warga Kementerian Agama.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini