• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MESYUARAT PEGAWAI-PEGAWAI KANAN (SOM) MABIMS (1)

MESYUARAT PEGAWAI-PEGAWAI KANAN (SOM) MABIMS (1)

Seharusnya saya berangkat ke Brunei Darussalam pada hari Senin, 19/10/2015. Akan tetapi pada hari yang sama ada acara yang sangat penting di Jakarta  dan tidak mungkin saya tinggalkan yaitu acara Rapat Kerja Menteri Agama dengan Komisi VIII DPR RI. Maka,  keberangkatan saya ke Brunei Darussalam untuk mengikuti Senior Of Meeting (SOM) ke 40 MABIMS harus saya tunda pagi harinya.

Acara Rapat Kerja Menteri Agama dengan Komisi VIII DPR RI tentu sangat penting sebab membicarakan profile anggaran Kementerian Agama (Kemenag) tahun 2016 yang akan datang. Raker ini menempati posisi yang sangat penting pasca konsinyering dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VIII DPR RI dengan seluruh pejabat Eselon I pada Kementerian Agama. Rapat ini  membahas penundaan dan pemotongan anggaran Kementerian Agama, yang jumlahnya cukup besar, yaitu pemotongan anggaran pendidikan sebesar Rp3,4 T dan lalu penundaan anggaran fungsi pelayanan umum dan fungsi agama Kemenag sebesar Rp1,3 T. Angka yang cukup besar mengingat besarnya fungsi Kemenag di dalam pembangunan umat beragama dan juga pendidikan agama dan keagamaan.

Jam 03 dini hari, saya harus berangkat ke Bandara Soekarno Hatta, sebab seperti biasanya untuk keperluan kepergian ke luar negeri haruslah check in lebih awal. Untuk menjaga  agar tidak terlambat. Karena menunggu pemberangkatan pesawat Royal Brunei pukul 5.10 menit, maka saya menunggu di Emerald Lounge di Bandara Soekarno Hatta.

Tepat jam itu, saya boarding dan kemudian mengangkasa dengan pesawat Royal Brunei. Cuaca sangat baik kala itu dan hanya ada goncangan kecil di sekitar wilayah Palembang. Kira-kira satu jam perjalanan dari Jakarta memang ada goncangan kecil. Tetapi secara umum penerbangan sangat menyenangkan. Pelayanan crew pesawat juga sangat baik. Rupanya mereka dibekali dengan tiga S, yaitu senyum, salam dan sapa. Perjalanan dari Jakarta ke Brunei Darussalam kira-kira dua jam, sehingga saya sampai di Brunei Darussalam jam 8.00 waktu setempat. Waktu di Brunei Darusslam lebih cepat satu jam dibandingkan dengan waktu di  Jakarta.

Rasanya saya menyesal  baru datang ke Brunei untuk kali pertama. Saya dijemput oleh Pak Harun, Wakil Setia Usaha Tetap Negara Brunei Darussalam dan juga Pak Ibrahim, pegawai pada Kementerian Urusan Ugama Brunei Darussalam. Saya memiliki kekaguman khusus terhadap  Bandara Royal Brunei Darussalam. Gedungnya yang modern, luas dan juga bersih. Bandara internasional ini memiliki jaringan penerbangan ke seluruh Negara, baik di Eropa, Amerika, Afrika maupun ke Australia.

Sebagai Negara yang kaya, maka tidak mengherankan jika tingkat kebersihan dan jalan di negeri ini sangat baik. Di sini tidak ada jalan tol. Begitu kata Pak Ibrahim. Memang tidak ada jalan tol, sebab semuanya didesain jalan tol. Jalan yang lempang, luas dan baik. Jalan yang menggambarkan bagaimana negeri ini sangat memperhatikan terhadap pelayanan transportasi yang nyaman bagi warganya.

Negeri ini juga sangat menghargai penghijauan. Di sepanjang jalan, kelihatan tertata dengan baik pepohonan yang menghijau. Taman-taman kota juga tertata rapi. Setiap jengkal tanah ditanami pepohonan. Kesadaran pemerintah dan masyarakatnya untuk mempertahankan dengan menanam dan memelihara tanaman-tanaman harus diapresiasi. Sangat baik. Sepanjang jalan, di kiri dan kanan jalan akan dijumpai tanaman-tanaman yang terpelihara dengan baik.

Dalam perjalanan saya dari bandara ke  Hotel The Empire nampak tanaman dan pepohonan yang tertata rapi. Demikian pula perjalanan saya dari Mangrove Paradise Restaurant ke Hotel juga memberikan gambaran penataan hutan kota yang baik. Rumah-rumah berada di balik rerimbunan pohon-pohon yang tertata dan tetap dipertahankan apa adanya.

Jika saya analisis, maka pemerintah memiliki kepedulian yang sangat tinggi agar wilayan Brunei yang tidak luas dalam ukuran  sebuah negara, akan tetapi wilayahnya sangat bersih dan hijau. Rupanya, konsep Green Area mereka terapkan secara tepat dalam mengelola negara dan masyarakatnya.

Kendaraan yang lalu lalang di Kota Bandar Seri Begawan juga menunjukkan bahwa manajemen transportasi dilakukan dengan baik. Saya tidak tahu bagaimana pengelolaan manajemen transportasinya, akan tetapi dengan mengamati luas ruas jalan  dengan jumlah kendaraan yang lalu lalang, maka bisa berkesan bahwa penataan transprotasinya baik.

Membandingkan jalanan di Jakarta dengan di Brunei Darussalam, tentu sangat berbeda. Jakarta yang setiap ruas jalannya penuh dengan sepeda motor dan  macet terutama pada jam-jam perjalanan ke dan dari tempat bekerja, maka di Brunei keadaan seperti itu tidak dijumpai. Mobil bisa melaju dengan kencang di jalanan karena nyaris tidak dijumpai penumpukan kendaraan.

Negeri ini sepertinya melarang sepeda motor sebagai moda transportasi darat. Di jalanan tidak dijumpai lalu lalang kendaraan roda dua. Sepenglihatan saya hanya bertemu sekali saja dengan sepeda motor dengan CC besar yang melintang di jalan raya Brunei Darussalam. Hanya ada mobil dengan variasi mereknya. Mobil-mobil pribadi ini menjadi transportasi utama. Yang  tentu saja nyaman  berkendaraan di sini adalah karena ketiadaan kemacetan yang menyesakkan.

Berbeda dengan di Jakarta yang kita tidak bisa memprediksi kapan akan sampai di tempat tujuan karena kemacetan yang tidak terduga, maka di Brunei kita masih bisa memprediksi jam berapa kita sampai ke tempat tujuan. Misalnya, perjalanan dari The Empire Hotel ke Mangrove Paradise Restaurant, yang diperkirakan 45 menit, maka waktu tempuh itu pula yang terjadi.

Sungguh  kita bisa merasakan kenyamanan dalam berkeliling kota di Brunei Darussalam sebab memang negeri ini memberikan jaminan kenyamanan bagi siapa yang hadir atau menetap di negeri ini.

Jadi  pantaslah jika warga negara Kerajaan Brunei Darussalam memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibanding dengan  Negara Asia Tenggara lainnya, sebab memang kenyataannya seperti itu.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

 

 

Categories: Opini