MEMBAHAS TANTANGAN KEMENTERIAN AGAMA VIA VIDEO CONFERENCE(1)
MEMBAHAS TANTANGAN KEMENTERIAN AGAMA VIA VIDEO CONFERENCE(1)
Hari Rabo, 30 September 2015 adalah hari yang sangat penting bagi saya sebab pada hari itu, saya melakukan video conference dengan 12 Kepala Kantor Kementerian Agama RI. Sebanarnya sudah lama, Kementerian Agama (Kemenag RI) memiliki perangkat video conference ini. Dan saya juga sudah pernah membukan sebuah acara di Kakanwil Kemenag Sumatera Selatan untuk acara yang sama.
Akan tetapi bagi saya, bahwa acara kemarin sungguh mrupakan bagian dari cita-cita Kemenag untuk membangun system informasi yang efektif dan efisien untuk kepentingan penguatan dan pengembangan birokrasi pada seluruh jajaran Kemenag baik di pusat maupun di daerah.
Di antara Kakanwil yang terlibat di dalam Video Conference (Vidcon) ini adalah Kakanwil Sumatera Utara, Kakanwil Sumatera Selatan, Kakanwil Kalimantan Selatan, Kakanwil Kalimantan Barat, Kakanwil Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kakanwil Sulawesi Selatan, Kakanwil Sulawesi Tenggara, Kakanwil Nusa Tenggara Barat, Kakanwil Nusa Tenggara Timur dan Kakanwil Jambi dan Kakanwil Bengkulu.
Acara vidcon ini berjalan dengan durasi waktu yang sangat memadai, yaitu dimulai dari jam 10 sampai jam 13.30 WIB. Saya kira merupakan acara yang menarik, sebab hadir di dalam acara ini adalah jajaran pejabat di tingkat Kanwil kemenag yang memang memiliki tupoksi sebagaimana yang menjadi pembicaraan atau diskusi pada conference ini.
Setelah berbasa-basi dengan para kakanwil yang terlibat di dalam acara conference ini, maka Rasyidin tim IT pada Puspinmas Kemenag RI., memperkenankan saya untuk menyampaikan beberapa hal uang dianggap urgen untuk dibicarakan melalui conference ini. Saya menyampaikan beberapa hal yang terkait dengan vidcon kali ini.
Pertama, ucapan selamat dan apresiasi atas terselenggaranya vidcon yang pertama selama dua tahun terakhir. Selamat kepada seluruh kakanwil yang memiliki kepedulian luar biasa untuk mengembangkan teknologi informasi, sehingga kita bisa duduk bersama di pusat dan daerah untuk mendiskusikan masalah kita bersama. Saya berharap semoga kakanwil yang belum terlibat segera dapat terlibat di dalam acara ini. Bagi yang sudah memiliki tim IT dan teknologi komunikasi agar segara hadir pada acara ini, dan bagi yang belum tahun 2016 harus diprioritaskan anggaran untuk kepentingan bersama ini.
Saya berharap dalam waktu dekat, setibanya Pak Menteri dari Arab Saudi untuk menjalani Sebagai Amirul Hajj, maka Beliau tentu berkenan untuk melakukan hal yang sama guna memberikan informasi di seputar pelaksanaan ibadah haji tahun 2015 dan hal-hal lain yang terkait dengan kementerian Agama. Melalui kehadiran Beliau di dalam acara vidcon, maka akan kita peroleh informasi terakhir dan kekinian tentang masalah-masalah haji yang sedang menjadi pembicaraan hangat di media informasi di Indonesia, terutama di seputar tragedy Mina.
Kedua, saya sampaikan bahwa kita semua ikut berbela sungkawa disebabkan oleh tragedy Mina yang merenggut sejumlah jamaah haji Indonesia. Semoga mereka yang wafat di tanah suci tersebut akan menjadi kaum syuhadak yang tidak ada lain pahalanya adalah surganya Allah swt. Dan dengan begitu maka semoga keuarganya juga memperoleh ketabahan dan kesabaran dan kemudian Allah menggantinya dengan sestau yang lebih baik dan bermanfaat.
Terkait dengan musibah demi musibah yang terjadi, saya ingin mengulangi pembacaan saya terhadap tragedy Mina ini dengan satu konsepsi Manajemen Resiko sebagai solusinya. Saya ingin mengingatkan kembali tulisan saya beberapa saat yang lalu tentang pentingnya mengadaptasi Majamen Resiko sebagai bagian dari penyelenggaraan ibdah haji di tahun-tahun yang akan datang.
Saya mengingatkan akan pentingnya menggunakan Geographic Security System (GSS) yang saya kira akan relevan dengan kebutuhan untuk memberikan pendampingan keselamatan jamaah haji di saat-saat engalami crowded. Terutama di daerah-daerah yang rawan musibah. Meskipun musibah itu datangnya dari Allah akan tetapi tidak ada salahnya kalau manusia tetap berusaha untuk selamat. Melalui GSS akan bisa dipantau wilayah mana yang sangat crowded, sehingga jamaah kita bisa menunda atau menyimpang dari daerah rawan dimaksud.
Ketiga, di dalam banyak kesempatan selalu saya nyatakan bahwa tantangan kita ke depan adalah mengenai serapan anggaran. Sesuai dengan rencana target serapan anggaran tahun 2015 adalah sebesar 93 persen. Angka yang cukup tinggi mengingat tahun 2014 tingkat serapan kita hanya 88 persen. Namun demikian, percepatan serapan anggaran juga harus mempertimbangkan keselamatan. Jadi cepat dan selamat. Jika di tahun sebelumnya masih terkendala serapan kemenag terkait dengan belanja barang dan jasa serta belanja modal dan belanja bansos, maka sekarang seharusnya sudah diantisipasi. Tahun ini untuk belanja barang dan jasa sudah dikeluarkan Inpres No 1 tahun 2015, sehingga harus dilakukan percepatan. Demikian pula tentang Eks Bansos juga sudah dikeluarkan PMK No 168 tentang Belanja Pemerintah, sehingga memungkinkan percepatan. Jadi tidak ada alasan untuk terlambat di dalam serapan anggaran.
Keempat, tantangan makro kementerian agama, yaitu semakin menguatnya Gerakan Komunisme Baru, Kapitalisme Baru, Fundamentalisme dan Liberalisme. Gerakan-gerakan ini sudah menjadi bagian dari sebagian kecil masyarakat Indonesia, sehingga dperlukan kecermatan, kejelian dan kewaspadan di dalam menghadapinya. Di dalam konteks ini, bangsa Indonesia tidak boleh lengah dan menyederhanakannya. Semakin tidak waspada bangsa ini, maka akan semakin mudah mereka akan memprorakporandakan kesatuan dan persatuan bangsa. Oleh karena itu, kemenag harus menjadi garda depan untuk melakukan antisipasi terkait dengan gerakan-gerakan ini melalui berbagai program dan kegiatan yang dimungkinkan.
Sungguh kita tidak menghendaki kesatuan dan persatuan bangsa yang sudah terjalan dalam panji Negara Republik Indonesia akan mengalami perpecahan sebagaimana di tempat-tempat lain.
Wallahu a’lam bi al shawab.