DARI MUI UNTUK UMAT ISLAM DAN BANGSA
DARI MUI UNTUK UMAT ISLAM DAN BANGSA
Hari ini, Selasa (29/09/2015), saya mewakili Menteri Agama RI, Bapak Lukman Hakim Saifuddin, untuk menghadiri undangan “Taaruf Kepengurusan MUI Periode 2015-2019” di kantor MUI Jakarta. Hadir pada acara ini adalah segenap jajaran pengurus MUI Pusat, baik Pengurus Dewan Pertimbangan MUI maupun Pengurus MUI dan juga badan-badan MUI. Hadir di acara ini, Prof. Dr. Dien Syamsudin, MA sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI dan juga DR. KH. Ma’ruf Amin, Ketua Umum MUI dan segenap jajaran pengurus MUI.
Acara ini berlangsung cukup panjang, sebab diisi dengan pembacaan seluruh pengurus MUI dan juga pengukuhan pengurus MUI. Dan yang menarik adalah sambutan-sambutan yang dibawakan oleh Ketua Umum MUI, DR. KH. Ma’ruf Amin, maupun Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Prof. Dr. Dien Syamsudin, MA maupun pidato yang saya bacakan ternyata memiliki benang merah yang saling terkait.
Di dalam sambutannya Ketua Umum MUI menyatakan bahwa MUI memiliki tantangan yang cukup besar di era sekarang, baik yang terkait dengan radikalisme beragama maupun banyaknya aliran-aliran agama yang menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran Agama Islam. Selain itu juga tantangan untuk mengembangkan pendidikan bagi kader ulama, yang sesuai dengan realitas empiris dinyatakan jumlah ulama makin berkurang. Pendidikan Kader Ulama ternyata telah menghasilkan ulama-ulama yang sekarang mewarnai kehidupan beragama pada masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Prof. Dien Syamsudin MA, yang baru saja datang pada acara di PBB bersama Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, menyatakan bahwa sekarang ada perkembangan baru terkait dengan pandangan PBB mengenai pembangunan masyarakat dan negara di dunia ketiga. Setelah berakhirnya program Millenium Development Goals (MDGs), maka sekarang disadari benar bahwa strategi pembangunan yang benar adalah melalui konsep Sustainable Development Goals (SDGs). Untuk kepentingan ini, maka semua negara di dunia harus terlibat di dalam mengimplementasikan konsep ini, sebab tanpa kebersamaan di dalam pembangunan ini, maka tujuan menciptakan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat dunia ketiga tidak akan tercapai.
Menurut Pak Dien, bahwa MUI dan organisasi-organisasi Islam lainnya harus mengambil peran di dalam konteks SGDs ini. Ada dua strategi yang bisa dilakukan, yaitu “Struggle for dan Struggle against”. MUI dapat memilih konsep pertama, yaitu MUI terlibat secara aktid di dalam pembangunan masyarakat bangsa dan bukan strategi melawan terhadap pembangunan bangsa.
Berdasarkan peran MUI selama ini, maka pilihan pada strategi Struggle for menjadi pilihan cerdas, sebab hakikat MUI adalah Pembina, pembimbing dan penasehat bagi kelangsungan pembangunan masyarakat bangsa. MUI harus menjadi Tenda Besar Umat Islam. Makanya, sikap yang dikembangkan adalah inklusif dan bukan eksklusif. MUI harus lentur di dalam mengayomi seluruh organisasi keagamaan Islam dan juga masyarakat Islam.
Sebagai sambutan penutup, maka saya sampaikan tia hal: pertama, MUI merupakan organisasi yang menghimpun para ulama dari berbagai organisasi keagamaan Islam. Makanya, MUI memiliki peran yang sangat strategis di dalam pembinaan kehidupan umat beragama dan juga kerukunan umat beragama. Sebagai wadah berkumpulnya para ulama, maka MUI bisa menunjukkan perannya secara lebih aktif untuk membangun kerukunan umat beragama. Di tengah perubahan social dan dinamika kebangsaan yang terus bergulir, maka MUI akan memiliki peran strategis untuk merumuskan pedoman-pedoman atau fatwa yang memberikan kesejukan dan kedamaian bagi umat Islam dan bahkan juga umat beragama lainnya.
Kedua, MUI akan dapat berperan dalam kerangka pembangunan pendidikan dan ekonomi masyarakat. Tentu saja yang dimainkan oleh MUI bukan dengan mendirikan lembaga pendidikan atau lainnya, akan tetapi adalah peran motivasi untuk kemajuan dan percepatan pembangunan pendidikan dan ekonomi. Di dalam konteks ini, maka MUI dapat memberikan motivasi dan dorongan untuk memaksimalkan peran lembaga-lembaga pendidikan atau lembaga ekonomi syariah untuk terus berkembang dan memajukan dirinya bagi kepentingan umat Islam.
MUI harus berperan di dalam kerangka peningkatan kehidpan umat Islam dalam aspek keagamaannya dan juga kehidupan social dan ekonominya. MUI harus merancang arah pengembangan kehidupan beragama yang kaffah, agama dan kehidupannya menuju arah yang relavan dengan kesejahteraan umat Islam. Makanya, MUI harus terus berijtihat untuk kepentingan peningkatan kualitas kehidupan umat Islam melalui instrument-instrumen yang relavan dan benar.
Tantangan MUI ke depan akan sangat kompleks, misalnya makin merosotnya akhlak masyarakat, makin rentannya kehidupan keluarga, makin banyaknya penggunaan narkotika, makin banyaknya tawuran antar pelajar, makin banyaknya tawuran antar desa, korupsi, nepotisme dan kolusi, dan sebagainya. Seluruh tantangan ini haruslah dijawab dengan nyata. Makanya, harus ada action plan terkait dengan tujuan penguatan kehidupan umat beragama ini.
Ketiga, MUI harus lebih berperan untuk menciptakan kader ulama. Di dalam konteks pembinaan umat beragama, maka keberadaan ulama tentu sangat penting. MUI harus mendorong agar upaya untuk tafaqquh fiddin akan dapat dilakukan percepatan. MUI harus menjadi lokomotif bagi terciptanya banyak ulama di Indonesia. MUI haruslah memiliki program pendidikan kader ulama yang akan menghasilkan ulama yang ilmuwan dan ilmuwan yang ulama. Dengan demikian, MUI haruslah menghasilkan ulama-ulama yang ekselen dalam ilmu agama Islam dan juga memiliki wawasan yang baik tentang dunia sekitarnya.
Ulama yang dihasilkan oleh pendidikan yang dilakukan oleh MUI adalah ulama yang memiliki konsern dalam pengembangan agama Islam yang memberi rahmat bagi seluruh alam dan juga yang berkesadaran untuk membangun kehidupan masyarakat agar setarap lebih baik.
Tantangan seperti ini harus dijawab oleh sebanyak 300 orang pengurus MUI di pusat, dengan agenda utama adalah bagaimana kehidupan umat Islam dan kerukunan umat beragama makin terjamin. Sungguh diharapkan bahwa kehadiran MUI sebagai wadah pengabdian para ulama akan dapat menjawab tantangan zaman yang terus berubah.
Wallahu a’lam bi al shawab.