• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KLINIK AKUNTANSI DI ERA ACRUAL SYSTEM

KLINIK AKUNTANSI DI ERA ACRUAL SYSTEM

Acara Launching Klinik Akuntansi dan BMN dan Meeting Point  (28/09/2015) yang diiniasiasikan oleh Biro Keuangan dan BMN Kementerian Agama (kemenag) menarik untuk dicermati. Hal ini tentunya terkait dengan kebutuhan atas tantangan penerapan sistem baru, yang dikenal dengan sebutan Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA).

Hadir di dalam acara ini adalah Prof. Dr. Abdurahman Mas’ud (Kabalitbang), Syihabuddin Latief (Karo Keuangan dan BMN), Mahsusi (Karo Kepegawaian), Nur Arifin (Karo Ortala), Syafrizal (Karo Umum), Maman Saifullah (Inspektur Wil. II),  Rahmat Mulyana (Seslitbang), Sigit Hariyanto (Staf Khusus Menteri Agama), Kabag TU Kanwil Kemenag Jawa Barat, Banten dan DKI, para pejabat eselon III dan Auditor BPK, serta sejumlah pejabat lainnya. Acara ini menarik selain untuk launching klinik juga dilakukan pemberian voucher bagi para undangan. Kalau saya boleh menyebut seperti acara birokrasitainmen.

Sebagai sistem akuntansi baru, maka harus disadari bahwa ada banyak kendala yang dihadapi oleh para pejabat structural maupun fungsional Kemenag, terutama para bendaharawan. Jadi dengan diresmikannya Klinik Akuntansi dan BMN dan Meeting Point di Kemenag tentunya memberikan gambaran bahwa kesadaran kita untuk menyongsong sistem akrual sangatlah besar.

Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN, Syihabuddin Latief, bahwa hanya ada dua Kementerian yang sudah menempatkan Klinik Akuntansi yaitu Kementerian Keuangan dan Kementerian Agama. Inilah yang tentunya membanggakan kita semua untuk menunjukkan bahwa Kemenag memiliki atensi yang sangat besar di dalam implementasi Akuntansi berbasis akrual. Melalui pembukaan klinik akuntansi ini, maka hal-hal yang terkait dengan penerapan akuntansi berbasis akrual akan bisa dihandle secara lebih memadai.

Sebagaimana yang saya jelaskan pada waktu memberikan sambutan, bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Aparat Sipil Negara (ASN) Kemenag terkait dengan implementasi SAIBA. Tantangan ini perlu diungkapkan sebab Kemenag termasuk lima Kementerian yang menginisiasai dan mendeklarasikan implementasi SAIBA. Oleh karena itu, semua di antara kita tentu mengharapkan bahwa dengan perubahan sistem akuntansi lalu tidak mempengaruhi tampilan laporan keuangan kita, misalnya harus tetap memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Pertama, tantangan mismatch pendidikan dengan tupoksi bendaharawan. Sebagaimana diketahui bahwa kebanyakan pejabat bendaharawan kemenag adalah alumni perguruan tinggi agama, sehingga basis keilmuannya adalah ilmu agama. Oleh karena itu hard skillednya adalah ilmu keagamaan. Sedangkan di sisi lain, mereka harus menghadapi tupoksi keuangan yang sesungguhnya di luar kapabilitas keilmuannya. Jadi ada gap yang sangat jauh antara didiplin keilmuannya dengan bidang profesionalitas pekerjaannya. Kalaupun mereka terpilih menjadi pejabat keuangan, maka hal ini karena pengalaman dan pembelajaran yang diperolehnya. Mereka memang telah mengikuti sejumlah pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan profesi keuangan.

Kedua, tantangan banyaknya satker Kemenag dan komunikasi serta koordinasi antar satker. Harus dipahami bahwa dengan jumlah satker yang sangat banyak 4484 satker, maka pastilah didapati sejumlah kendala di dalam koordinasi dan komunikasi. Meskipun dewasa ini sudah didapati teknologi informasi yang sedemikian canggih, akan tetapi faktor SDM dan banyaknya satker tentu tetaplah menjadi kendala yang tidak sederhana. Oleh karena itu setiap akhir tahun kita mesti berhadapan dengan rekonsiliasi laporan keuangan, yang ternyata terdapat perbedaan antara satu dengan lainnya. Seringkali, bahwa rekonsiliasi sudah dilakukan,  akan tetapi masih terdapat perbedaan hasil akhir laporan keuangan.

Hal ini terjadi semata-mata karena problem koordinasi dan komunikasi data yang belum sepenuhnya relavan dengan tujuan penyusunan laporan. Belum lagi gap antara SAI dan SAKPA yang juga menjadi problem hampir di setiap tahun. Untuk menyelesaikan problema ini, maka di antara yang sangat urgen adalah bagaimana klinik akuntansi akan membantu problem koordinasi dan komunikasi tersebut.

Melalui klinik ini, maka seluruh data keuangan akan bisa dikomunikasikan dan dikoordinasikan setiap hari. Jika melalui sistem informasi belum mencapai kesepahaman, maka bisa dilanjutkan dengan koordinasi secara fisikal. Di kantor ini disediakan berbagai ragam diskusi dan meeting untuk membahas problem satker yang mengimplementasikan SAIBA.

Melalui upaya yang sungguh-sungguh untuk mengimplementasikan SAIBA di dalam praktek pengelolaan keuangan, maka saya berkeyakinan bahwa implementasi SAIBA akan menuai kesuksesan. Makanya, tidak ada ketakutan dengan slogan SAIBA: “Go Akrual, Go WTP”.

Jika kita sungguh bekerja keras, cermat, ikhlas dan tuntas, maka tujuan untuk memperbaiki performance Laporan Keuangan dan mempertahankan Opini BPK, WTP, pastilah akan dapat diperoleh. “Man Jadda wa Jadda”.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini