• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TAFSIR SPIRITUAL TRAGEDI CRANE DI MEKKAH (2)

TAFSIR  SPIRITUAL TRAGEDI CRANE DI MEKKAH (2)

Tragedi kemanusiaan dalam  ibadah haji bukan  sekali ini saja terjadi. Berdasarkan catatan Republika (13/09/2015) ternyata memang terjadi beberapa kali. misalnya, 200 jamaah haji wafat ketika sebuah pipa gas meledak di tenda (1975). Lalu 153 jamaah wafat ketika tentara Perancis membebaskan Masjidil Haram yang disandera sekelompk militan (1979). Juga sebanyak 402 jamaah haji wafat kebanyakan dari Iran yang melakukan demonstrasi (1987).

Kemudian,  sebanyak  270 jamaah haji wafat karena terinjak-injak  saat melempar jumrah di Mina (1994).  juga sebanyak 340 jamaah haji wafat karenma kebakaran tenda di Mina (1997).  Lalu sebanyak 180 jamaah haji wafat akibat berdesak-desakan di jumrah Mina (1998). Kemudian sebanyak 35 jamaah haji wafat pada hari terakhir pelaksanaan haji (2001). Kemudian sebanyak  244 jamaah haji wafat pada hari terakhir pelaksanaan haji. Dan  yang sangat fenomenal karena sebanyak 1426 jamaah haji yang meninggal karena terinjak-injak lainnya di terowongan (1990).

Saya tentu yakin, bahwa musibah yang terjadi di Masjidil Haram bukanlah siksaan sebab tidak ada korelasi antara apa yang dilakukan oleh para jamaah haji dengan siksaan Allah tersebut. Maka penafsiran yang tepat adalah sebagai cobaan bagi umat Islam. Musibah dalam makna siksa hanya akan diberikan terhadap perilaku manusia yang memiliki korelasi dengan musibah tersebut.

Namun demikian, ternyata juga terdapat pertanyaan yang seringkali dikaitkan dengan adanya musibah. Pertanyaan inilah yang tentu saja membutuhkan jawaban yang lebih mendasar dan memerlukan kejernihan hati untuk meresponnya.  Dengan demikian,  setiap peristiwa yang terjadi lalu ada keterkaitannya dengan fenomena alami yang dilakukan atau dirasakan oleh umat manusia.

Lalu, bagaimana menjawab terhadap pertanyaan spiritual di atas? Jawabannya adalah pemahaman terhadap apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada umat Islam dewasa ini. Harus dipahami bahwa Negara-Negara Teluk sekarang ini sedang dilanda oleh konflik berkepanjangan. Semenjak Arab Spring tahun lalu, maka keadaan politik di Timur Tengah menjadi tercabik-cabik. Iraq, Syria, Yaman, Mesir, Libanon, dan beberapa Negara lainnya berada di dalam nuansa konflik politik yang tidak kunjung selesai. Perpecahan dalam faksi-faksi di berbagai Negara Timur Tengah juga makin runyam. Islamic State of Iraq and Syria, juga mengacaubalaukan pemerintahan di sana. Pertentangan antara yang menyatakan Sunni dengan Syiah juga tidak ada kata berhenti.

Sungguh kita melihat panggung sejarah umat Islam yang bercerai berai. Meskipun ada sebagian yang menyatakan di sana itu perang agama atau jihad, akan tetapi saya beranggapan bahwa yang terjadi adalah fenomena perebutan kekuasaan. Jadi bukan perang agama sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh sekelompok pendukung ISIS. Sungguh ini merupakan konflik politik yang diberi baju agama. Agama dijadikan sebagai “penguat” untuk menempatkan konflik agar menjadi lebih keras.

Peperangan di Iraq yang menghasilkan terbunuhnya Saddam Hussein rasanya baru saja terjadi. Kemudian negeri ini tercabik-cabik dalam perang saudara yang melibatkan banyak faksi di dalamnya. Mereka dalam kemelut, apalagi setelah hadirnya kelompok ISIS yang menggaungkan “jihad Islam” meskipun sebenarnya adalah “jihad kekuasaan”. Lalu belum selesai juga persoalan yang menghimpit Syria, Mesir, dan juga krisis politik yang membelit beberapa Negara timur Tengah ini. Bahkan kemudian juga merebak ke Yaman, dan sekitarnya. Semua ini adalah tindakan-tindakan manusia yang “berjihad” dalam konteks kekuasaan, meskipun seringkali dikaitkan dengan “agama”.

Makanya, Negara-negara di Timur Tengah ini lalu memperoleh penilaian rendah dalam kaitannya dengan Global Peace Index (GPI). Coba kita lihat, misalnya Yordania (71), Oman (74), Tunisia (76), Yaman (147), Israel (148), Lybia (149), Mesir (137), Iran (138), Iraq (161), Syria (162), Sudan (156). Berdasarkan catatan Global Peace Index ini, maka dapat diketahui bahwa tingkat perdamaian di Negara-negara Timur Tengah tergolong rendah. Dengan bahasa lain, maka sebenarnya dapat dinyatakan bahwa tingkat keamanan Negara-negara di Timur Tengah juga rawan. Beberapa negara bahkan dinyatakan sebagai Risk Country.

Sungguh kita juga tidak tahu, apakah Allah memberikan cobaan dan memberikan gambaran serta peringatan agar umat Islam melihat kembali apa yang sesungguhnya terjadi. Mungkin Allah mengingatkan umat Islam agar merajut dan membangun kembali kebersamaan. Jika crane itu diibaratkan sebagai kekuatan eksternal, maka Allah memberikan gambaran agar umat Islam tidak lagi tercabik-cabik oleh kekuatan eksternal itu. Jika misalnya bahwa kekuatan umat Islam itu sesungguhnya hebat, lalu jangan sampai kekuatan di luar Islam membuat kekuatan Islam tersebut tereduksi sedemikian rupa.

Mungkin saja, penggambaran dan pengkorelasian atas  peristiwa tragedi crane dengan situasi politik di Timur Tengah juga kurang atau bahkan tidak relevan, akan tetapi  sesungguhnya bahwa setiap yang dijadikan Allah sebagai simbol pada peristiwa alam di dalam kehidupan masyarakat adalah peringatan kepada kita semuanya agar  melakukan introspeksi diri. Negara-negara Islam rasanya juga perlu introspeksi bahwa egoisme  atas nama apapun sebenarnya tidak menguntungkan kebersamaan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini