MEMBAHAS ISU PENTING DALAM MABIMS (2)
MEMBAHAS ISU PENTING DALAM MABIMS (2)
Perdebatan tentang bidang-bidang strategis dalam MABIMS ternyata cukup hangat juga. Perdebatan itu tentu terkait dengan apakah isu yang menjadi “Pelan Strategis MABIMS” itu masih diperlukan, menjadi isu bersama, memiliki manfaat bersama dan juga apakah memiliki urgensi bagi masyarakat atau Negara non MABIMS. Selain itu tentu juga terkait dengan menjawab pertanyaan apakah sudah ada pengaruh signifikan dari program MABIMS untuk masyarakat MABIMS atau bahkan masyarakat Non-MABIMS.
Dari berbagai diskusi yang diselenggarakan pada waktu pertemuan ini, sekurang-kurangnya disepakati bahwa memang harus ada review atau kaji ulang tentang bidang-bidang strategis yang menjadi misi ke depan bagi negara-negara anggota MABIMS. Kaji ulang ini dimaksudkan untuk menemukan relevansi misi, rencana strategis, program dan kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas MABIMS.
Dari tujuh isu bidang strategis, dan lima bidang khusus tersebut, memang ada beberapa hal yang saya kira memang harus ditinjau ulang. Di antara yang perlu dikaji adalah mengenai isu “Pembasmian Kemiskinan” sebagai bidang strategis negara-negara MABIMS. Kemiskinan memang masih merupakan isu nasional, khususnya di Indonesia, sebab jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih berkisar 11 persen. Akan tetapi tentu tidak menjadi isu utama di Brunei, Singapura dan bahkan juga Malaysia. Kemiskinan memang masih menjadi musuh utama negara berkembang yang jumlah penduduknya banyak dengan tingkat pendapatan dan pengeluaran yang masih rentan. Oleh karena pembasmian keimiskinan bukan problem utama yang dirasakan oleh seluruh Negara MABIMS, maka kiranya program ini akan bisa diganti dengan program yang lain.
Isu yang akhirnya dipilih melalui perdebatan adalah mengenai bagaimana upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat Islam atau bagaimana meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Islam. Dua program ini saya kira relevan dan akan terus relevan dan menjadi isu penting di negara-negara MABIMS. Jika taraf hidupnya atau kesejahteraan ekonominya sudah membaik, maka yang diperlukan adalah bagaimana supaya kualitas hidupnya makin baik, sedangkan bagi yang masih miskin lalu bagaimana upaya untuk mengentaskan mereka dari wilayah kemiskinan.
Melalui perbincangan, akhirnya dipilihlah program strategis meningkatkan taraf hidup masyarakat Islam.
Bidang strategis lain yang direvisi adalah mengenai Penonjolan Kefahaman dan amalan Islam di Rantau MABIMS dan Peranan MABIMS ke dunia luar. Tema ini rasanya juga kurang tepat apalagi dibahas di dalam dua tema sekaligus. Tema ini menurut saya juga harus direvisi dalam tema lain yang lebih relevan dengan kebersamaan dalam MABIMS. Memang juga benar bahwa membangun imaje tentang MABIMS di tengah semakin kompleksnya kehidupan antar bangsa di rasakan sangat mendasar. Dan sebagaimana yang dinyatakan oleh utusan Singapura, bahwa citra MABIMS belum sebesar peran yang dimainkannya. Masih banyak orang yang tidak paham apa itu MABIMS. Jadi memang harus ada usaha-usaha untuk menjadikan MABIMS sebagai pusat kebersamaan antar bangsa ini.
Kenyataannya bahwa gaung MABIMS di dalam negeri dan peran yang dimainkan sepertinya kurang greget. Hal ini tentu disebabkan oleh kenyataan misalnya tentang system penganggaran pada masing-masing negara. Dalam contoh, misalnya ketika akan memberikan bantuan kepada masyarakat Muslim di Vietnam, maka Malaysia bisa memberikan dalam bentuk dana, sedangkan Indonesia tidak bisa memberikannya karena terbentur regulasinya. Makanya, Indonesia akhirnya memberikan beasiswa dan bukan dalam bentuk dana bantuan langsung.
Bidang strategi yang tetap dipertahankan adalah tentang Pembangunan Potensi Belia. Tema ini dipertahankan karena adanya kesadaran bahwa kaum muda adalah penerus generasi sekarang. Merekalah yang nantinya akan memimpin bangsa ini. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan potensi kaum muda tidak bisa diabaikan. Dalam contoh Indonesia, maka potensi pemuda perlu untuk ditumbuhkembangkan, sebab merekalah yang akan mengalami Indonesia emas, tahun 2045, atau genap 100 tahun Indonesia merdeka. Problem yang dihadapi oleh negara MABIMS adalah bagaimana menyiapkan generasi yang siap menerima estafeta kepemimpinan bangsa.
Yang tidak kalah penting adalah menyiapkan generasi mendatang dengan pengembangan SDM yang tepat. Salah satu instrument yang paling relevan untuk mengembangkan SDM adalah pendidikan. Makanya pendidikan negara MABIMS haruslah maju. Tidak boleh ada kata tidak memprioritaskan pendidikan nasional. Melalui pendidikanlah kompetisi bangsa akan bisa dibangun. Bukan dalam bentuk bersaing mengembangkan pendidikan, akan tetapi justru saling mendukung dan mendorong. Jika kompetisi bangsa Indonesia masih berada dalam kisaran 35, sementara Malaysia sudah mencapai angka yang lebih baik, peringkat 20, maka menjadi kewajiban sesama anggota MABIMS untuk saling share strategi tentang bagaimana mengembangkan pendidikan tersebut.
Yang tetap menjadi prioritas bagi MABIMS adalah bagaimana memberdayakan masyarakat Muslim minoritas di beberapa Negara di luar MABIMS. Program ini akan diwujudkan dalam kerangka meningkatkan kualitas kehidupannya, pendidikannya maupun keberagamaannya. Semua ini dilakukan agar kehadiran MABIMS sebagai suatu perkongsian akan memiliki makna bagi umat Islam di berbagai belahan dunia.
Selain itu, juga dilakukan pertukaran penanggungjawab bidang strategis. Misalnya, Pemerkasaan Potensi Belia yang selama ini menjadi tanggungjawab Singapura, maka akan dilakukan oleh Indonesia. Demikian pula pemberdayaan SDM yang selama ini menjadi tanggungjawab Indonesia akan dilakukan oleh Malaysia. Rotasi tanggungjawab ini dilakukan sebagai proses penyegaran tanggungjawab.
Program strategis lain yang akan tetap dilakukan dalam lima tahun ke depan adalah produk halal, rukyat dan taqwim, haji dan penerapan IT untuk secretariat MABIMS. Program ini tetap dianggap sebagai program strategis sebagai sumbangsih MABIMS untuk masyarakat Islam di MABIMS maupun bagi masyarakat di Negara lain.
Kelihatannya, ada pergeseran sedikit tentang orientasi MABIMS dari isu lokal ke isu internasional. Hal itu dibuktikan dengan adanya visi mengembangkan peran MABIMS bagi dunia internasional. Kita memang berharap bahwa Islam di Negara MABIMS yang mengedepankan Islam ahlu sunnah wal jamaah, yang mengedepankan Islam rahmatan lil alamin, tentu merupakan kekuatan besar dan berpotensi bisa memberikan sumbangan yang siginfikan bagi tumbuhnya peradaban agung di dunia ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.