• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

INDEKS KOMPETISI DAN MEA (2)

INDEKS KOMPETISI DAN MEA (2)

Sebagaimana dipahami bahwa memang terjadi peningkatan kualitas Global Competitiveness Index (GCI)  kita dari tahun ke tahun. Dan sebagaimana saya jelaskan kemarin bahwa hal itu tentu menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada pengaruh yang signifikan dari pendidikan nasional kita. Atau ada sumbangan yang positif dari dunia pendidikan kita dengan peningkatan kualitas kompetisi bangsa.

Meskipun ranking Indonesia belumlah sebagaimana yang diharapkan, akan tetapi dengan kenaikan poin per poin tersebut menggambarkan bahwa ada dinamika dan pergerakan kualitas pendidikan Indonesia. Bagaimanapun keberadaan ranking kualitas manusia Indonesia tersebut menjadi indikasi arah yang benar mengenai strategi pendidikan Indonesia dewasa ini.

Tantangan kualitas manusia Indonesia tentu terkait erat dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dapat dipastikan akan membawa perubahan yang sangat mendasar terutama dalam kaitannya dengan penyiapan tenaga kerja terampil dalam berbagai bidang.

Dengan demikian, suatu hal yang  penting untuk disimak adalah tentang Sumber Daya Manusia (Human Resource Development). Hal ini merupakan aspek penting sebab salah satu ukuran kemajuan yang dihasilkan oleh pembangunan adalah meningkatnya kualitas SDM tersebut.

Berikut ini adalah data tentang Peringkat Human Development Index (HDI) dari berbagai negara di dunia dan mengenai posisi HDI Indonesia.

  1. Singapore peringkat 9
  2. Korea Selatan peringkat 15
  3. Malaysia peringkat 62
  4. Thailand peringkat 89
  5. Indonesia peringkat 108
  6. Filipina peringkat 117
  7. Vietnam peringkat 121

Perlu dipahami bahwa posisi Indonesia dalam HDI memberikan gambaran yang nyata tentang indicator pembangunan ekonomi (kesejahteraan), pendidikan dan kesehatan yang belum seutuhnya menggembirakan. Kita belum pernah berada pada level di bawah 100. Peringkat kita selalu dalam kisaran di atas 100.  Jika dibandingkan dengan Singapore, Malaysia, Thailand kita berada di bawahnya. Kita hanya berada di atas Filipina dan Vietnam. Posisi kita tentu lebih baik dibanding tahun lalu, namun juga harus disadari bahwa negara lain juga berpacu di dalam pengembangan SDM-nya. Pengembangan SDM yang masih dalam kisaran 100 tersebut membuktikan bahwa pembangunan manusia di Indonesia belumlah berhasil secara maksimal.

Di tengah kenyataan masih belum maksimalnya pembangunan SDM tersebut, di hadapan kita terbentang pertarungan SDM dalam bentuk kompetisi yang akan semakin kompleks. Era MEA akan memberikan pelajaran yang sangat penting bagaimana pertarungan SDM tersebut akan terjadi. Pertarungan tersebut tidak hanya terjadi pada level tenaga ekspert yang berbasis pada keahlian tertentu, akan tetapi juga pada tenaga kerja kelas rendahan.

Berdasarkan laporan Tempo, (31Agustus-6 September 2015)  bahwa akhir-akhir ini terjadi peluberan tenaga kerja Cina yang bekerja pada beberapa proyek pembangunan di Indonesia. Di Bali, Banten dan Manokwari. Mereka memang bekerja pada proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan Cina yang melakukan investasi di Indonesia. Salah satu persyaratan di dalam investasi tersebut adalah dengan kebijakan memberikan kelonggaran bagi pekerja Cina untuk bekerja di Indonesia.

Kehadiran para pekerja Cina ini tentu memantik reaksi dari banyak kalangan. Selain gajinya yang jauh lebih tinggi juga dapat mengancam posisi tenaga kerja Indonesia yang juga sangat banyak jumlahnya. Tentu ada sejumlah kekhawatiran bahwa para tenaga kerja Indonesia justru akan menjadi penonton di negaranya sendiri.

Memang harus diketahui bahwa kehadiran tenaga kerja asing akan terus terjadi di era yang akan datang. Sebagai bagian dari warga dunia di era global, maka kita tidak bisa menampik kehadiran tenaga kerja asing untuk bekerja di suatu wilayah negara kita. Sama halnya negara lain juga tidak bisa menolak kehadiran tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di sebuah negara lain.

Di sinilah ruang kompetisi itu terbuka lebar. Siapa yang kompetitif, maka dialah yang akan memenangkan pertarungan tersebut. Agar bangsa  Indonesia bisa bertarung secara kompetitif dengan bangsa lain di dalam kerangka memperebutkan sumber daya kehidupan, maka tentu haruslah ada persiapan yang memadai. Dan di antara persiapan tersebut adalah pendidikan yang berkualitas. Sejauh yang kita pahami bahwa instrumen terbaik untuk peningkatan SDM suatu bangsa adalah kualitas dan keterjangkaun pendidikan.

Makanya, rencana strategik pendidikan Indonesia adalah bagaimana memperluas akses dan pemerataan pendidikan, peningkatan kualitas serta relevansi dan daya saing, serta penataan manajemen dan tata kelola pendidikan. Hingga tahun 2019 renstra ini masih diberlakukan. Hal  itu berarti bahwa pemerintah Indonesia tetap memproritaskan pendidikan yang terjangkau, berkualitas dan dikelola secara baik. Kita semua tentu berharap semoga melalui pendidikan yang bersearah dengan peningkatan kompetisi bangsa dan kualitas SDM Indonesia, maka akan didapati kesejahteraan masyarakat  di era yang akan datang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

Categories: Opini