• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PENDIDIKAN UNTUK MENCETAK MANUSIA PARIPURNA

PENDIDIKAN UNTUK MENCETAK MANUSIA PARIPURNA

Saya sangat senang dengan kunjungan ke Aceh pada hari Sabtu dan Ahad, 13-14 September 2014. Senang sebab bisa melakukan dua kujungan, yaitu  ke STAIN Malikus Saleh di Lokseumawe dan ke STAIN Gajah Putih Takengon di Aceh Tengah. Meskipun dalam perjalanan panjang, akan tetapi rasanya nikmat juga bisa mengunjungi dua tempat yang memang belum pernah saya jamah wilayahnya ini.

Saya hampir saja ragu untuk mendatangi acara ini, sebab menjelang keberangkatan saya jam 4 pagi, ternyata perut saya sakit. Maagnya kumat. Ternyata penyebabnya adalah saya makan supermie saja tanpa nasi pada sore harinya. Tetapi Alhamdulillah berkat keteguhan hati untuk berangkat akhirnya sampai juga di Lokseumawe dan Takengon di Aceh.

Acara wisuda sarjana di STAIN Malikus Saleh Lokseumawe tentu saja berjalan lancar. Meskipun harus berjalan sangat lama. Maklumlah acara dikemas dengan banyak pidato. Tentu sambil menunggu kedatangan saya. Kira-kira jam  12 saya sampai di lokasi. Maka acara yang ditunggu adalah pidato wisuda yang disampaikan oleh Prof. Imam Suprayogo, mantan Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Dengan gaya pidatonya yang motivatif beliau mengajak agar PTAIN menjadi sumber pendalaman al Qur’an dan kemudian dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. Al Qur’an adalah sumber inspirasi bagi pengkajian ilmu pengetahuan. Semenjak ayat al Fatihah sampai al Nas adalah sumber inspirasi untuk dan berisi tentang bagaimana seharusnya al Qur’an diberlakukan di dalam kehidupan.

Ada  beberapa hal yang saya sampaikan terkait dengan pengembangan pendidikan tinggi Islam yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Pertama, bahwa pendidikan tinggi Islam adalah lembaga pendidikan yang mengusung tentang bagaimana mempelajari ilmu pengetahuan dengan berbasis pada teks agama Islam. Lembaga pendidikan Islam memiliki peran sangat penting terkait dengan bagaimana menyiapkan generasi ke depan yang tidak hanya memiliki kemampuan ilmu sebagaimana hard science-nya, akan tetapi juga memahami tentang bagaimana ajaran Islam tersebut disebarkan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip Islam, yaitu Islam yang rahmatan lil alamin. Al qur’an menjelaskan “wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin”.

Alumni PTAIN haruslah menjadi agen bagi pengembangan Islam yang sesuai dengan namanya, untuk menyelamatkan dunia dari berbagai tindakan kemungkaran, penyalahgunaan kekuasaan, meminggirkan “the other”, bahkan kebiadaban. Islam seharusnya menyelamatkan manusia dan kemanusiaan. Islam tidak mengajarkan kekerasan secara sistemik dan massal. Islam mengajarkan agar di dalam mengajak kepada Islam dilakukan dengan cara-cara yang bijaksana atau dengan hikmah, yang di dalam teks Islam disebut dengan “bi alhikmati,” dengan kebajikan dan kebijakan.

Sebagai agen pengembangan Islam di dalam berbagai perannya, bisa sebagai pendidik, penyuluh masyarakat Islam, pengembang ekonomi umat atau apapun, maka prinsip yang harus dipegang teguh adalah bagaimana mengembangkan semua itu dengan prinsip tawasuth, tawazun, tasamuh dan ta’awun yang sudah menjadi prinsip relasi sosial di dalam Islam.   Tidak mengambil jalan ekstrim di dalam penyebaran Islam karena memegang prinsip tawasuth dan tawazun. Selalu memberikan yang terbaik dan pertolongan karena prinsip tasamuh dan ta’awun. Inilah prinsip yang diajarkan Islam di dalam membangun jaringan dengan manusia atau kelompok lain di era masyarakat modern sekarang.

Kedua, agar para alumni PTAIN menjadi yang terbaik. Ukuran menjadi yang terbaik adalah karena peran yang dimainkan di masyarakat. Semakin besar peran yang dapat dilakukan di tengah kehidupan masyarakat, maka semakin besar peluangnya menjadi yang terbaik tersebut. Islam mengajarkan bahwa manusia yang terbaik bukan mereka yang kaya atau miskin. Akan tetapi Islam mengajarkan bahwa menjadi manusia yang terbaik adalah yang paling besar manfaatnya bagi umat.

Agar menjadi yang terbaik, maka sarjana harus menguasai ilmu yang dipelajarinya dan menjadikannya sebagai sumber untuk melakukan kebaikan bagi masyarakat. Sebagai agen pengembangan masyarakat Islam, maka semua bentuk tindakannya harus mencerminkan tindakan dan prilaku yang berpedoman kepada ajaran Islam. Islam mengukur kebaikan seseorang bukanlah dari parasnya, badannya, etnisnya dan sebagainya akan tetapi mengukur kebaikan seseorang berdasar atas kemanfaatannya bagi manusia lain, bahkan kebaikannya bagi alam seluruhnya dan hal ini mencerminkan dari ketaqwaannya.

Itulah sebabnya sering saya nyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang sarat dengan karakter unggul. Keunggulan karakter tersebut diindikatori dengan bagaimana yang bersangkutan memiliki kedekatan spiritual kepada Allah, ritual yang baik kepada Allah, lalu relasi sosial yang baik dengan sesamanya, dengan tidak membedakan antara satu dengan lainnya. Berlaku baik kepada kaum elit dan juga kepada rakyat jelata. Tidak dibedakan berdasar atas status sosialnya. Ibaratnya, status sosial hanyalah pakaian luarnya saja, akan tetapi yang penting adalah dimensi mendalamnya: kebaikannya dan akhlaknya.

Sarjana paripurna adalah sarjana yang mengusai hard skillednya, akan tetapi juga soft skillednya. Kemampuan intelektual, emosional dan spiritual yang ditunjang dengan kemampuan bergaul atau komunikasi yang baik dan relasi sosial yang luas merupakan faktor penting untuk menjadi orang yang sukses.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini