PESANTREN DALAM PERGULATAN KEBANGSAAN
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah memiliki peran besar dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia, sesungguhnya pesantren tidak akan pernah dilupakan jasanya tersebut oleh masyarakat Indonesia. Pesantren telah memainkan peran yang sangat cantik dalam sejarah Indonesia hingga saat ini.
Demikianlah inti pidato yang disampaikan oleh Menteri Agama RI dalam ceramahnya di depan ribuan santri dan kyai yang memadati Pesantren As’ad dalam perhelatan Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) yang diselenggarakan di Jambi. Acara MQK V ini diselenggarakan di Pondok Pesantren As’ad di Kota Jambi Seberang awal September 2014.
Perhelatan MQK kali ini mengusung Tema “Dari Pesantren untuk Bangsa”. Acara ini dihadiri oleh Menteri Agama, Wakil Menteri Agama, Gubernur Jambi, Wakil Gubernur Jambi, seluruh Kakanwail Kementerian Agama Provinsi se Indonesia, para pejabat eselon I dan II Kementerian Agama Pusat, para Kyai, Dewan Juri dan juga para santri dan masyarakat lainnya.
Perhelatan akbar MQK memang ditempatkan di Pondok Pesantren As’ad di Kota Jambi Seberang, sebab daerah ini adalah sumber ilmu keislaman yang memiliki usia yang sangat panjang. Menurut Gubernur Jambi, bahwa usia pesantren di kota ini sudah mencapai ratusan tahun. Dahulu di pesantren inilah para ahli agama dari berbagai negara dididik. Ada yang dari Thailand, Brunei, Singapura, Malaysia dan juga Filipina. Itulah sebabnya, pesantren-pesantren di Kota Jambi Seberang dianggap sebagai sumber ilmu keagamaan di masa lalu.
Sebagai alumni pondok pesantren As’ad, memang Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, memiliki konsern yang sangat kuat untuk mengembangkan pendidikan. Itulah sebabnya banyak beasiswa yang diberikan kepada santri yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikannya baik di luar negeri maupun dalam negeri. Mereka diberikan dana pendidikan melalui anggaran pendidikan pemerintah provinsi.
Selain itu, sebagaimana yang dinyatakan oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin, bahwa pesantren memiliki beberapa peran penting. Pertama, pesantren merupakan sumber pengetahuan keislaman. Pesantren memiliki elemen penting, yaitu pengajaran dan pendalaman kitab kuning. Pengajaran teks klasik Islam merupakan bagian yang sangat penting di dalam pesantren. Melalui pengajaran kitab klasik inilah maka pesantren dapat melahirkan para kyai dan ulama terkenal.
Banyak sekali kyai dan ulama yang dilahirkan dari pesantren, misalnya Kyai Hasyim Asy’ari, Kyai Wahid Hasyim, Kyai Abdurrahman Wahid dan bahkan Presiden Susilo Bambang Yudoyono adalah orang yang memiliki keterkaitan dengan pesantren. Itulah sebabnya, pesantren menjadi tempat untuk menggembleng para santri agar memiliki kedalaman ilmu keislaman dan memiliki karakter yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Kedua, pesantren sebagai tempat untuk mendidik kemandirian dan keberanian untuk berjuang demi kehidupan bangsa dan masyarakat. Secara historis pastilah tidak dilupakan peran pesantren dalam membela negara dan membangun negara Indonesia. Semenjak sebelum kemerdekaan, pesantren telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Pesantren telah menjadi tempat untuk mengembangkan sikap dan keberanian untuk memperjuangkan kebenaran, kemerdekaan dan kemandirian bangsa.
Pesantren tidak hanya mengajarkan bagaimana mengaji dan mendalami agama, akan tetapi juga semangat bela negara. Pesantren menjadi penyangga untuk mempertahankan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI. Semangat seperti ini tentu didasari oleh pemikiran yang mendalam tentang bagaimana membangun negara yang sesuai dengan Negara Indonesia yang plural dan multikultural.
Ketiga, pesantren sebagai tempat menggembleng pemikiran yang moderat. Di pesantren diajarkan tentang sikap tasamuh, tawassuth dan tawazzun yang sangat tinggi. Santri diajari agar memiliki sikap toleran, moderat dan seimbang. Islam tidak dipahami dari konteks kekerasan akan tetapi dari dimensi kedamaian. Tiga sikap inilah yang akan membentuk pandangan dan sikap para santri untuk tidak bertindak kekerasan di dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Oleh karena itu, pesantren pasti menolak terhadap gagasan menyatukan satu kekhalifahan Islam, sebagaimana yang digagas oleh gerakan Islam Transnasional, seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang sekarang sedang ngetrend di kalangan sebagian kecil masyarakat dunia. Tindakan kekerasan atas nama agama hanya akan merusak citra Islam. Terorisme juga hanya akan merusak image Islam sebagai agama keselamatan dan perdamaian.
Dengan demikian, pesantren akan menjadi ikon bagi penanggulangan terhadap berbagai isme yang datang ke Indonesia dan akan menolaknya jika isme tersebut tidak sesuai dengan pandangan Islam yang mengambil prinsip keselamatan dan perdamaian tersebut.
Menteri Agama akhirnya berharap bahwa melalui MQK ini, maka pendalaman ilmu keislaman berbasis kitab kuning akan dapat menjadi sumbangan bagi kemaslahatan bangsa Indonesia. Jadi, tema perhelatan yang berbunyi “Dari Pesantren untuk Bangsa” menjadi tepat untuk dipahami.
Wallahu a’lam bi al shawab.
