• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

YANG MENGGEMBIRAKAN DARI PENDIDIKAN ISLAM (1)

Tanpa terasa ternyata saya telah mengabdi sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama sudah hampir 2,5 tahun, terhitung saya dilantik oleh Pak Suryadharma Ali, tanggal 17 Januari 2012. Saya sesungguhnya merasakan bahwa dalam kurun waktu tersebut ternyata belum banyak yang bisa saya lakukan, terutam program-program monumental yang semestinya menjadi ikon pendidikan Islam di Kementerian Agama.

Saya tentu teringat kala saya menyandang jabatan ini, maka problem utama di pendidikan tinggi Islam adalah banyaknya keluhan dari para rector terkait dengan betapa susahnya untuk membuka prodi baru, padahal di dalam renstra pendidikan tinggi Islam adalah memperluas akses pendidikan dalam rangka pencapaian peningkatan angka partisipasi kasar (APK). Problem tersebut juga makin runyam kala seorang pimpinan PTAIN berhadapan dengan hokum karena membuka prodi yang terlambat izin operasionalnya.

Itulah sebabnya tugas pertama saya adalah membuka keran perizinan bagi PTAIN, sehingga dalam waktu seminggu bisa dihadirkan ratusan prodi baru sebagai kesempatan untuk membuka akses pendidikan tinggi. Sebagai mantan rector PTAIN, tentu saya tahu persis apa yang sesungguhnya menjadi problem terutama dalam kaitannya dengan pengembangan prodi PTAIN.

Tentu ada program-program yang tidak bernilai monumental meskipun program tersebut adalah program baru, namun yang sungguh membuat gembira adalah terbuaknya keran untuk melakukan konversi kelembagaan pendidikan tinggi Islam. Saya tentu teringat bagaimana Kementerian PAN&RB menolak permohonan perubahan status dari lima STAIN untuk menjadi IAIN. Ada sejumlah alasan yang tentu sangat berat bagi perubahan dimaksud, yaitu jumlah mahasiswa harus 10.000 orang, luas tanah harus 25 hektar dan sejumlah persyaratan lainnya.

Untunglah kepemimpinan di Menpan&RB berubah. Bu Rini, kawan saya, menjadi Deputy Kelembagaan yang salah satu tupoksinya adalah melakukan penilaian terhadap perubahan-perubahan status kelembagaan pendidikan. Melalui diskusi yang panjang, akhirnya kita bersepakat untuk meneruskan perubahan status kelembagaan STAIN ke IAIN. Lima STAIN akhirnya berubah menjadi IAIN. Tentu sebuah kebanggaaan yang luar biasa bagi lima PTAIN yang bisa berubah kelembagaannya tersebut.

Kegembiraan itu terpancar dari acara demi acara pembukaan secara resmi perubahan status ke IAIN. Banyaknya ucapan selamat di berbagai media tentu saja memberikan gambaran bahwa masyarakat menyambut baik terhadap perubahan status dimaksud.

Lalu yang juga monumental adalah perubahan status dari IAIN ke UIN. Jika saya melakukan upaya flashback ke perubahan status dari IAIN Sunan Ampel ke UIN Sunan Ampel, maka betapa lamanya alih status tersebut dapat tercapai. Inisiatif perubahan status tersebut semanjak tahun 2009, dan kemudian baru bisa direalisasi tahun 2013. Waktu yang sangat panjang dan keluarnya energy yang luar biasa pula. Tim perumus proposal yang luar biasa bekerja keras dan seluruh civitas akademika juga menyambut dengan hangat tentang alih status ini.

Lalu juga IAIN Ar Raniri yang juga berubah menjadi UIN Ar Raniri Banda Aceh. Perubahan status ini juga luar biasa sebab melibatkan Pak Azwar Abubakar untuk mensupport terhadap keinginan alih status ini. Maka menurut saya, pantaslah kalau Pak Azwar Abubakar diberi penghargaan dengan Gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Aceh. Tidak ketinggalan, tiga IAIN lainnya, yaitu IAIN Walisongo Semarang, IAIN Sumatera Utara Medan, IAIN Palembang juga memperoleh status baru sebagai UIN yang baru.

Selain perubahan ini, maka yang tidak kalah pentingya adalah keinginan untuk berubah yang sangat tinggi. Akhirnya, ada lagi sejumlah STAIN yang kelak akan menjadi IAIN. Dan sebagaimana yang sering saya ungkapkan bahwa STAIN di ibukota provinsi adalah prioritas. Ada yang masih menjadi PR kita ke depan adalah keinginan untuk perubahan dari PTAIS untuk menjadi PTAIN.

Tidak hanya PTAIN yang berubah statusnya, akan tetapi juga PTAIS. Sejumlah Sekolat Tinggi Agama Islam Swasta juga melakukan alih status ke Institut Agama Islam Swasta. Hal in dilakukan semata-mata dalam kerangka untuk memberikan secara lebih besar akses kepada PTAIS dimaksud. Sampai akhir tahun 2014 diharapkan ada sebanyak 20 PTAIS yang bisa melakukan konversi statusnya lebih luas. Dengan menyandang posisi sebagai institute, maka diharapkan bahwa kapasitas daya tamping mahasiswa makin banyak sehingga akan dapat memberikan akses yang lebih luas untuk para mahasiswa.

Namun demikian, tentu masih ada banyak hal yang harus dibenahi. Sejumlah persoalan saya rasa masih menjadi keinginan kita bersama untuk dibenahi, yaitu bagaimana menjadikan PTAI kita sebagai lembaga pendidikan yang memiliki ekselensi dan diferensiasi. Dua kata ini yang sesungguhnya terus saya pompakan di tengah keinginan untuk membangun PTAI yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif.

Dari sejumlah 53 PTAIN dan 600 lebih PTAIS ternyata baru beberapa saja yang memiliki keunggulan internasional. Meskipun baru setaraf rekognisi Webometrics, akan tetapi apapun dia adalah penghargaan internasional. Demikian pula pengakuan ISO 9001 tahun  2008. Sejumlah PTAIN seperti UIN Malang, UIN Surabaya, UIN Yogyakarta, UIN Bandung, UIN Riau, STAIN Purwikerto, STAIN Palopo adalah beberapa nama PTAIN yang sudah memperoleh pengakuan Webometrics. Bukan ketepatan bahwa beberapa UIN tersebut juga memperoleh pengakuan ISO 9001/2008.

Ke depan tentu tugas kita adalah menguatkan agar PTAIN kita semakin memperoleh international recognition, sehingga keberadaan kita semakin memperoleh pengakuan dari masyarakat. Di dalam renstra 2015-2019, hal tersebut seharusnya akan bisa dijawab.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini