• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KEBERSAMAAN IDUL FITHRI ITU INDAH

Kita semua bersyukur kepada Allah swt, bahwa  Hari Raya tahun 1435 H atau 2014 M.,  ternyata dapat dilaksanaan dalam waktu bersamaan. Baik NU maupun Muhammadiyah dan pemerintah ternyata menetapkan hari raya idul fithri 1435 H  pada hari Senin, 28 Juli 2014.

Terasa indah manakala hari yang monumental dalam serangkaian ibadah ritual puasa tersebut terselenggara dalam waktu yang bersamaan. Semua was-was menunggu hasil sidang itsbat yang dilakukan pemerintah.  Mereka tentu berharap agar pemerintah  menentukan  hari raya Idul Fithri yang sama. Dan semuanya pasti mengucapkan syukur Alhamdulillah kala mendengar Menteri Agama RI, Lukman Hakim Syaifuddin membacakan keputusan hasil sidang itsbat  sebagaimana di atas.

Semua lega dan semua menyatakan kegembiraannya. Saya kira tidak hanya kalangan Muhammadiyah yang lega, akan tetapi juga semua umat Islam merasakan perasaan senangnya. Kebersamaan hari raya oleh sebagian orang merupakan  bagian dari  indicator kesatuan dan persatuan umat Islam. Persoalan hari raya yang tidak sama terkadang bisa dimaknai sebagai keterpecahbelahan umat Islam secara general.

Memang banyak orang yang tidak paham bahwa perbedaan penentuan awal Ramadlan atau awal Syawal tersebut berawal dari perbedaan metodologi dalam penentuannya. Muhammadiyah yang menggunakan prinsip wujudul hilal bisa berbeda dengan organisasi lain dan juga pemerintah yang menggunakan imkanur rukyat. Dulu perbedaan tersebut dipandang sebagai perbedaan metodologi hisab dan rukyat, akan tetapi sebenarnya sekarang sudah tidak seperti itu lagi.

Kesamaan hari raya idul fithri juga terasa sedemikian bermakna. Semuanya bisa merayakannya dengan saling berkunjung atau silaturrahim. Sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa hari raya itu identik dengan saling kunjungan ke rumah kerabat, handai taulan, tetangga dan juga antara staf dan pimpinan.

Itulah sebabnya banyak pejabat yang melakukan open house untuk kepentingan melestarikan tradisi riyayan. Hari raya sekarang ini terasa sangat istimewa, sebab saya bisa melakukan silaturrahim ke banyak tempat. Dan tentu juga banyak kenalan yang bisa saling memaafkan. Indah memang.

Ketika jam menunjukkan angka 10.30 menit saya sudah sampai di Rumah Dinas Pak Menag. Ketika saya sampai di Rumah Dinas Menteri, ternyata  sudah datang para Pendeta Agama Hindu dan juga beberapa staf di kementerian. Untungnya,  bahwa jam 11.00 wib., Pak Menag sudah datang di Widya Candra. Tentu kami semua bergegas untuk menyambutnya dengan mengucapkan “selamat hari raya Idul Fithri, minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin”.

Kami pun menikmati makanan yang sudah disediakan. Ada bakso, nasi kebuli, opor ayam, dan makanan lainnya. Sayang perut saya sudah kenyang, sehingga tidak lagi mampu menampung makanan yang variatif tersebut. Sayang sekali bahwa ada banyak makanan,  akan tetapi apa daya perut sudah tidak sanggup lagi untuk memuatnya.

Saya pun bergegas ke rumah Pak Muhamad Nuh, Mendikbud. Hanya saja Pak Nuh belum datang dari acara Halal bil Halal di Istana Negara dengan Pak Presiden, SBY. Makanya saya lalu ke rumah Dinas, Menteri Bappenas, Ibu Armida Alisyahbana. Saya bersyukur karena Bu Menteri sudah berada di kediaman. Ternyata sudah sangat banyak pejabat yang hadir di situ. Saya tentu mengenal beberapa di antaranya, misalnya Ibu Nina Sarjunani, Pak Taufiq Hanafi, Ibu Emmy dan lain-lain,  yang saya tentu sering bertemu dan berdiskusi dengannya. Saya pun bertemu dengan Ibu Prof. Dr. Armida S Alisyahbana dan mengucapkan selamat berhari raya dan mohon maaf atas semua kesalahan. Dengan ramahnya Bu Armida menyapa dan membalasnya dengan ucapan permohonan maaf dan terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

Saya pun bergegas ke Jalan Denpasar, di mana juga banyak rumah dinas menteri. Saya akan riyayan ke Rumah Dinas Pak Azwar Abubakar dan juga Pak Dipo Alam. Syukurlah bahwa jalanan lengang. Saya bisa cepat sampai di rumah Pak Dipo Alam. Sudah datang di rumah beliau Pak Djatmiko, salah seorang deputi di Sekretaris Kabinet. Di rumah ini juga ada banyak makanan sebagaimana ciri khas makanan hari raya Idul Fithri. Opor ayam adalah khas masakan pada hari ini. Kita pun bisa berbincang tentang banyak hal, terutama tentang kebersamaan hari raya tahun ini. Semua sependapat bahwa kebersamaan hari raya adalah kebahagiaan bagi kita semua.

Akhirnya saya bisa bertemu dengan Pak Azwar. Saya memang sudah janji mau bertemu Beliau pada waktu kami membahas usulan CPNS tahun 2014 di kantor. Saya datang ke kantor Beliau untuk membahas tambahan kuota CPNS bagi Kementerian Agama. Semula memang hanya mendapatkan jatah 596 orang dan akhirnya mendapatkan tambahan sebanyak 1500 orang. Mayoritas CPNS tersebut akan didayagunakan untuk penambahan jumlah dosen PTAIN yang memang dirasakan sangat kurang.

Menteri yang baru saja mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa ini memang sangat getol memperjuangkan reformasi pendidikan khususnya pendidikan Islam. Pada zaman Beliau menjadi Menpan dan RB, maka sebanyak lima IAIN berubah menjadi UIN dan sebanyak lima STAIN menjadi IAIN serta akan bergulir lagi sejumlah STAIN untuk menjadi IAIN. Warga PTAIN tentu sangat senang dengan kenyataan ini.

Ada yang unik di Rumah Dinas Pak Azwar. Makannya banyak yang bernuansa Aceh, misalnya Mie Aceh dan Ketan Aceh, serta Ketan Bakar. Enak rasanya kala disantap. Beliau ambilkan Ketan Bakar dan Ketan Aceh untuk disantap secara bersamaan. Konon katanya, yang paling enak adalah Mie Aceh yang makanannya ditaruh di Cangkang Kepiting. Lezat dan nikmat. Kalau orang datang ke Aceh dan belum menyantap Mie Aceh,  katanya belumlah datang ke situ.

Puasa adalah bulan ibadah dan bulan pahala serta bulan pengampunan. Kala kemudian kita bisa bersilaturrahim pada saat lebaran kepada orang yang kita kenal dan kita ajak kerjasama dalam waktu lama, rasanya puasa kita menjadi  sempurna. Oleh karena tradisi lebaran sungguh merupakan tradisi yang sangat baik makanya  kiranya perlu terus kita lestarikan meskipun gelombang globalisasi terus menggempur kita.

Selamat hari raya dan mohon maaf atas semua kekhilafan. Tidak ada orang yang sempurna dan selalu benar, maka atas nama kekurangan itu sudahlah pantas kalau kita saling memaafkan. Min al-aidin wa al-faizin taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya Karim kullu amin wa antum bi khairin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini