GURU UNTUK MEWIRAUSAHAKAN PENDIDIKAN
GURU UNTUK MEWIRAUSAHAKAN PENDIDIKAN
Judul ini mungkin agak seksi. Tetapi memang saya pilih dalam kerangka untuk memberikan pemahaman bahwa pendidikan sebenarnya tidak hanya diharapkan untuk menghasilkan kaum akademikus atau teoretikus yang andal, akan tetapi pendidikan juga diharapkan sebagai penghasil para wirausahawan yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kapasitas usahanya di dalam memenuhi hajad hidupnya.
Memang seharusnya ada ambisi agar pendidikan akan dapat memberi manfaat bagi para alumninya agar dapat memiliki kemampuan untuk menjadi pengusaha di masa depan. Tujuan ini mungkin ambisius akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa mimpi ini suatu ketika akan bisa tercapai. Orang yang berjaya dan berhasil adalah yang memiliki kemampuan untuk menjawab mimpinya untuk menjadi kenyataan.
Lembaga pendidikan menurut saya dapat menjadi instrumen utama untuk menghasilkan SDM yang andal. Kehebatan lembaga pendidikan akan menjadi penentu keberhasilan SDM di masa depan. Oleh karena itu, jika banyak lembaga pendidikan berkualitas maka tentu akan juga menghasilkan SDM yang berkualitas.
Saya diundang dalam acara diskusi di Rakernas Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan juga peringatan ulang tahun ke 60. Acara yang digelar dengan mendatangkan seluruh pimpinan wilayah IPNU ini membicarakan satu aspek yang sangat mendasar yaitu bagaimana kontribusi IPNU dalam pendidikan bangsa. Ketepatan saya memperoleh sesi diskusi yang dipandu langsung oleh ketua Umum IPNU, Khoirul Anam.
Sebagaimana biasanya, maka saya sampaikan bahwa salah satu tantangan pendidikan di Indonesia. Pertama, tentang kualitas pendidikan Indonesia yang masih belum menunjukkan peningkatan kualitas yang signifikan. Dari berbagai survei yang diselenggarakan oleh badan nasional atau internasional, masih menempatkan pendidikan Indonesia pada peringkat menengah atau bahkan peringkat bawah. Indeks pengembangan pendidikan Indonesia tentu kalah dibanding dengan Malaysia Thailand dan bahkan Filipina. Peringkat pendidikan Indonesia di dunia internasional belumlah sesuai dengan harapan kita bersama.
Untuk peningkatan kualitas pendidikan, sesungguhnya Pemerintah sudah memberikan anggaran yang memadai khususnya untuk peningkatan kualitas guru dan dosen, melalui skema program sertifikasi yang diharapkan bisa menjadi pengungkit terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan kemudian secara sistemik akan bisa membawa kepada peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
Akan tetapi ternyata bahwa peningkatan standart pendapatan guru dan dosen juga belum memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan kita. Saya tentu tidak ingin menyalahkan bahwa guru adalah satu-satunya faktor yang menyebabkan keterpurukan pendidikan, sebab tentu ada variabel lain yang juga secara sistemik akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Namun demikian, tentu saja di pundak para gurulah sesungguhnya harapan besar akan peningkatan pendidikan akan bisa dicapai.
Upaya peningkatan kualitas guru tentu harus terus dilaksanakan. Di antara upaya tersebut adalah melalui program penyetaraan pendidikan para guru. Bagi mereka yang masih berijazah D1 atau D2, maka menjadi wajib baginya untuk menyelesaikan pendidikan setara Strata satu. Sesungguhnya tidak hanya untuk memenuhi agar yang bersangkutan bisa mengikuti program sertifikasi akan tetapi yang lebih penting adalah untuk peningkatan kualitas profesionalitasnya. Selain itu juga program pelatihan, kursus, workshop, diskusi dan sebagainya yang diharapkan akan bisa mengupdate kemampuan para guru.
Kedua, tantangan pendidikan kewirausahaan. Pendidikan juga diharapkan bisa menghasilkan out put alumni yang memiliki basis keahlian yang baik. Salah satu keunggulan lembaga pendidikan dewasa ini adalah tentang kewirausahaan. Coba kita tengok lembaga pendidikan seperti Ciputra University dan Podomoro University lalu mengusung diri sebagai lembaga pendidikan tinggi berbasis pada kewirausahaan. Sebab di sanalah jualan mereka tentang lembaga pendidikan tinggi. Makanya, yang diusung oleh keduanya dalam hal tenaga pendidik adalah mereka yang memiliki keahlian di bidang pendidikan kewirausahaan.
Pemilihan pada lembaga pendidikan berbasis pada kewirausahaan tentu didasari oleh pikiran yang sangat rasional. Dengan luas wilayah Indonesia, jumlah penduduk yang besar dan juga kebutuhan yang sangat variatif, maka tentu tidak salah jika menjadi wirausahawan adalah lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Bahkan Kyai Wahid Hasyim di masa lalu juga menyatakan bahwa kebanyakan urusan dunia diperoleh melalui dunia perdagangan atau bisnis.
Pendidikan adalah lembaga penyedia SDM yang secara khusus terkait dengan program kewirausahaan. Oleh karena itu yang sesungguhnya diperlukan oleh lembaga pendidikan adalah para guru yang memiliki semangat dan kemampuan untuk menjelaskan tentang dunia kewirausahaan. Di sinilah makna pentingnya para guru memahami kewirausahaan dan kemudian dapat membangkitkan semangat para siswanya untuk kepentingan tersebut.
Pendidikan Islam tentunya harus bersearah dengan kemauan zaman ini. Bagi saya bahwa pendidikan keagamaan yang berhasil adalah pendidikan keagamaan yang mampu memberikan kemampuan soft skilled bagi siswa atau anak didiknya untuk bersemangat dan mampu menjawab tantangan zaman. Di dalam hal ini maka keberadaan para guru dan segenap jajaran penyelenggara pendidikan yang peka terhadap pentingnya kewirausahaan pendidikan tentunya memperoleh nilai lebih.
Jadi, perlu ada pemihakan terhadap keinginan menjadikan lembaga pendidikan sebagai sumber untuk mencetak wirausahawan yang berkemampuan untuk maju dan berprestasi.
Wallahualam bisshawab.