KYAI SAHAL DAN WARISAN KEBANGSAANNYA
KYAI SAHAL DAN WARISAN KEBANGSAANNYA
Saya masih ingin menulis sekali lagi tentang Kyai Sahal. Saya juga tidak tahu mengapa keinginan itu begitu kuat. Tetapi yang jelas saya merasa bahwa kehadiran kyai Sahal bagi bangsa Indonesia sungguh sangat penting.
Kyai Sahal meskipun memiliki pengaruh yang sangat besar dalam jajaran umat Islam dan umat agama lain dan bagi masyarakat Indonesia akan tetapi beliau sangat sederhana. Tidak ada kemewahan layaknya orang lain yang memiliki pengaruh besar. Padahal sebagai Rois Am Syuriah NU dan juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesis (MUI), maka seharusnya beliau memiliki kemewahan yang memadai. Namun demikian, kita tentu melihat bagaimana Kyai yang satu ini tetap sederhana dalam penampilan dan keadaannya.
Di antara warisan penting Kyai Sahal adalah pandangannya tentang nasionalisme dan kebangsaan. Siapapun tidak akan ada yang meragukan mengenai pandangan, sikap dan tindakannya tentang kebangsaan dan nasionalisme keindonesiaan. Sungguh beliau adalah contoh nyata tentang seorang kyai yang berpandangan sangat mendasar tentang keislaman, keindonesian dan modernitas.
Tentang keislaman, maka konsepsi tentang Islam rahmatan lil alamin atau Islam moderat adalah bagian mendasar dari pemikirannya. Dan beliaulah yang mempengaruhi banyak pemikir lainnya. Saya kira Gus Dur, KH Hasyim Muzadi dan juga KH Said Aqil Siraj sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan hasil akumulasi dari pemikiran beliau tentang keislaman.
Jika ulama NU memiliki arus utama pemikiran tentang Islam rahmatan lil alamin, maka tentu karena pengaruh beliau. Ibaratnya beliau adalah ideolog Islam rahmatan lil alamin. Sebagai ideolog Islam moderat, tentu ideologi tersebut berasal dari kemampuannya untuk membaca Islam Indonesia yang sesungguhnya memiliki kekhasan dan berbeda dengan Islam di tempat lain, misalnya Islam di timur tengah. Jika Islam di timur tengah menyajikan Islam yang puris atau Islam yang dianggap apa adanya, sesuai dengan amalan yang benar tentang Islam, maka Islam keindonesiaan adalah Islam yang menghadirkan nuansa kultur yang kental. Namun demikian bukanlah Islam yang tidak orisinal, akan tetapi adalah Islam yang dihias dengan tasawuf dan kultur lokal yang selaras, serasi dan seimbang.
Islam yang tidak menghabisi dan kejam terhadap tradisi lokal, akan tetapi Islam yang ramah dan menjunjung tinggi terhadap tradisi lokal yang tidak bertentangan dengannya. Jika ada yang bertentangan dengan Islam maka secara lambat tetapi pasti akan digantikan dengan prinsip Islam yang mendasar. Di dalam tulisan saya tentang Islam Pesisir, maka saya sebutkan istilah “tayuban menjadi thayiban.” Dahulu di sumur wali selalu diselenggarakan acara tayuban atau tarian Jawa dengan musik gamelan, akan tetapi sekarang tradisi tayuban digantikan dengan tahlilan dan tradisi lain yang berbeda tidak dipangkas habis. Maka terjadilah kegiatan thayiban.
Tentang keindonesiaan Kyai Sahal tentu juga tidak ada yang meragukannya. Ucapan, sikap dan tindakan beliau tentang bagaimana menghargai dan menjadikan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebhinekaan sebagai pilar kehidupan bangsa Indonesia tentu tidak ada yang meragukannya. Beliau sangat concerns berbicara tentang keindonesiaan ini. Bahkan di dalam setiap pidatonya di muka publik selalu disisipkan tentang watak kebangsaannya. Misalnya di dalam acara pembukaan Munas Alim Ulama di Surabaya, lalu ketika memberikan sambutan pada acara di STAIMAFA, Jepara, dan juga acara peresmian Program Studi Strata dua INISNU Jepara dan juga lainnya. Watak kebangsaannya itulah yang membuatnya beliau dihargai dan dihormati oleh sesama umat Islam dan non muslim.
Bagi saya dan saya sependapat dengan Kyai Sahal bahwa tidak harus dibedakan dan dipisahkan antara keislaman, keindonesiaan dan kemodernenan. Ketiganya merupakan suatu sistem dalam kehidupan bangsa Indonesia. kalau kita bisa memadukan ketiganya di dalam praksis kehidupan, maka dapat dipastikan kita akan memperoleh kemajuan.
Demikian pula tentang modernitas. Kyai Sahal tidaklah menolak kemoderenan sebagai bagian dari kehidupan umat Islam. Islam yang modern tidaklah identik dengan sikap hidup ke barat-baratan. Bukan sikap hidup yang west life. Tetapi modern identik dengan kemajuan dan perkembangan. Gagasannya untuk mendirikan universitas yang unggul dalam ilmu pengetahuan adalah bagian dari keinginannya untuk menjadikan warga NU memiliki keunggulan di dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu betapa gembiranya kala INISNU Jepara menjadi universitas sebab hal itu tentu menjadi keinginan beliau. UNISNU bagi kyai Sahal adalah lambang dari proses pencarian untuk menuju kepada kemoderenan.
Selain itu, sikapnya yang tegas terhadap gerakan radikalisme yang cenderung eksklusif juga menjadi ciri khas pemikiran, sikap dan tindakannya. Secara tegas dinyatakan bahwa gerakan radikalisme yang mengusung Islam garis keras yang mengusung kekerasan di dalam menyebarkan Islam bukanlah ciri khas Islam. Cara seperti itu, bagi Kyai Sahal justru akan mencederai Islam yang sebenarnya anti kekerasan. Pandangannya tentang radikalisme dan terorisme yang dilakukan oleh sebagian kecil umat Islam akan merusak citra Islam dalam pandangan dunia internasional dan justru akan menjauhkan Islam dari umatnya.
Warisan penting kyai Sahal bagi NU dan bagi bangsa Indonesia adalah tentang pemikiran, sikap dan tindakannya yang sangat nasionalis. Perlunya menjadikan Pancasila, UUD 1945, kebinekaan dan NKRI sebagai pilar bangsa yang harus terus dipupukkembangkan merupakan pandangan yang sangat orisinal bagi kemajuan dan keberhasilan bangsa Indonesia untuk menjadi negara besar di kemudian hari.
Jadi, bangsa Indonesia memiliki hutang budi kepada Kyai Sahal, utamanya bagi pemantapan pilar bangsa bagi segenap bangsa Indonesia.
Wallahualam bisshawab.