KH. SAHAL MAHFUDZ, PENDIDIKAN DAN ISLAM INDONESIA
KH. SAHAL MAHFUDZ, PENDIDIKAN DAN ISLAM INDONESIA
Saya sungguh terkejut ketika pagi-pagi saya membuka SMS dari Ibu Faiqoh, keponakan Kyai Sahal Mahfudz, yang mengabarkan bahwa Kyai kharismatik, Kyai Sahal Mahfudz, dari Kajen, Pati, Jawa Tengah tersebut telah dipanggil oleh Allah SWT, dalam usia 70 tahun. Inna lillahi wa Inna ilaihi rajiun. Jam 01.24 WIB., BU Faiqoh memberitahu saya tentang wafatnya Kyai Sahal. Beliau adalah kyai yang tentu sangat saya hormati.
Dalam tahun kemarin, saya sempat dua kali ketemu beliau. Yang pertama adalah ketika saya diminta untuk memberikan sambutan dan memberikan pengarahan pada acara pembukaan program pascasarjana strata dua Manajemen Pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Nahdlatul Ulama (STAINU) di Jepara. Beliau juga hadir dan memberikan sambutan selaku rektor STAINU Jepara. Saya tentu tidak ingat secara mendasar tentang sambutan Beliau, akan tetapi yang jelas adalah memberikan arahan tentang keinginan beliau bahwa ke depan, STAINU harus menjadi universitas. Hal itu pula yang disampaikan beliau kepada saya ketika saya bersama beliau berada di ruang tamu sebelum acara peresmian dan upacara pembukaan program pascasarjana STAINU Jepara berlangsung.
Yang kedua, adalah ketika saya menjadi narasumber dalam salah satu seminar tentang Islam rahmatan lil alamin di Kajen. Saya bersama Dr. KH. As’ad Ali yang juga menjadi nara sumber pada acara itu. Beliau waktu itu memberikan pengarahan dan membuka acara. Saya selalu terkesan dengan pembicaraan Beliau terutama kalau sudah berbicara tentang Islam rahmatan lil alamin. Rasanya, di dalam jiwanya terpateri dengan sangat kuat tentang Islam yang memberi rahmat kepada segenap alam tersebut.
Beliau memang memiliki konsern yang sangat tinggi terhadap tiga hal, yaitu pendidikan, keislaman dan kerahmatan Islam. Dalam bidang pendidikan maka tentu tidak diragukan keterlibatannya, sebab beliau adalah pemimpin pesantren dengan ribuan santri yang berasal dari seluruh Indonesia. Meskipun beliau sebagai aktivis organisasi, yaitu sebagai Ketua MUI pusat dan juga sebagai Rais Am PBNU, akan tetapi perhatian beliau terhadap pesantren Maslakul Huda di Kajen, Pati tidaklah pernah luntur.
Dalam catatan Prajarta Dirjasanyoto, bahwa meskipun beliau memiliki reputasi nasional sebagai Rais Am PBNU maupun sebagai pimpinan MUI, akan tetapi beliau tetap konsisten membangun kharisma lokalnya. Beliau juga konsisten di dalam ibadahnya, mengajar dan memberikan ceramah agama di berbagai tempat dan kesempatan. Jika terdapat kegiatan yang bersamaan waktunya antara di pusat atau di daerah maka beliau lebih memilih kegiatan di daerah. Hal ini dilakukan di dalam membangun kharisma lokalnya yang dianggapnya sangat penting.
Sebagai pimpinan pondok pesantren, maka lembaga pendidikannya juga berkembang dengan pesat. Beliau tidak hanya memikirkan pendidikan diniyah atau untuk kepentingan tafaqqun fiddin, akan tetapi jug berpikir tentang pendidikan yang lebih luas. Itulah sebabnya, maka perguruan tinggi yang beliau pimpin lalu mengembangkan program studi non keagamaan, seperti program teknologi informasi, program bahasa asing, kesehatan dan sebagainya. Program ini dimaksudkan agar para santri memiliki bekal yang variatif tentang profesinya di masa yang akan datang. Makanya, di pesantrennya juga didirikan Rumah Sakit NU yang kiranya menjadi rumah sakit terbaik di kalangan pesantren.
Komitmen beliau tentang pendidikan agama juga sangat tinggi. Beliau selalu dipikir bahwa harus ada pendidikan yang akan mengarah kepada Jaya untuk mencetak Acer ulama. Tentu ulama yang diinginkan adalah ulama plus, yaitu ulama yang memiliki kemampuan agama yang sangat mendalam tetapi juga tidak ketinggalan di dalam kehidupan duniawi yang terus berubah dengan cepat. Makanya, di Perburuan tingginya tidak hanya didirikan program pendidikan agama Islam, tetapi juga didirikan program studi Community development. Hal ini tentu diilhami bahwa santri harus menjadi agen perubahan sosial. Demikian pula keinginan beliau agar STAINU Jepara yang beliau pimpin bisa menjadi universitas. Gabungan pesantren sebagai tempat untuk mengodok santri yang mendalami agama, dengan universitas dan pendidikan berbasis ilmu non keagamaan serta pemberdayaan masyarakat, tentu akan menghasilkan tampilan santri yang lebih komprehensif.
Lalu, gagasan beliau tentang Islam yang rahmatan lil alamin tentu bukanlah bahasa yang tiba-tiba muncul. Tindakan ini merupakan akumulasi dari pemahaman dan pengalamannya sebagai warga negara Indonesia yang multikultural. Pidato beliau di dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama NU di Surabaya, tentu menjadi barometer bagi peneguhan Kyai Sahal Mahfudz sebagai tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki pandangan yang luar biasa tentang relasi antara agama dan negara. Pandangan bahwa NU sebagai organisasi sudah meneguhkan bahwa Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebhinekaan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan secara maksimal. Oleh karena itu, beliau selalu mengingatkan akan pentingnya terus mengembangkan Islam yang tawazun, tawassuth, tasamuh, dalam bingkai Islam rahmatan lil alamin.
Di dalam kerangka mengembangkan Islam yang moderat ini, maka tidak jarang beliau mengungkapkan tentang keharusan kewaspadaan di dalam menghadapi aliran-aliran keagamaan yang secara diametrikal berlawanan dengan Islam moderat. Makanya, beliau selalu memberikan wejangan agar terus memantapkan barisan untuk menjaga dan mengembangkan Islam yang moderat tersebut. Jika sekarang tensi pertentangan antara Islam moderat dengan Islam garis keras semakin meningkat, maka sesungguhnya hal tersebut sudah diperingatkannya di masa lalu.
Baginya, Islam yang cocok bagi masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural adalah Islam yang moderat. Islam yang memberi kerahmatan bagi seluruh penduduk dunia. Islam yang seperti ini, hanya akan terjadi kalau umat Islam memahami Islam secara benar sesuai dengan Islam yang pernah dikembangkan oleh Rasulullah, yang di dalam aplikasinya adalah berpedoman kepada Piagam Madinah, yang hingga hari ini tetap dianggap sebagai solusi atas relasi antara Islam dan negara di dalam masyarakat yang kompleks.
Selamat jalan Kyai, saya yakin bahwa perjuangan Kyai di dalam upaya untuk memodernisasikan pendidikan Islam dan terus mengembangkan Islam rahmatan lil alamin akan terus dilakukan oleh generasi sekarang dan yang akan datang.
Wallahualam bisshawab.