• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

STAIN PADANGSIDIMPUAN PUN JADI IAIN

STAIN PADANGSIDIMPUAN PUN JADI IAIN
Pada tahun 2013 memang dapat dianggap sebagai tahun keberuntungan bagi PTAIN, sebab kiranya belum pernah ada transformasi PTAIN yang sebesar dan sebanyak di tahun 2013 ini. Mungkin tahun 2013 adalah tahun keberuntungan bagi STAIN yang berubah menjadi IAIN.
Saya menemani Pak Menteri Agama, Dr. Suryadharma Ali untuk meresmikan dan sekaligus melantik rektor IAIN Padangsidimpuan, pada tanggal 6 Januari 2014. Bersama beliau adalah direktur Pendidikan Tinggi Islam, dan para pejabat lainnya. Untuk sampai ke Padangsidimpuan, maka terlebih dahulu harus naik pesawat ke Medan dan kemudian dengan pesawat Susi Air terus ke kota ini. Kapasitas pesawat hanyalah untuk 12 orang. Bersama Pak Menteri Agama ke Padangsidimpuan adalah Rektor IAIN Sumatera Utara, Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dan pejabat lainnya.
Untunglah bahwa udara sangat cerah dan baik untuk penerbangan. Saya agak khawatir juga dengan naik pesawat kecil ini. Selain hanya memuat sebanyak 12 orang juga khawatir karena musim hujan sehingga kemungkinan akan terdapat mendung yang tebal atau pusaran angin dan seterusnya. Tetapi untunglah bahwa cuaca sangat mendukung terhadap penerbangan pesawat Susi Air yang dipiloti orang barat dan co pilot orang China.
Pesawat Susi air dulunya adalah pesawat yang digunakan untuk kepentingan mengangkut udang yang akan diekspor ke luar negeri. Pesawat ini tidak digunakan untuk angkutan reguler dari dan ke Medan dan Padangsidimpuan. Setelah badai tsunami kemudian pesawat ini dijadikan sebagai pesawat angkut penumpang secara reguler. Sekali dari Medan ke Padangsidimpuan dan sekali dari Padangsidimpuan ke Medan. Naik pesawat ini rasanya seperti naik speedboat di laut sebab besarnya memang seperti itu.
Semula kami agak pesimis dengan keberadaan transformasi ini. Kami baru sekali ini ke STAIN Padangsidimpuan. Demikian pula Direktur Pendidikan Tinggi Islam. Untuk peralihan status ini memang dipercayakan sepenuhnya kepada tim yang sudah ditentukan oleh Direktorat Pendidikan Islam dan Sekretariat Jenderal Kementerian Agama. Tetapi saya merasa sangat gembira sebab realitas empiris menggambarkan bahwa perubahan STAIN ke IAIN Padangsidimpuan ini ternyata tepat. Selain bangunan fisiknya yang sangat baik juga antusiasme untuk berubah luar biasa.
Acara ini juga dihadiri oleh para Bupati di wilayah Tapanuli bagian Selatan. Para bupati ini memang hadir dalam rangka untuk memberikan dukungan kepada keberadaan IAIN Padangsidimpuan. Hal itu disebabkan bahwa ada keinginan agar wilayah Tapanuli Bagian Selatan akan menjadi provinsi sendiri. Jadi, kehadiran IAIN tentu menjadi aset penting bagi perubahan status ke provinsi tersebut.
Jarak dari bandara Padangsidimpuan ke STAIN Padangsidimpuan ternyata cukup jauh. Kira- kira 45 menit. Jalannya juga kurang mulus. Maklum jalan kabupaten yang rasanya memang perlu pemihakan anggaran lebih besar. Sebagaimana wilayah Sumatera pada umumnya, maka daerah ini juga berbukit-bukit. Kiranya cocok dengan namanya Bukit Barisan. Kalau tidak memakai patwal rasanya bisa lebih lama. Akhirnya sampai kami beserta rombongan Pak Mentei Agama di kampus STAIN Padangsidimpuan. Dugaan saya keliru, sebab kampus ini secara fisik ternyata memadai. Pantaslah kalau berubah menjadi IAIN. Lagi pula, wilayah ini tentu termasuk daerah yang jauh dari pusat-pusat pendidikan Islam.
Ketika Pak Menteri Agama, Dr. Suryadharma Ali datang, maka dilakukan upacara penerimaan tamu oleh ketua adat di Tapanuli. Kami bertiga menerima kalungan Ulos atau selimut yang menandakan kesederajatan, keakraban dan sekaligus juga pengakuan sebagai warga Tapanuli. Dengan mantra-mantra suci yang dibacakan oleh tetua adat, maka Pak Suryadharma Ali menerima kalungan ulos dari Bupati Tapanuli Selatan, lalu kami menerima kalungan ulos dari Ketua STAIN Padangsidimpuan dan Direktur Pendidikan Tinggi menerima ulos dari kakankemenag Kabupaten Tapanuli selatan, dan dilanjutkan dengan upacara peralihan status.
Sungguh merupakan sebuah kebanggaan terjadinya alih status dari STAIN ke IAIN. Sebagaimana yang diceritakan oleh Dr. Ibrahim Siregar, bahwa sebelum menjadi STAIN, maka perguruan tinggi ini adalah perguruan tinggi yang didirikan oleh orang NU. Pada perkembangan berikutnya, maka kemudian menjadi IAIN Cabang Padang dan kemudian menjadi IAIN Cabang Sumatera Utara, sampai akhirnya kemudian menjadi STAIN Padangsidimpuan.
Kunjungan Menteri Agama ke Padangsidimpuan tentu sangat menggembirakan seluruh jajaran civitas akademika IAIN Padangsidimpuan. Sebab selain meresmikan perubahan status dimaksud juga sekaligus pelantikan rektor. Makanya, sambutan hangat tersebut dapat dilihat dari banyaknya karangan bunga yang ditujukan pada perubahan status STAIN menjadi IAIN. Dengan demikian, perubahan status merupakan prosesi yang sangat ditunggu oleh segenap civitas akademika, akan tetapi juga para pimpinan daerah dan masyarakat.
Itulah sebabnya di dalam sambutannya Menteri Agama menyatakan bahwa agar perubahan status menjadi IAIN jangan hanya perubahan status kelembagaannya saja akan tetapi adalah perubahan mindset seluruh civitas akademika untuk mengembangkan kemampuan akademik dan kelembagaan sekaligus. Melalui perubahan ini maka diharapkan bahwa para dosen dan mahasiswa akan terus berbenah sehingga akan dapat dicapai tujuan pendidikan yaitu mencetak manusia Islami yang berakhlakul karimah, cerdas dan kompetitif.
Makanya, menjadi IAIN akan terbuka luas kesempatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang integratif. Dengan demikian tidak ada lagi dikhotomi antara ilmu keislaman dengan ilmu umum. Sebab sumber ilmu itu hanya satu, Allah SWT. Ilmu keislaman kemudian hanya difokuskan pada kajian tentang AL Quran dan ilmu tafsir, ilmu Hadits, ilmu fiqh, Ushul fiqh, tasawuf, tarikh dan sebagainya, sedangkan yang lain tidak dianggap sebagai ilmu keislaman. Bahkan juga ada pandangan bahwa mengkaji ilmu keislaman memperoleh pahala dan mengkaji ilmu lainnya tidak memperoleh pahala.
Dengan menjadi IAIN, maka keinginan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan integratif akan bisa lebih digalakkan. Hal ini akan terlaksana kalau segenap civitas akademika terus menerus berbenah untuk mengembangkan kapasitas diri dan keilmuannya. Jadi semuanya tergantung kepada kita semua.
Wallahualam bisshawab.

Categories: Opini