AMBON CONTOH KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
AMBON CONTOH KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Di dalam pengamatan saya, maka gerak jalan kerukunan umat beragama yang paling monumental dari variasi kepesertaannya adalah gerak jalan kerukunan lintas umat beragama yang dilaksanakan di Ambon, 9 Januari 2014. Hal ini disebabkan oleh jumlah peserta yang sangat variatif, dari berbagai kalangan, selain jumlahnya yang cukup banyak, kira-kira 17.000 orang.
Peserta gerak jalan kerukunan lintas agama ini diikuti oleh pimpinan Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten/kota dan juga stafnya. Para guru dan siswa Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah Negeri dan Swasta, dan juga para guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta. Selain itu juga para pejabat dan staf Pemerintah kota dan kabupaten di wilayah Ambon, para pejabat dan staf SKPD kabupaten dan kota se wilayah Ambon, para polisi, angkatan laut dan darat yang semuanya terlibat di dalam gerak jalan kerukunan umat beragama ini.
Di antara pimpinan daerah yang hadir adalah Pejabat Gubernur Maluku, Saut Situmorang, Sekretaris Daerah Maluku, para pejabat daerah provinsi Maluku, Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku, Seluruh jajaran Kementerian Agama Provinsi Maluku, serta masyarakat Maluku yang memang secara sengaja mengikuti gerak jalan ini.
Saya harus mengapresiasi terhadap pelaksanaan gerak jalan kerukunan umat beragama ini disebabkan oleh varian peserta dan juga banyaknya peserta. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya masyarakat sangat mencintai kerukunan umat beragama dan juga adanya kesadaran umat beragama untuk saling hidup rukun antara satu dengan lainnya.
Mereka bersatu padu dalam gerak dan langkah untuk secara bersama mengikuti acara ini. Tidak terbayangkan bahwa di sini pernah terjadi konflik yang saling menihilkan. Semua menyatu dalam gerak jalan kerukunan yang digagas dan dilakukan oleh Menteri Agama RI, Dr. Suryadharma Ali.
Di dalam sambutannya, Menteri Agama menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada konflik agama. Konflik itu terjadi karena adanya keinginan atau nafsu manusia yang berupa amarah yang tidak terkendalikan. Kalau masyarakat bisa mengendalikan amarahnya, maka konflik itu tidak akan terjadi. Agama sesungguhnya sudah memberikan pedoman secara memadai agar manusia saling menyayangi, saling mencintai dan saling memahami antara satu dengan lainnya.
Menurut Menteri Agama, bahwa Ambon adalah contoh tentang kerukunan umat beragama. Beliau menyatakan: “ada satu peristiwa yang sering saya jadikan contoh bahwa Ambon adalah contoh riil tentang kerukunan umat beragama. Saya selalu menjadikan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di Ambon sebagai contoh monumental tentang bagaimana Pemerintah dan masyarakat Ambon bisa mengelola kerukunan Umat beragama.
Saya ingat betul, katanya: bahwa yang mengajukan permohonan agar Ambon dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan MTQ adalah gubernur Ambon, Pak Karel. Ketika diputuskan Ambon sebagai penyelenggara MTQ, maka semua orang meragukannya. Para pejabat di pusat juga tidak yakin bahwa Ambon akan bisa menjadi penyelenggara MTQ yang sukses. Masih membayangi setiap benak orang tentang berbagai konflik di Ambon. Akan tetapi saya dan Pak Gubernur yakin bahwa Ambon akan bisa menjadi penyelenggara MTQ yang baik.
Namun bukan berarti tidak ada masalah, katanya. Sebelum pelaksanaan MTQ tersebut ternyata terjadi beberapa kasus yang membuat keyakinan orang tentang masih adanya konflik di Ambon memperoleh pembenaran. Ada kasus-kasus kecil yang menjadi penyebab keraguan orang tentang hal tersebut. Misalnya kasus konflik yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor. Kasus kecelakaan murni tersebut kemudian dikomoditaskan sebagai konflik antar umat beragama.
Menurut Menteri Agama, bahwa tidak mungkin kecelakaan dilakukan dengan memilih-milih sasarannya. Misalnya kalau yang mau menabrak orang lain beragama Islam, lalu sebelum menabrak bertanya dulu, agama kamu apa? Lalu kalau beragama Kristen lalu ditabrak, dan kalau bukan Kristen lalu tidak ditabrak. Ini suatu hal yang sangat tidak mungkin dan sangat tidak masuk akal. Artinya bahwa menabrak atau tabrakan dilakukan dengan memilih-milih siapa sasarannya. Kasus yang murni kecelakaan ini lalu diformat menjadi konflik antar umat beragama. Berseliweran SMS tentang isu sensitif agama, yaitu konflik agama antara Islam dan Kristen.
Lalu juga ada tawuran antar pemuda, yang ketepatan mereka beragama yang berbeda. Satu Islam dan satunya Kristen. Tawuran anak muda juga bisa terjadi di mana saja. Tawuran ini juga kemudian memantik format konflik antar umat beragama. Islam dan Kristen. Tawuran yang sesungguhnya insiden antar anak muda ini lalu dikomoditaskan sebagai konflik antar agama.
Yang tidak kalah penting adalah ketika ada acara yang didatangi Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, maka kemudian ada seorang peserta yang menerobos masuk ke dalam dan mengibarkan bendera yang selama ini tidak disenangi bahkan dibenci oleh Pemerintah Indonesia, yaitu bendera Republik Maluku Selatan (RMS). Kejadian seperti ini tentu saja membuat keraguan banyak pihak. Oleh karena itu tentu banyak orang yang meragukan bahwa Pemerintah Ambon bisa menyelenggarakan acara nasional MTQ tersebut.
Namun saya ngotot agar MTQ tetap diselenggarakan di Ambon. Akhirnya, MTQ itu pun diselenggarakan di sana. Ternyata MTQ berjalan sangat lancar dan damai. Apakah bisa dibayangkan bahwa kantor Keuskupan Agung Ambon dijadikan sebagai homebase bagi peserta MTQ dari Kafilah Banten. Sehingga di kantor tersebut berkumandang acara-acara keislaman. Lalu, rumah-rumah penduduk yang beragama Kristen juga dijadikan sebagai tempat menginap para peserta MTQ, demikianlah penjelasan menteri Agama.
Berdasarkan kenyataan ini, maka pantaslah kalau disebutkan bahwa masyarakat Ambon adalah contoh tentang kerukunan umat beragama. Ambon dengan multi ras, suku dan agamanya adalah contoh tentang bagaimana kerukunan umat beragama tersebut terjadi. Oleh karena itu, semua harus mengapresiasi atas pelaksanaan MTQ dan juga gerak jalan kerukunan umat beragama ini, sebab semua ini tentu menggambarkan bahwa Ambon adalah contoh riil tentang kerukunan umat beragama.
Wallahualam bisshawab.