RENSTRA BAGI TOKOH PENDIDIKAN TINGGI
RENSTRA BAGI TOKOH PENDIDIKAN TINGGI
Di dalam forum pertemuan para pakar pendidikan, saya mengemukakan beberapa masalah yang dihadapi oleh pendidikan tinggi. Di antaranya adalah tentang problem jumlah prodi dengan lembaga tidak seimbang. Terkait dengan hal ini, maka diperlukan perluasan akses yang memungkinkan bagi daerah yg belum ada PTAIN-nya harus ada PTAIN-nya, misalnya Sulawesi Barat, NTT dan sebagainya,
Selain itu, juga ada kecenderungan PTU mengadakan prodi dan fakultas agama, misalnya Universitas Trunojoyo Madura dan juga didirikannya prodi ekonomi syariah di beberapa PTN. Yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah mahasiswa PTAIN dan PTAIS yang tidak seimbang, di mana jumlah PTAIN sedikit dengan jumlah mahasiswa yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah PTAS yang banyak dengan jumlah mahasiswa yang lebih sedikit. Dan bagi PTAI ternyata problem akreditasi juga masih menjadi masalah utama, sebab masih banyak PTAI yang belum maksimal peringkat akreditasinya. Padahal ke depan kita sungguh membutuhkan pengakuan internasional, yang berbasis pada program unggulan masing- masing PTAIN
Pada aspek lain, Dr, Bahrul Hayat, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, juga memandang perlu adanya perencanaan strategis. Untuk ini maka harus ada task force untuk pengembangan PTAIN dan juga madrasah. Harus ada dokumen untuk mengembangkan strategi pembangunan pendidikan khususnya PTAI dan Madrasah, yang dapat menjadi buku putih yang akan dapat dijadikan sebagai bluenprint di Kementeian agama di dalam pengembangan pendidikan. Untuk PTAIN yang jmlahnya 53 itu akan dibawa kemana dan untuk ini maka akan dihasilkan strategi pengembangan PTAIN. Coba harus dicari nama yang bagus agar marketable dan bisa dijual ke lembaga internasional maupun nasional.
Untuk kepentingan ini juga diperlukan Pengembangan SDM yang harus dipikirkan betul sehingga akan dapat menunjang terhadap pengembangan PTAIN dan juga pe ngembangan infrastruktur agar dikuatkan asalkan ada data yang mendukung tentang hal ini. Oleh karena itu diperlukan beberapa tim. Ada tim penasihat atau tim pengarah, tim teknis dan tim ini akan menghasilkan dokumen lalu dilakukan diskusi dengan Bappenas, lalu tokoh-tokoh mantan menteri atau tokoh pendidikan lainnya.
Bagi Prof. Dr. Doddy Nandika, Bahwa Renstra tidak hanya kumpulan program akan tetapi justru harus ada rohnya. Harus bisa menjadi tolok ukur bagi kemajuan PTAIN. Perlu ada reward terhadap kinerja PTAIN misalnya harus ada kartu biru, kuning merah dan sebagainya. Renstra juga harus didrive sedemikian kuat sehingga akan ada kemajuan. Harus ada percepatan pada PTAIN tertentu dan tidak bisa semuanya dimajukan bersama. Untuk kepentingan itu, maka pengungkit terbesar adalah SDM. Perlu ada penguatan SDM tentang pengembangan PTAIN. SDM adalah prime mover. Anggaran akan datang melalui outstanding person ini. Kita harus ingat bahwa kekuatan Indonesia terdapat pada aspek basis pendidikan dengan makro ekonomi yang baik. Di dalam hal ini, maka harus ada percepatan PTAIN, misalnya 10 PTAIN untuk menjadi research University.
Prof. Dr. Azyumardi Azra, mengungkapkan akan arti penting ditekankan adanya integrasi ilmu. Juga harus diungkapkan tentang integrasi keislaman, keindonesiaan dan kemodernenan. Gagasan ini diperlukan untuk memperkuat basis Islam wasatiyah tetapi tetap berorientasi pada masa depan. Islam dan keindonesiaan harus tetap diperkuat dan dikembangkan.
Ke depan tentu juga diperlukan Pengembangan jaringan antar PTAIN yaitu jaringan antar PTAIN, PTU dan universitas luar negeri. Jaringan ini bisa berbentuk pertukaran dosen, riset bersama dan sebagainya. Dengan perguruan tinggi luar negeri mestinya harus ada jaringan untuk membangun WCU. Termasuk juga dosen luar negeri yang mengajar di PTAIN. Bahkan para mahasiswa luar negeri bisa juga digunakan untuk mengajar di PTAIN. Perlu riset based learning, misalnya untuk S2 dan s3.
Untuk menunjang pengembangan PTAIN juga diperlukan banyak profesor yang baik. Untuk memperoleh profesor yang banyak dan baik, maka seleksi untuk menjadi profesor juga harus sering dilakukan sidang. Jangan hanya dua kali sidang akan tetapi bisa lebih banyak. Profesor perlu diperbanyak untuk kepentingan akreditasi. Jika perlu agar profesor itu bisa dikeluarkan surat keputusannya oleh misalnya kementerian agama sendiri.
Prof. Dr. Amin Abdullah, juga menyatakan bahwa Perubahan ke depan adalah integrasi ilmu dan dipadukan dengan keindonesiaan, keilmuan dan kemodernenan. Kiranya akan ada Higher Education Long Term Strategy atau HELTS baru yang digagas dan didokumentasikan. Dewasa ini, keinginan untuk alih status tidak bisa dibendung, maka harus ada kecermatan di dalam pengembangan PTAIN. Untuk itu, maka harus dikembangkan ke depan untuk memperoleh pemimpin PTAI yang baik dan berwawasan luas. Yang memiliki mimpi untuk membangun PTAIN-nya. Maka, Harus ada Center of leadership PTAIN. Berdasarkan pengamatan lapangan, bahwa pengetahuan para pimpjnan dan dosen PTAIN tentang integrasi ilmu masih sangat dangkal. Di Fakultas Psikologi UIN Riau, masih ada yang tidak tahu tentang integrasi ilmu. Makanya, sosialisasi dan pengembangan konsep dan implementasi integrasi ilmu perlu memperoleh basis penekanan yang kuat.
Prof. Dr. Imam suprayogo, mengungkapkan bahwa perubahan ke UIN menjadi penting. Maka STAIN harus diubah menjadi IAIN. untuk hal ini, maka yang penting adalah mengubah mental dosen dan pimpinan PTAIN bahwa kelembagaannya agar bisa sejajar dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.Untuk pengembangan PTAIN maka harus dipandu oleh ulul Albab. Mestinya harus ada perubahan bukan hanya Ushuluddin, syariah, dan ilmu Islam lainnya akan tetapi juga ilmu lainnya.
PTAIN harus dikembangkan agar jangan ada mahasiswa yang dikirim ke Yaman, Libya, dan sebagainya akan tetapi harus ke PTAIN. Memang ada PT yang baik di luar negeri, misalnya Di Baghdad ada PT yang unggul di bidang riset. Ada keunggulan PT di tepi sangsi Tigris itu yang mengembangkan riset berpedoman dengan agama. Pendidikan Islam seharusnya dikembangkan dengan mencipta sebagaimana nama Allah yang pertama adalah yang maha mencipta.
Menurut Dr. Jamhari, agar Renstra diarahkan kepada pengembangan dosen melalui studi lanjut. Jadi dosen harus disekolahkan secara maksimal, sehingga akan diperoleh pengembangan kualitas yang kuat. UIN Jakarta memiliki 30 orang doktor di bidang kedokteran dan sekarang melonjak peringkatnya menjadi 10 fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Ternyata bahwa transformasi ke UIN merupakan keharusan sejarah, sebab pengaruhnya besar sekali bagi imaj masyarakat. Pengembangan prodi baru di bidang ilmu eksakta dikira sangat penting untuk mempercepat pengembangan kampus.
Dengan demikian, menurut para pakar pendidikan ini bahwa ke depan harus dirumuskan Renstra yang berbasis pada pengembangan kelembagaan, akademik, dosen, kualitas mahasiswa dan pengembangan sarana prasarana pendidikan secara khusus. Selain itu, juga diperlukan pengembangan ilmu integratif yang ke depan akan menjadi ciri khas pengembangan keilmuan di PTAIN.
Wallahualam bisshawab.