• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE CHANGI LAGI

KE CHANGI LAGI
Rabu pagi, 20/11/2013, saya diajak Pak Menteri Agama, Dr. Suryadharma Ali untuk menemai beliau pada acara orasi ilmiah di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University, Singapore. Bersama saya Prof. Dr. Machasin, Dr. Atiq, Prof. Dr. Bachtiar Effendi, dan ajudan Pak Menteri. Jam 6.30 WIB Pak Menteri dan rombongan bertolak ke Singapore dengan pesawat Garuda Indonesia Airways (GIA).
Sebagaimana biasa, maka kedatangan kami disambut oleh staf Duta Besar RI di Singapore. Satu catatan saya yang rasanya tidak berubah adalah kebersihan bandara Changi dan keasrian bandara ini. Begitu tiba di sini, saya teringat sekian tahun yang lalu ketika saya harus begadang semalam suntuk untuk menunggu pesawat yang akan menerbangkan kami ke Amerika Serikat. Sebuah bandara yang besar, berkelas internasional dan kebersihannya luar biasa baik. Bandara ini sepi tidak sebagaimana bandara di Jakarta atau Surabaya, misalnya yang ramainya luar biasa bahkan seperti stasiun kereta Api. Begitu kami sampai di sini, maka kereta api listrik tanpa awak juga menjemput kami untuk sampai ke jalan menuju taksi atau kendaraan yang akan mengantar penumpang keluar bandara.
Singapore memang terkenal sebagai negara dengan kebersihannya yang luar biasa. Bagi orang yang melakukan pelanggaran kebersihan maka tidak akan ada ampunan baginya. Bisa didenda atau hukuman badan yang tegas. Tidak ada kata memberi ampun kepada siapa saja. Tidak kaum elit atau orang awam, maka semuanya akan dikenai hukuman sebagaimana di dalam peraturan perundangan-undangannya. Itulah sebabnya semua orang di sini patuh pada undang-undang negara.
Di Indonesia sebenarnya juga ada peraturan perundangan-undangan yang mengatur tentang kebersihan. Bahkan hukuman denda atau hukuman kurungan badan juga diatur dengan tegas. Akan tetapi masalahnya adalah pada penegakan hukum yang kurang kuat. Tidak ada sangsi yang tegas kepada para pelaku pembuang sampah di sembarang tempat. Di ruang publik banyak sampah berceceran di mana-mana. Orang membuang sampah sembarangan. Di bandara, di rumah sakit, di terminal, di stasiun, di lembaga pendidikan bahkan di Mall orang juga terbiasa membuang sampah sembarangan.
Tentunya bukan tidak disediakan tempat sampah, akan tetapi yang jelas bahwa tradisi membuang sampah sembarangan seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Makanya di ruang publik seperti itu terasa sampah ada di mana-mana. Rasanya kita tidak bisa memulai dari mana untuk mentradisikan kebersihan pada masyarakat kita. Rasanya hal ini sebagai sebuah pesimisme yang menghinggapi nurani kita. Namun demikian, suatu ketika pasti akan ada gerakan sadar kebersihan yang masif, sehingga problem kebersihan akan terselesaikan.
Pak Menteri beserta rombongan diantarkan ke Hotel Marina Mandarin yang jaraknya tentu tidak jauh dari Bandara Changi. Hotel yang terletak di Rafles Boulevard, Marina Square ini berada di pusat perkotaan. Sebagai negara kota, maka di kiri kanan jalan tentunya adalah bangunan-bangunan jangkung yang rata-rata berlantai 20an. Bangunan tersebut terawat dengan sangat baik, sebagai pencitraan bahwa kota ini memang mengusung tema kehidupan berbasis pada kebersihan dan keindahan. Kota modern yang didesain dengan sangat baik tergambar dari tata ruangnya yang bagus.
Yang bagi saya sangat menyenangkan adalah penataan pepohonan dan taman kota yang indah. Di kiri kanan jalan maka banyak pepohonan yang menghijau dan juga taman-taman dengan keasrian yang menyejukkan.
Andaikan Kota Surabaya itu tertata dan didesain yang baik, misalnya jalannya yang lempang, rumah penduduk yang tertata dan iklan-iklan yang tertata dengan apik, maka kota Surabaya tentu punya peluang untuk indah seperti Singapore ini. Sayangnya bahwa pertumbuhan kota di Surabaya ini tidak sebagaimana di Singapore yang memang telah mendesain perkembangan kota sesuai dengan kota modern.
Kami tentu sempat beristirahat sejenak setelah sampai di hotel sambil menunggu waktu makan siang. Sesuai rencana bahwa siang ini, kami dijamu makan siang oleh Dekan RSIS, Prof. Barry Desker dan tamu undangan VIP lainnya. Kami dijamu makan siang di Rang Maha Restaurant dengan pakaian sipil lengkap. Artinya memakai jas dan dasi. Cukup lama waktu makan siang tersebut sebab banyak pembicaraan yang diusung, misalnya tentang peluang kerjasama antar lembaga pendidikan tinggi dan sebagainya.
Setelah makan siang, kami sempat untuk kembali ke hotel. Maklum kami belum bisa masuk kamar semenjak kami datang di hotel ini. Untungnya Pak Atiq sudah mendapatkan kamar yang disediakan oleh RSIS. Jadilah kami menumpang sementara di kamarnya. Jam 14 waktu Singapore memang baru bisa masuk kamar hotel. Kami dan Pak Machasin berada di lantai 17 sementara Pak Menteri di lantai 18.
Ketika jam 15.40 waktu Singapore, maka acara inti orasi ilmiah Pak Menteri dilaksanakan. Ada sebanyak kira-kira 100 orang yang hadir di acara ini, terutama adalah mahasiswa Pascasarjana. Acara ini tentu sangat menarik sebab terdapat penjelasan yang sangat memadai tentang bagaimana memanej kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Mengamati banyak pertanyaan kritis dari audien maka bisa digambarkan bahwa materi orasi ilmiah Pak Menteri merupakan materi orasi ilmiah yang sangat menarik. Banyak pertanyaan yang menggelitik tentang beberapa masalah, utamanya masalah kerukunan beragama yang terjadi di Indonesia. Saya berkeyakinan bahwa apa yang diberikan oleh Pak Menag adalah kenyataan riil yang dihadapi Indonesia saat ini.
Wallahualam bisshawab.

 

Categories: Opini