• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KEPEMIMPINAN UNTUK KEMASLAHATAN (2)

KEPEMIMPINAN UNTUK KEMASLAHATAN (2)
Di masa lalu, kepemimpinan menjadi medium bagi Kemaslahatan dan kebaikan umat. Tentu pernyataan ini sangat tendensius. Sebab kapan masa lalu itu dan kapan juga waktunya terjadi dan yang lebih penting lagi bahwa tidak semuanya menjadikan kepemimpinan sebagai kemaslahatan umat tetapi kemaslahatan bagi diri dan keluarganya. Tentu juga ada banyak contoh untuk menggambarkan bagaimana kepemimpinan ternyata tidak semuanya untuk masyarakat.
Kata kunci kepemimpinan memang terletak pada para pemimpinnya. Artinya bahwa seorang pemimpin yang baik di dalam sistem yang jelek juga akan menghasilkan kebaikan, akan tetapi pemimpin yang jelek di dalam sistem yang baik juga bisa saja menghasilkan produk kepemimpinan yang jelek. Apalagi pemimpin yang jelek di tengah sistem yang jelek. Tetap saja man behind the gun.
Jika kita timbang, mungkin juga ada baiknya menggunakan konsep kepemimpinan yang berorientasi pada politik kebangsaan dan kepemimpinan yang berorientasi pada politik non kebangsaan. Yang saya maksud dengan politik kebangsaan adalah politik yang diarahkan pada bagaimana mencapai tujuan kebangsaan, yaitu untuk melindungi segenap bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, keterlibatan dalam perdamaian abadi dan mencapai kesejahteraan. Politik kebangsaan dapat diukur berdasar atas ketercapaian pada empat pokok pikiran di dalam Pembukaan UUD 1945.
Sedangkan politik nonkebangsaan adalah politik yang didasari oleh penguasaan suatu sumber atau sumber lainnya, baik politik, ekonomi bukan untuk pembangunan bangsa akan tetapi untuk kepentingan sendiri atau untuk sekelompok orang. Dewasa ini kepemimpinan diartikan sebagai sumber kekuasaan. Makanya, setiap pemimpin juga akan mengukur dimensi kepemimpinannya itu di dalam ukuran seberapa kepemimpinan itu menjadi sumber atau aset untuk menghasilkan keuntungan yang lebih banyak pada aspek materi. Sebagaimana kita lihat ada banyak pemimpin yang terkena masalah disebabkan oleh penggunaan kepemimpinan sebagai aset untuk keuntungan diri.
Kita sungguh merasakan bahwa banyak pemimpin yang terpaksa harus mendekam di penjara yang disebabkan oleh penggunaan kepemimpinan sebagai aset ini. Semaraknya korupsi dan kolusi serta abuse of Power menjadi bagian dari pemanfaatan kepemimpinan sebagai aset ini. Sesungguhnya, Islam menggambarkan bahwa setiap pemimpin akan ditanyakan tentang bagaimana kepemimpinannya dan akuntabilitas kepemimpinannya. Makanya, ketika pemimpin tidak menggunakannya di dalam jalur yang benar, maka juga akan berakibat pada situasi sosial umatnya.
Sebagai agen, seorang pemimpin akan menentukan terhadap kehidupan umatnya. Di dalam sejarah Islam dijelaskan tentang bagaimana seorang Umar bin Abdul Azis menjadi pemimpin yang bijak dan berorientasi pada kemaslahatan umatnya. Bukankah banyak pemimpin di era Bani Muawiyah, yang juga menjadikan negara tersebut maju dan berkembang. Akan tetapi Umar bin Abdul Azis menjadi istimewa karena kebijakan dan kemaslahatan umat yang dikedepankannya. Sebagai raja, dia tidak tergoda untuk menggunakan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri.
Hal ini yang sungguh berbeda. Dewasa ini banyak pemimpin yang memanfaatkan kepemimpinan untuk kepentingan dirinya tetapi dibalut dengan kepentingan umat. Ada sebuah contoh bagaimana penggunaan kekuasaan untuk kepentingan diri dan keluarganya. Bagaimana anggota sebuah keluarga dapat memimpin di sejumlah tempat dan menguasai berbagai macam program Pemerintah. Proyek-proyek pembangunan di berbagai wilayah dapat dikuasainya. Tentu saja penguasaan itu disebabkan oleh adanya kolusi yang menjadi sebuah realita. Proyek-proyek pembangunan yang nilainya ratusan Milyar dapat dikerjakannya. Semua bersumber dari penggunaan kekuasaan yang berbasis pada pemaknaan sebagai aset.
Kepemimpinan yang benar saya kira adalah kepemimpinan yang orientasinya untuk kemaslahatan umat itu. Kepemimpinan yang tidak dimaksudkan untuk memperkaya diri atau keluarganya. Kepemimpinan tersebut hanya ditujukan untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Tidak terlintas di dalam pikiran pemimpin itu untuk menjadikan rakyat hidup di dalam ketidakkesejahteraan dan ketidakbahagiaan.
Jika dewasa ini masih banyak penduduk Indonesia yang belum layak di dalam kehidupannya, maka salah satunya adalah disebabkan oleh visi pemimpinnya yang belum memihak kepada kepentingan rakyat. Ada banyak pemimpin yang masih berorientasi pada kepentingan diri dan keluarganya. Masih ada sikap aji mumpung. Mumpung berkuasa, maka dimanfaatkanlah kekuasaannya itu untuk memenuhi ambisi pribadinya.
Oleh karena itu, mestinya semua pemimpin seharusnya memiliki visi kemaslahatan ini jika pemimpin tersebut ingin dikenang sebagai pemimpin yang bisa berbuat kebajikan dan kemaslahatan untuk umatnya.
Wallahualam bisshawab.

Categories: Opini