MADRASAH RISET NASIONAL (2)
MADRASAH RISET NASIONAL (2)
Orang terkadang membayangkan bahwa riset itu sesuatu yang rumit, sulit dan hanya bisa dilakukan oleh para akademisi yang memiliki gelar bertumpuk-tumpuk. Riset diandaikan sebagai aktivitas yang harus canggih dan memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Makanya, riset seakan-akan hanya bisa dilakukan oleh kaum akademisi saja.
Gambaran inilah yang kiranya perlu memperoleh pemahaman baru. Riset bukan sesuatu yang sulit dan membutuhkan gelar yang banyak. Akan tetapi ternyata riset bisa dilakukan oleh anak-anak madrasah tsanawiyah dan aliyah. Riset bukan menjadi otoritas dunia perguruan tinggi saja, akan tetapi juga bisa dilakukan oleh siswa yang memiliki kecenderungan untuk melakukannya.
Siswa madrasah ternyata memiliki kemampuan untuk melakukan riset unggulan. Riset dalam pengertian ini tidak sebagaimana yang dipahami oleh kaum akademisi yaitu harus dari masalah yang sulit dan untuk memecahkan masalah-masalah yang rumit, akan tetapi riset tersebut berangkat dari peristiwa sehari-hari yang dikenalnya dan dipahaminya. Riset berasal dari masalah-masalah yang terjadi setiap hari di dalam kehidupannya dan juga yang memiliki implikasi sehari- hari di dalam kehidupan masyarakat sekelilingnya.
Saya ingin memberikan gambaran tentang bagaimana dan apa riset yang dilakukan oleh siswa madrasah dan sekaligus juga menggambarkan betapa kehebatan siswa madrasah tersebut. Riset yang dilakukannya itu menggambarkan tentang apa yang sesungguhnya menjadi konserennya dan juga perhatiannya. Riset dilakukan terhadap bidang pendidikan, ilmu keagamaan, ilmu sosial dan budaya serta sains dan teknologi.
Saya berharap para pembaca tidak membandingkannya dengan testis atau disertasi dari hasil penelitian yang luar biasa ilmiah dan memiliki implikasi teoretis yang sangat mendasar, akan tetapi sebuah riset dengan tingkat kedalaman yang memadai tetapi berangkat dan persoalan sederhana yang dihadapinya di dalam masyarakat. Namun demikian, melalui riset yang diselenggarakan di dalam proses pembelajaran ini, ada suatu yang sering saya ungkapkan bahwa siswa madrasah ternyata berbeda dan unggul dibandingkan dengan siswa lembaga pendidikannya pada umumnya. Siswa madrasah harus menjadi excellence dan distinction atau ada distingsinya dan ekselensinya.
Saya berkunjung ke madrasah di Kudus, Jawa Tengah. Saya terkesima dengan penjelasan kepala Madrasah Aliyah Negeri Kudus itu, bahwa dia sudah mencanangkan diri sebagai madrasah riset. Kunjungan yang saya lakukan awal tahun 2013 ini memberikan gambaran bahwa ada madrasah yang sudah meraih mimpi untuk mengembangkan program pembelajaran yang memiliki distingsi dan ekselensi. Dan melalui program ini, ternyata banyak siswa madrasah yang lolos untuk mengikuti program kompetisi sains di tingkat nasional. Melalui ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM), maka bakat atau potensi tersembunyi dari siswa madrasah akan dapat diaktulasasikan. Riset yang dahulu menjadi otoritas mahasiswa sekarang sudah menjadi otoritas siswa. Suatu kebanggaan, memang.
Mari kita simak beberapa contoh tentang riset siswa madrasah. Pawit Ngafani dan Fitarahmawati, meneliti tentang “Manfaat Air Kelapa terhadap kualitas fisik Nasi”. Penelitian ini berangkat dari persoalan yang dihadapi oleh ibu rumah tangga yang memasak nasi. Suatu peristiwa yang tentu semua keluarga mengalaminya. Memasak nasi adalah suatu peristiwa yang dialami oleh siapapaun di dalam rumah tangga. Melalui penelitian ini digambarkan bahwa air kelapa muda yang ditemukan sehari-hari di banyak tempat, ternyata bisa memperbaiki kualitas nasi yang semula kaku menjadi lebih lembek dan enak. Melalui riset anak muda ini, maka ada sesuatu yang bisa disumbangkan kepada masyarakat bahwa beras yang kualitas fisiknya kurang baik, ternyata bisa diperbaiki dengan mencampur air kelapa muda ketika memasaknya.
Ada yang juga menarik bagi orang yang memiliki kadar gula darah tinggi. Riset yang diselenggarakan oleh siswa madrasah, Dwi Nugraheni dan Suci Warabah ternyata memberikan solusinya. Melalui penelitian dengan judul “Teh Kulit Salak Afkir sebagai Solusi Menurunkan Kadar Gula Darah”, siswa madrasah ini memberikan gambaran bahwa berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ternyata bahwa teh kulit salak Afkir ternyata bisa menurunkan kadar gula darah bagi penderita diabetes. Melalui teknik yang sederhana di dalam proses dan kemudahan bahan bakunya, maka hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat atau individu yang memiliki penyakit diabetes tersebut.
Dalam bidang ilmu sosial, juga terdapat penelitian yang menarik. Riset yang dilakukan oleh Azdi Noor Majid dkk., ternyata memberikan solusi bagi kecenderungan remaja Indonesia terhadap gelombang budaya Korea. Dalam topik penelitian “Karakter Religius sebagai Solusi Mengatasi Dampak Negatif Korean Pop” siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Pacitan ini menyatakan bahwa pendidikan akhlak yang baik, meliputi keyakinan yang baik, ibadah yang benar, akhlak yang terpuji, kemandirian dan berwawasan luas, ternyata bisa menjadi penangkal dampak buruk budaya pop Korea. Melalui penanaman karakter yang baik dan kuat, maka dampak negatif tersebut akan dapat dihindarkan.
Ini adalah beberapa contoh tentang penelitian yang dilakukan oleh siswa madrasah kita. Jika jiwa penelitian ini bisa terus dipupuk dan dikembangkan dengan melakukan pemihakan kebijakan tentang riset madrasah, bukan tidak mungkin ke depan akan dihasilkan peneliti-peneliti yang andal dan akan mengharumkan nama Indonesia di ajang kompetisi nasional maupun internasional.
Wallahualam bisshawab.