MADRASAH RISET NASIONAL (1)
MADRASAH RISET NASIONAL (1)
Beberapa hari yang lalu, Menteri Agama RI, Dr. Suryadharma Ali, meresmikan program baru yang orisinal, yaitu Program Madrasah Riset Nasional yang disingkat Pro Madrina. Program ini diresmikan di Asrama haji Mataram Nusa Tenggara Barat. Hadir di acara ini, adalah Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang atau yang dikenal Tuan Guru Muhammad Zainul Majdi, para pejabat eselon I dan II kementerian agama pusat dan daerah, Rektor IAIN Mataram, dan segenap guru dari RA, MI, MTs dan MA serta para tokoh agama dan masyarakat se NTB.
Saya menyatakan bahwa riset dewasa ini tidak hanya menjadi otoritas lembaga pendidikan tinggi, akan tetapi juga bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran di lembaga pendidikan menengah atau Madrasah. Dari berbagai riset yang dilakukan oleh siswa madrasah tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam telah melakukan kompilasi dalam bentuk buku yang diberi topik “Madrasah Riset, Membangun Tradisi Ilmiah Madrasah” yang di dalam sampul depan saya tulis: “buku ini adalah bukti dari upaya merangkai mimpi, optimisme, kerja keras dan prestasi di lingkungan madrasah”.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Gubernur NTB, bahwa melakukan riset di kalangan madrasah yang dikemas dalam tema Gerakan atau program Madrasah Riset merupakan gerakan kembali ke khittah, sebab sesungguhnya riset bagi madrasah adalah sesuatu yang di masa lalu menjadi andalan dan gerakan yang luar biasa. Madrasah di zaman keemasan Islam adalah pusat riset unggulan, yang menghasilkan ilmu keislaman multidisipliner, sebagaimana yang kemudian menjadi ilmu yang kita kenal hingga sekarang.
Ilmu fisika, biologi, kimia, kedokteran dilahirkan pada zaman keemasan ilmu pengetahuan kala itu. Aljabar, astronomi, ilmu pengobatan dan ilmu eksakta lain telah dihasilkan pada zaman itu. Kemudian juga ilmu filsafat, ilmu sosial, dan juga ilmu agama berkembang sangat pesat karena tradisi riset di madrasah itu. Kita kenal nama-nama ilmuwan seperti ibn Bajah, ibn Tufail, Al Farabi, al Qindi, ibn Sina, ibn Rusyd, al Baqillani, al Asyari, al Ghazali, al Razi, Jabir ibn Hayyan, al Khawarizmi, dan sebagainya adalah sejumlah nama yang sangat terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan. Bahkan melalui mereka sesungguhnya dunia barat mengenal ilmu yang berkembang sekarang.
Sesungguhnya membicarakan riset bagi dunia madrasah bukanlah sesuatu yang asing. Bagi dunia Islam, madrasah sudah merupakan pusat riset. Oleh karena itu jika kemudian digalakkan program riset bagi madrasah hal itu merupakan kewajaran sejarah yang memang harus dilakukan. Makanya program ini bukan untuk mengembangkan riset di kalangan madrasah akan tetapi lebih tepatnya adalah mentradisikan riset di madrasah. Riset perlu ditransmisikan sehingga kejayaan ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam akan menjadi kenyataan.
Hal ini tentu diamini oleh semua kalangan. Menteri Agama, Dr. Suryadharma Ali juga menyatakan bahwa riset merupakan unggulan pendidikan Islam. Ke depan diharapkan bahwa akan lahir ilmuwan-ilmuwan yang berlatar belakang madrasah dan juga pesantren. Jika sekarang sudah banyak tokoh madrasah dan pesantren yang menjadi tokoh masyarakat, maka dengan program madrasah riset tentu akan lahir tokoh akademis yang unggul dengan kemampuan risetnya.
Melalui program ini tentu saja akan dapat dikaji berbagai ilmu pengetahuan yang sekarang sudah berkembang sedemikian rupa. Akan tetapi salah satu di antara yang membedakan antara dunia ilmu pengetahuan keislaman dengan dunia barat adalah pada sumber ilmu pengetahuan. Di dalam Islam, bahwa sumber ilmu pengetahuan itu adalah Allah SWT. Makanya, kalam Tuhan yang berupa Kitab Suci AL Quran dan juga sabda Nabi Muhammad SAW dapat menjadi landasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Banyak ayat di dalam AL Quran yang dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan atau sebaliknya.
Penciptaan langit dan bumi, bagaimana bumi dihamparkan, gunung ditegakkan, langit ditinggikan, bagaimana hujan menghidupkan semua tanaman, bagaimana air menghidupkan bumi dan sebagainya adalah bagian penting dari kajian ilmu pengetahuan yang harus dipikirkan oleh umat manusia dan khususnya umat Islam. Ayat tentang keluarga, ayat tentang lebah, ayat tentang sapi, ayat tentang kehancuran dunia dan sebagainya adalah ayat-ayat yang menggelitik untuk dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk melakukan riset. Bahkan secara lebih ekstrim bisa dinyatakan bahwa semua ayat AL Quran merangsang untuk melakukan kajian dalam bentuk riset akademis.
Kita selayaknya menjadi bagian dari riset akademis ini. Kita tentu merasakan betapa pentingnya riset bagi kehidupan umat manusia. Riset dengan tujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Bukan riset untuk tujuan merusak kehidupan masyarakat. Kita tahu bahwa dewasa ini ada banyak riset yang dikembangkan oleh manusia untuk tujuan melakukan kerusakan di muka bumi. Misalnya riset tentang senjata pemusnah massal, senjata kimia, bahan peledak dan sebagainya yang jika digunakan dalam suatu peperangan maka akan menjadi senjata yang bisa merusak kehidupan manusia.
Dengan demikian, riset yang dikembangkan tentunya harus berbasis pada etika yang bersumber dari ajaran agama. Melalui pedoman ajaran agama di dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berbasis pada riset, maka kehidupan umat manusia akan menjadi lebih sejahtera dan bahagia.
Wallahualam bisshawab.