• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TANTANGAN ISLAM DAN MODERNITAS

TANTANGAN ISLAM DAN MODERNITAS
Kemodernenan tentu saja tidak bisa ditolak kehadirannya. Makanya umat Islam harus menyikapi modernitas tersebut dengan kearifan. Inilah tema yang saya sampaikan di dalam pengajian di masjid Intan Abu Bakar di Skudai Johor Bahru Malaysia. Tema ini sengaja saya pilih untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana seharusnya umat Islam, baik di Malaysia maupun di Indonesia harus bersikap dan bertindak.
Modernitas selalu terkait dengan liberalisme dan Hak Asasi Manusia. Dua hal ini adalah anak kandung modernitas yang tidak bisa ditolak kelahirannya. Makanya ketika seseorang membicarakan tentang modernitas, maka pastilah akan membicarakan tentang liberalisme. Dan di sisi lain juga membicarakan tentang HAM yang secara konseptual dikaitkan dengan barat yang modern. Dengan demikian bicara modernitas juga mesti dikaitkan dengan barat.
Liberalisme sebagai bagian dari proyek modernitas tentunya merupakan tantangan yang sangat serius kepada agama. Sebab agama dianggap sebagai perwujudan dari tradisionalisme yang momot dengan keterbelakangan, ketertinggalan dan kemiskinan yang sangat kentara. Oleh karena itu ketika masyarakat ingin meninggalkan dunia tradisionalnya, maka yang pertama diambil adalah liberalisme atau kebebasan untuk melakukan sesuatu dalam konteks pragmatisme.
Liberalisme kemudian tidak hanya menjadi gaya hidup yang menghinggapi kebanyakan orang yang ingin dianggap modern akan tetapi juga menjadi pedoman unggul di dalam semua perilakunya. Ajaran agama yang momot dengan ajaran yang membatasi kebebasan lalu ditinggalkan dan dianggap sebagai penghalang kemajuan. Agama dianggap sebagai penyebab ketidakmajuan sebuah masyarakat. Agama dianggap sebagai candu masyarakat, agama dianggap sebagai kabar angin dari langit dan sebagainya.
Liberalisme juga memasuki kawasan pemikiran agama. Ada banyak pikiran seksi tentang penafsiran agama. Ada banyak anak muda yang berusaha untuk menafsirkan agama dengan konteks sosial yang sedang terjadi. Begitu kentalnya pemahaman tantang konteks sosial ini, maka teks yang selama ini dianggap penting bahkan seperti ditinggalkan. Jika ada teks yang dianggapnya sudah tidak relevan dengan zaman, maka teks itu harus ditinggalkan. Begitulah mereka menafsirkan ajaran agama dalam framework yang mereka kembangkan.
Menghadapi tantangan liberalisme dan modernisasi ini, maka ada tiga sikap yang menghinggapi umat Islam, yaitu: menerima tanpa ada kritisisme sedikitpun. Apa yang ada di barat itulah yang dilakukannya. Apa yang datang dari barat adalah sebuah kebaikan. Barat adakah identik dengan kemajuan dan kehebatan. Jadi agar menjadi modern maka harus mengikuti seluruh tradisi yang datang dari barat. Kehidupan yang serba permisif juga menjadi trennya.
Lalu menolak apa saja yang datang dari barat. Semua yang dari barat harus ditolak dan disingkirkan. Tidak ada kebaikan sedikitpun yang datang dari barat. Sikap ini mendasari terjadinya berbagai sikap keras atau fundamental di dalam agama. Sikap mengutuk barat dengan seluruh budayanya adalah sikap yang melazimi terhadap sikap dan tindakan kaum fundamentalis. Barat harus diperangi dengan segala kekuatan. Tidak ada alasan untuk tidak memerangi barat yang dianggap sebagai perusak moral dan terjadinya dekandensi moral di kalangan umat Islam. Pornografi dan pornoaksi, narkoba dan tindakan permisiveness yang melanda masyarakat dewasa ini harus ditimpakan kepada pengaruh barat yang tidak bisa dilawan. Maka tidak ada kata lain yang patut digunakan kecuali “lawan”. Meskipun tidak imbang perlawanan tersebut, akan tetapi kaum fundamentalis lalu mengembangkan perlawanan melalui teror dan sebagainya,
Kemudian, sikap yang diambil oleh sebagian masyarakat lainnya adalah menerima dengan sikap kritis. Ada anggapan bahwa ada budaya barat yang positif dan ada budaya barat yang negatif. Makanya, di dalam tindakan yang diambil adalah dengan mengambil budaya barat yang positif dan membuang budaya barat yang negatif. Handphone adalah produk budaya barat yang lebih banyak positifnya. Dengan HP maka jarak tidak lagi menghalangi orang untuk berkomunikasi satu dengan lainnya. Bisa orang berbicara tentang hal-hal yang santai sampai urusan bisnis internasional dihandle dengan teknologi HP tersebut.
Namun demikian, tidak selamanya HP itu positif. Kalau yang disimpan di dalam HP adalah perkara kemungkaran, maka yang terjadi adalah kejelekan. Akan tetapi kalau yang disimpan di dalam HP tersebut adalah ayat AL Quran, dan AL Quran itu dibaca pastilah HP memiliki sifat menguntungkan atau bermanfaat. Oleh karena itu masyarakat harus memilih mana yang dianggap manfaat dan mana yang dianggap mudarat. Jadi tetap saja ada yang manfaat dan ada yang mudarat dari budaya barat yang kita lihat sekarang.
Oleh karena itu, maka umat Islam harus cerdas mengambil sikap di tengah modernisasi yang tidak bisa dilawan. Masyarakat Islam harus menjadi modern tetapi harus tetap berada di dalam koridor ajaran Islam yang selalu mengagungkan terhadap penetapan norma-norma yang selalu berguna bagi umat manusia.
Wallahualam biasshawab.

Categories: Opini