• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE MAROKO

KE MAROKO
Selasa, 15 Juli 2013, tengah malam, kami beserta rombongan yang dipimpin langsung oleh Pak Menteri Agama, Dr. Suryadharma Ali melakukan kunjungan kerja ke Maroko. Kunjungan ini dilakukan di dalam kerangka menjajaki kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Maroko, khususnya di bidang pendidikan.
Sebagaimana biasa, kalau mau kunjungan ke luar negeri saya mesti nervous duluan, sebab membayangkan jauhnya jarak yang ditempuh dan sulitnya saya tidur di kendaraan, baik pesawat maupun kendaraan lainnya. Saya mesti gelisah menghadapi perjalanan panjang menyusuri langit biru di tengah siang dan malam.
Sebagaimana kunjungan saya ke negeri Belanda tahun lalu, yang juga sama mengalami kegelisahan, maka sekarang juga sama. Perasaan seperti ini saya rasa manusiawi saja, sebab ada orang yang bahkan sangat nervous karena takut akan ketinggian. Saya jadi ingat pemain sepak bola legendaris dari Belanda, Bergkamp, yang karena ketakutan pada ketinggian, sehingga kalau pertandingan dilakukan di luar benua Eropa, pastilah dia absen. Dia harus melewatkan pertandingan bahkan sekelas pertandingan FIFA Cup atau World Cup.
Perjalanan ke Maroko ternyata memang jauh. Selama 17 jam beserta dengan transitnya di Dubai. Memang transitnya hanya kira-kira satu setengah jam. Dari Jakarta pukul 11.50 menit WIB dan sampai di Casablanca Maroko pada pukul 11.40 menit Waktu Maroko. Perbedaan waktu antara Jakarta dengan Maroko, kira-kira 7 jam. Saya sudah dua kali transit di bandara Dubai. Yang dulu pada waktu kunjungan ke Mesir, bahkan waktunya teramat panjang, empat jam. Oleh karena itu kami sempat untuk jalan-jalan di Mall di bandara yang mewah itu. Aneka barang ada di dalamnya. Dan yang selalu saya ingat adalah jam dinding di bandara yang bermerek Rolex, sebuah jam mewah, yang di Jakarta hanya dipakai oleh kalangan tertentu.
Sebuah perjalanan panjang, memang. Disebabkan karena tidak bisa memejamkan mata dengan sangat sempurna, maka perjalanan itu terasa sangat panjang dan melelahkan. Selonjoran, tidur-tiduran, membaca, menulis dan dengarkan musik, nonton televisi ternyata tidak sanggup menghilangkan kelelahan yang terus mendera. Terapi untunglah masih bisa memejamkan mata meskipun tidak lama.
Bandara Casablanca ternyata luas juga. Sayangnya bahwa saya tidak bisa melihat keindahan di dalamnya. Kami beserta rombongan dijemput oleh Duta besar Indonesia, KH. Tosari Wijaya, seorang kyai dari Takeran, Magetan, Jawa Timur yang sudah lama menjadi Wakil Pemerintah Indonesia di Kerajaan Maroko. Oleh beliau dan stafnya, kami diajak langsung ke ruang VIP di bandara. Ternyata menjemput juga Ketua Majelis Ulama Kerajaan Maroko. Di ruang ini agak lama, karena ada ucapan selamat datang dari Yang Mulia Ketua Majelis Ulama dan juga sambutan terima kasih dari Pak Menteri Agama RI.
Dinyatakan oleh Pak Suryadharna Ali bahwa masyarakat Indonesia dan masyarakat kerajaan Maroko sudah saling mengenal dalam waktu yang sangat lama. Semenjak kemerdekaan kedua negara, maka antar Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Maroko sudah menjalin hubungan kemesraan yang sangat baik. Bahkan juga banyak ulama dari Maroko yang menjadi penyebar Islam di masa awal Islamisasi di Nusantara. Sebagai sesama masyarakat Islam, maka hubungan antar masyarakat Indonesia dengan masyarakat Maroko sudah berjalan dalam waktu yang sangat lama. Selain itu juga banyak anak-anak Indonesia yang belajar di negeri Maroko, khususnya belajar Islam. Hal ini menandakan bahwa hubungan antara Indonesia dengan Maroko sudah selayaknya saudara yang saling menghargai dan menghormati. Pak menteri juga menyampaikan bahwa keinginan untuk berkunjung ke Maroko sudah sangat lama. Akan terapi karena kesibukan di dalam negeri maka kunjungan tersebut baru bisa dilaksanakan hari ini dan dengan waktu yang sangat terbatas pula.
Disebabkan Pak Menteri Agama harus menghadiri acara tahunan pengajian dan pertemuan di istana yang dihadiri oleh Raja Muhammad VI, maka rombongan Pak menteri Agama harus segera ke hotel, sementara kami dengan rombongan harus menunggu barang yang dibagasikan. Tentu saja tidak mengalami kesulitan di dalam urusan-urusan seperti ini. Semua sudah disiapkan oleh staf KBRI di Maroko. Termasuk juga angkutan kendaraan ke Rabat, ibukota Kerajaan Maroko.
Antara Casablanca dengan Rabat sepanjang satu setengah jam perjalanan. Dengan kendaraan yang melaju cepat rata-rata 120 Km perjam, sampailah kami di hotel ‘L Amphritit yang bergaya Arab dan Perancis. Gaya Arabnya dapat dilihat dengan kubah-kubah model timur tengah dan gaya Perancis terlihat dari model bangunan yang berarsitektur Perancis. Hotel bintang lima di Rabat, saya kira.
Sepanjang jalan, saya bisa melihat lahan-lahan pertanian yang mengering. Karena musim kemarau, maka banyak pohon yang meranggas. Mengering meskipun tidak mati. Andaikan kunjungan ini di musim hujan, tentu akan terlihat betapa suburnya daerah sepanjang Casablanca Rabat ini. Menurut penuturan staf KBRI, bahwa daerah ini adalah penghasil buah-buahan. Selain itu juga gandum. Padi tidak ditanam di sini. Buah-buahan, seperti jeruk, semangka, wortel, tomat, melon dan sayur-sayuran tersebut menjadi bahan ekspor ke Eropa.
Di kiri dan kanan jalan, dapat dilihat pepohonan yang masih menghijau sementara rerumputan mengering. Kalau musim hujan tentu lahan di sekitar jalan raya atau jalan tol ini menjadi hamparan yang menghijau dengan warna-warni pepohonan dan bunga-bunganya. Maroko memang tidak seperti negeri Eropa dengan cita rasa keindahan yang luar biasa. Akan tetapi satu hal yang penting adalah bahwa Maroko adalah sebuah negeri Islam dengan masyarakatnya yang agamis dan tempat peribadatan yang luar biasa banyak.
Wallahualam a’lam bia alsahawab.

Categories: Opini