• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TRADISI RIYAYAN (1)

TRADISI RIYAYAN (1)
Ternyata bulan puasa berlalu sudah. Dan sebagaimana biasanya maka bulan puasa diakhiri dengan upacara atau ibadah shalat Ied dan sebagaimana lazimnya maka masyarakat Islam pada berdatangan ke masjid atau lapangan untuk melaksanakan shalat Ied tersebut. Ada ragam baju baru, mukena baru, celana baru, perhiasan baru dan sebagainya yang mengiringi upacara Idul fitri tersebut.
Semalaman mereka melantunkan bacaan takbir dengan berbagai macam cara. Ada yang menggelar takbir di masjid, mushallah, lapangan dan juga jalan raya. Ada yang dilakukan dengan berdiam sambil membaca takbir dan ada pula yang melakukannya dengan bersepeda motor, mobil atau truk. Mereka menggemakan takbir dengan diiringi suara bedug bertalu-talu. Nuansa keriangan sangat tampak pada upacara takbiran ini.
Bahkan ada juga yang berpesta pria dengan dentuman suara mercon. Ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa riyayan tanpa mercon itu seperti keheningan malam tanpa ada suara apapun. Makanya mereka membunyikan petasan dengan berbagai ukurannya. Tua muda bahkan anak-anak bermain petasan tanpa menghiraukan keselamatan fisiknya. Makanya tidak salah jika tahun ini banyak terjadi insiden kecelakaan petasan. Bahkan yang membuat kita harus introspeksi adalah kebanyakan yang menjadi korban petasan adalah orang-orang dewasa. Seharusnya para orang dewasa menjadi teladan agar tidak bermain petasan, tetapi ternyata justru orang dewa salah yang melakukan permainan petasan itu. Ironis memang.
Di bundaran HI Jakarta, yang selama ini menjadi tempat mangkal anak-anak muda, maka dentuman petasan juga semarak. Indah memang. Kala petasan itu meletus di udara, maka bisa muncul warna-warni sebagaimana pesta kembang api yang melazimi upacara-upacara tahun baru atau lainnya.
Sebagaimana tahun baru kemarin, 01 Januari 2013, saya menyempatkan diri untuk bertahan baru di pulau Gilitrawangan di NTB. Menjelang pergantian tahu. Baru tersebut, maka kami menyaksikan pesta kembang api yang luar biasa menarik. Ada keindahan di angkasa kala petasan meletus dan membuat pijaran api yang berwarna warni. Sungguh indah. Hanya sayangnya bahwa pesta mercon di malam menjelang tanggal 01 Syawal bukanlah pesta kembang api seperti yang kita lihat. Jika dalam pesta kembang api, petasan dirancang untuk meletus di atas, maka petasan untuk haru raya kebanyakan didesain meletus di bawah. Itulah sebabnya banyak terjadi kecelakaan petasan karena persoalan ini.
Hari raya kali ini terasa lebih semarak sebab umat Islam Indonesia merayakan hati raya secara bersamaan. Meskipun awal puasanya berbeda, akan tetapi mengakhiri puasa dengan kebersamaan. Muhammadiyah yang selama ini berbeda pendapat dengan pemerintah di dalam pelaksanaan pertama puasa dan hari raya, maka pada tahun 2013 ini maka berbeda di awal akan tetapi bersamaan di akhir. Menurut penerapan badan hijab Muhammadiyah, maka puasa kali ini sebanyak 30 hari sementara badan hisab dan rukyat Pemerintah menetapkan puasa hanya 29 hari.
Makanya, haru raya tahun ini sungguh semarak. Pada waktu pagi, ada yang pergi ke masjid dan ada juga yang pergi ke lapangan. Sebagaimana diketahuinya bahwa yang bersalah Idul fitri di lapangan adalah kalangan kaum Muhammadiyah, sementara yang di masjid kebanyakan adalah kaum Nahdlatul Ulama. Meskipun tidak ada masalah tentang tempat shalat Idul fitri ini akan tetapi secara sosiologis tentu memberikan gambaran identitas tentang keNUan atau kemuhammadiyahan seorang individu. Inilah indahnya perbedaan, selama perbedaan tersebut tidak didesain sebagai instrumen untuk membuat pertentangan atau konflik.
Kami melakukan shalat Idul fitri di masjid Istiqlal. Masjid kemerdekaan. Masjid yang dididirikan semasa pemerintahan orde lama ini memang menjadi kebanggaan masyarakat muslim Indonesia. Melalui desain khususnya, maka masjid ini menjadi tempat untuk beribadah dan sekaligus juga menjadi tempat rekreasi religius bagi masyarakat Indonesia. Orang berekreasi ke Jakarta belum sempurna kalau belum mengunjungi masjid Istiqlal. Makanya, masjid ini juga selalu ramai kala musim liburan.
Shalat Idul fitri di masjid Istiqlal selalu dihadiri oleh Presiden, ibu negara, wakil Presiden beserta ibu, para pejabat tinggi negara, para menteri dan juga pejabat-pejabat pemerintahan dan masyarakat Islam Jakarta. Tidak ketinggalan juga para duta besar negara sahabat. Mereka inilah yang duduk di shaf depan di samping kiri dan kanan Presiden. Di shaf kedua inilah biasanya pejabat setingkat eselon satu duduk dan melakukan shalat. Sayapun berada di shaf kedua tersebut. Di antara mernteri yang datang adalah Suryadharma Ali, Muhammad Nuh, Agung Laksono, Syarif Hasan, Roy Suryo, Hatta Rajasa, dan juga pimpinan DPR dan DPD.
Di dalam khotbahnya, Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA menyatakan bahwa puasa dapat menjadi medium untuk meraih kemenangan, yaitu kemenangan spiritual, kemenangan emosional dan kemenangan intelektual. Melalui puasa yang dilakukan dengan penuh keimanan, perhitungan dan introspeksi diri yang matang, maka puasa akan dapat menjadi wahana untuk meraih kesabaran dan kebahagiaan.
Dengan demikian, riyayan tidak hanya menjadi instrumen untuk menahan makan, minum, bersetubuh dan perbuatan terlarang lainnya, akan tetapi juga menjadi medium untuk meraih kemenangan yang komprehensif. Oleh karena itu orang yang puasanya benar, maka akan dapat meraih kemenangan di dalam menghadapi kehidupan yang semakin keras dan kompleks.
Wallahu alam biasshawab.

Categories: Opini