PTAIN BISA (2)
PTAIN BISA (2)
Satu hal yang sungguh saya kagumi dari Presiden SBY adalah ketenangan, kearifan dan kewibawaan beliau dalam bertutur kata, bersikap dan bertindak. Ungkapan yang beliau gunakan merupakan sesuatu yang sangat terukur, sistematis dan berbobot. Ungkapan tersebut meluncur dengan teratur, tidak tergesa-besar dan memiliki makna yang sangat mendalam. Beliau tidak hanya bertutur dengan menggunakan akal semata tetapi beliau berbicara dengan hati.
Sungguh beliau memiliki ketenangan jiwa yang baik dan kemampuan mengatur irama pembicaraan yang luar biasa. Beliau tidak berbicara dengan gaya berapi-api layaknya seorang orator, akan tetapi berbicara dengan nada yang lembut dan menggunakan sentuhan hati kepada para audiennya. Jarang ada pemimpin yang memiliki kelebihan dalam membangun komunikasi dengan akal dan sekaligus dengan hati seperti beliau.
Di dalam pertemuan dengan para rektor yang tergabung dalam Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (FPTAIN), saya menangkap kesan bagaimana beliau berbicara dengan hati tersebut. Meskipun banyak tuntutan yang disampaikan oleh para rektor, akan tetapi beliau menanggapinya dengan amat tenang, logis, sistematis dan berwibawa.
Beliau sampaikan bahwa PTAIN sesungguhnya diharapkan akan dapat menjadi lokomotif bagi pembangunan bangsa. PTAIN dengan kajian-kajian keagamaannya, sesungguhnya bisa menjadi pendorong bagi kemajuan umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. PTAIN telah memiliki peran yang sangat penting bagi pemahaman keberagamaan yang rahmatan lil alamin. Islam yang tidak hanya bermanfaat bagi umat islam saja akan tetapi juga umat manusia. Secara historis bahwa PTAIN sudah memberikan kontribusi yang sangat nyata bagi pembangunan kehidupan keberagamaan di Indonesia ini.
Beliau menyatakan bahwa PTAIN harus menjadi tempat belajar bagi anak-anak Indonesia dan bahkan menjadi tempat belajar agama Islam dan juga ilmu lainnya oleh masyarakat dunia. Ke depan kita berharap agar untuk belajar ilmu agama dan lainnya tidak usah keluar negeri, akan tetapi cukup di dalam negeri saja. Kita menyayangkan bahwa ada banyak anak-anak kita yang belajar di timur tengah, kemudian mereka terlibat secara politik. Mereka ikut angkat senjata dalam peperangan yang terjadi di sana. Harapan orang tua bahwa mereka mengirimkan anaknya untuk belajar di luar negeri untuk memperoleh ilmu pengetahuan akan tetapi sebaliknya justru menghasilkan orang yang radikal dalam beragama. Kita semua tidak berharap bahwa mereka yang belajar di timur tengah kemudian menjadi agen yang akan mengembangkan agama yang radikal ini. Oleh karena itu diharapkan bahwa pemberian visa bagi mereka yang akan belajar keluar negeri agar memperhatikan terhadap isu radikalisme ini, sehingga mereka yang kita kirim belajar ke luar negeri adalah benar- benar untuk mencari ilmu dan bukan untuk terlibat di dalam politik di negara di mana tempatnya belajar.
Sekarang ini ada banyak orang yang tidak bisa bersyukur. Kita seharusnya mensyukuri tentang kemajuan demi kemajuan yang kita peroleh. Sebagai bangsa kita tentu saja merasakan bahwa ada perkembangan yang menarik akhir-akhir ini dimana Islam, demokrasi dan kemodernenan itu bisa berseiring jalan. Demokrasi kita semakin baik seirama dengan peningkatan ekonomi rakyat. Peningkatan kualitas demokrasi, peningkatan ekonomi makro itu bukan kita sendiri yang mengakui akan tetapi adalah pengakuan internasional. Kita sudah masuk negara-negara yang secara ekonomi menjadi tumpuan dunia, karena kita telah menjadi anggota G 20 dan menurut para pakar ekonomi kalau kita bisa mempertahankannya maka sekian tahun ke depan kita bisa masuk 10 negara dengan perkembangan ekonomi paling baik.
Oleh karena itu tentu kita harus bersyukur atas semua ini. Perjalanan sejarah bangsa ini masih panjang dan yang harus mengisi kemerdekaan ini juga kita semua. Makanya, ada kemajuan yang harus kita syukuri akan tetapi juga ada yang belum tercapai. Kita tidak tinggal diam dan kita akan terus bekerja keras agar perbaikan demi perbaikan terhadap yang masih belum sempurna tersebut dapat kita benahi.
Di bulan puasa seperti ini, kita menjadi sedih melihat kaum muslimin di tempat lain masih menderita. Di Mesir, Libya, Yaman, Irak dan negara-negara teluk lainnya masih dilanda ketidakmenentuan. Tentu saja puasa mereka menjadi terganggu. Ibadah mereka menjadi kurang khusyuk. Marilah kita bandingkan dengan keadaan di Indonesia, yang dalam keadaan damai, tenang dan tidak ada masalah yang sangat krusial. Oleh karena itu maka kita harus mengapresiasi terhadap pencapaian ini sebagai bagian dari ungkapan rasa syukur kita kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.
Tentang perubahan status menjadi IAIN atau menjadi UIN, Presiden SBY menyatakan agar dilakukan percepatan. Kepada dua menteri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar melakukan percepatan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan akademik perguruan tinggi agama. Supaya ada peningkatan secara berjenjang. Bagi yang sudah memenuhi persyaratan, baik akademik maupun administratif agar dilakukan percepatan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sahabat saya, Prof Imam Suprayogo tadi, demikian Presiden SBY menyatakan, bahwa perguruan tinggi agama memiliki peran penting di dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tidak hanya ilmu agama tetapi juga ilmu lainnya. Saya mengapresiasi terhadap perkembangan UIN sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Selain itu Presiden SBY juga mengharapkan agar ke depan PTAIN dapat menjadi tempat belajar tidak hanya bagi anak-anak Indonesia akan tetapi juga menjadi tempat belajar bagi mahasiswa asing, agar tradisi dan kebudayaan Indonesia dapat dipahami dan dijadikan sebagai pedoman dalam kerangka kebersamaan masyarakat dunia. Dengan cara seperti ini, maka Indonesia akan menjadi negara yang disegani dan menjadi pusar kebudayaan dunia. Semua akan bisa dilakukan dengan kerja keras dan kita pasti bisa.
Wallahualam bial shawaf.