• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

GEMPA DAN INFERIORITAS MANUSIA

 Kita sungguh tidak tahu bahwa tanggal 30 September 2009 yang bertepatan dengan 44 tahun pasca peristiwa G 30 S/PKI ternyata di Bumi Indonesia terjadi gempa bumi yang sangat hebat dan menghancurkan dua kota di Sumatera Barat. Peristiwa ini tentu sangat memilukan terutama masyarakat yang baru saja merayakan hari lebaran beberapa hari yang lalu. Di tengah kegembiraan menyambut hari raya Idul Fitri tersebut tiba-tiba masyarakat disentakkan dengan peristiwa yang sangat mengerikan, yaitu gempa bumi di tanah Si  Malin Kundang.

Dalam minggu terakhir ini, maka pemberitaan di televisi sarat dengan berita gempa bumi yang mengguncang tanah Sumatera Barat. Gempa bumi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter telah meluluhlantakkan Padang dan Pariaman, dua kota yang sangat dekat dengan titik gempa. Bangunan ambruk di mana-mana. Listrik padam sehingga dua kota ini menjadi gelap gulita. Telekomunikasi juga terputus sehingga kontak dengan dua kota itu juga tidak dapat dilakukan. Sampai dengan hari ke empat, jumlah korban yang meninggal sebanyak 611 orang, selain itu sebanyak 347 orang dilaporkan hilang, luka berat sebanyak 402 orang dan luka ringan 2093 orang.

Daerah Sumatera Barat memang rawan gempa. Dalam lima tahun terakhir, semenjak 2004 telah terjadi empat kali gempa hebat di tanah Minang ini. Tanggal 25 Juli 2004 terjadi gempa dengan kekuatan 7,3 SR yang terjadi di 430 km tenggara Padang Panjang di kedalaman 600 km. Kemudian 6 Maret 2007 terjadi gempa dengan kekuatan 5,8 SR dengan gempa susulan 6.1 SR dan 6,3 SR yang berpusat di 16 km barat daya Batusangkar, Tanah Datar. Tanggal 16 Agustus 2009 terjadi gempa dengan kekuatan 6,9 SR yang berpusat di Kepulauan Mentawai dan kemudian gempa yang terjadi pada  tanggal 30 September 2009 yang baru lalu.

Kepulauan Indonesia memang rawan gempa. berdasarkan kajian yang dilakukan oleh para ahli dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) , maka kejadian gempa juga akan terjadi lagi  di kawasan yang memang rawan terjadinya gempa bumi, bahkan dengan kekuatan yang lebih besar.  Dan ketepatan bahwa daerah Mentawai dan sekitarnya memang daerah yang paling rawan gempa bumi. Meskipun agak sulit diprediksi sesuai dengan nalar ilmu pengetahuan, namun demikian gempa dapat diprediksi akan terjadi berdasarkan analisis yang sangat akurat. Bahkan menurut Danny  Hilman Natawijaya, bahwa megacrush (gempa hebat) dengan kekuatan di atas 8 SR sangat mungkin akan terjadi dan menyebabkan terjadinya tsunami. 

Peristiwa alam seperti gempa tentu menyadarkan kita bahwa manusia sesungguhnya adalah makhluk Tuhan yang  lemah. Tidak ada kekuatan yang dimilikinya ketika bumi kemudian bergerak di luar kebiasaannya. Melalui patahan tanah di perut bumi, maka akan menjadikan daerah patahan dan sekitarnya bergerak cepat. Dan hanya dalam hitungan detik, maka akan terjadi kerusakan hebat yang tidak tertahankan. Dalam keadaan seperti itu, maka manusia sungguh-sungguh seperti debu beterbangan yang tidak memiliki kekuatan apapun. Nalar manusia yang biasanya memiliki kekuatan besar juga tidak akan mampu untuk berpikir. Semuanya menjadi hilang dalam sekejap. Dalam situasi seperti itu, maka antara manusia satu dengan lainnya ternyata sama, yaitu sebagai makhluk yang lemah berhadapan dengan kekuatan alam yang sangat besar.

Gempa bumi sesungguhnya masih merupakan kiamat sugra atau kiamat kecil. Al qur’an menjelaskan tentang kiamat dengan ungkapan yang sangat jelas. Di dalam surat Az-Zalsalah: 1-4 , diceritakan: ”idza zulzilatil ardhu zilzalaha. Wa akhrajatil ardhu atsqalaha. Wa qalal insanu malaha”. Yang artinya; ”Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya). Dan manusia bertanya ”apa yang terjadi pada bumi ini?.   

Teks al-Qur’an ini memberikan gambaran tentang bagaimana ketika bumi diguncangkan sebagaimana yang terjadi dalam gempa bumi. Dalam gempa bumi tersebut maka bumi seperti diputar-putar. Makanya, jika terjadi gempa maka bumi terasa oleng dengan kekuatan gerak  yang keras atau lemah tergantung dari berapa tingkat skala getaran yang terjadi. Dalam kasus gempa bumi yang terjadi di Padang maka bumi seperti diaduk-aduk. Benda-benda yang berada di tempat tertentu kemudian berterbangan dan gedung-gedung yang dibangun dengan kekuatan tertentu juga menjadi ambruk. Daerah yang terdekat dengan pusat gempa (epicentrum)  menjadi luluh lantak, rata dengan tanah.

Kita sungguh tidak tahu apakah gempa ini ”peringatan”, ”musibah” atau ”ujian” dari Allah kepada manusia, namun yang jelas bahwa ada pelajaran yang mesti diambil bahwa ternyata manusia adalah makhluk Allah yang lemah ketika berhadapan dengan kekuatan lainnya. Jabatan, kekuasaan dan kekuatan manusia tidak ada artinya di tengah kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Oleh karena itu, lantas kita harus berintrospeksi diri bahwa ada kekuatan lain yang lebih hebat dibanding dengan kekuatan manusia yang sangat terbatas.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini