TAHUN BARU 2013
TAHUN BARU 2013
Hari Ini, Selasa, adalah tahun baru Masihiyah. Tahun baru biasanya dijadikan sebagai wahana untuk beriang gembira disebabkan oleh pergantian tahun tersebut. Tidak hanya remaja dan anak-anak yang ramai-ramai meniup terompet, akan tetapi juga banyak orang tua yang secara sengaja menghabiskan malam tahun baru dengan gegap gempita. Ada yang merayakannya di rumah bersama keluarga dan ada pula yang ramai-ramai di tempat hiburan dan ada pula yang menghabiskannya di hotel dan cottage untuk menyongsong tahun baru.
Di jagat maya ini ada beberapa perayaan tahun baru. Yaitu tahun baru Miladiyah atau tahun baru berdasarkan kalender Islam yang dimulai dengan peristiwanya hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Kemudian tahun baru Masihiyah atau tahun baru berdasarkan kalender yang dibuat berdasarkan kelahiran Nabi Isa. Lalu juga ada tahun baru Cina, tahun baru Saka yang dibuat oleh Sultan Agung sebagai penanggalan Jawa dan sebagainya.
Semua kalender atau penanggalan sesungguhnya dibuat untuk memberikan pengetahuan tentang hari, bulan, tahun dan sebagainya.
Ada variasi cara orang menyambut tahun baru. Ada yang difasilitasi oleh Pemerintah, atau ada juga yang difasilitasi oleh kaum bisnis, dan ada juga yang difasilitasi oleh masyarakat. Hotel-hotel dan tempat hiburan juga seakan berlomba untuk menghadirkan nuansa berbeda menjelang perayaan tahun baru. Semua dikerahkan untuk menyongsong tahun baru. Musik, penyanyi, tari, kuliner dan sebagainya dikerahkan untuk menyambut datangnya tahun baru.
Ada dua sikap yang terlihat di dalam menyambut tahun baru. Pertama, adalah menyambut tahun baru dengan Hura-Hura, dengan semangat untuk meramaikan dengan gegap gempita tanpa ada pemikiran bahwa dengan tahun baru berarti bahwa ada perjalanan baru yang harus ditunaikan. Yang penting Happy, bagaimanapun caranya. Mereka ini menutup tahun berlangsung dan menyambut tahun baru dengan kebut-kebutan di jalan. Mereka naik sepeda motor seakan tanpa ada aturan yang harus dipatuhinya.
Mereka menjadi penguasa jalan raya. Hampir seluruh ruas jalan di kota-kota dikuasainya. Lelaki dan perempuan umur belasan tahun tanpa perasaan bersalah berkendaraan dengan berboncengan tiga, bersepeda sambil berdiri di atas kendaraannya, dan sebagainya. Mereka sama sekali tidak menghiraukan keselamatan dirinya dan juga keselamatan orang lain. Semalaman mereka berada di jalanan seakan dialah penguasa jalanan malam itu.
Yang juga merayakan dengan hiruk pikuk adalah mereka yang berada di hotel-hotel, baik hotel berbintang maupun tidak. Ada paket-paket yang secara sengaja ditawarkan untuk menarik minat penghuni hotel. Acara-acara yang berupa life music, dengan penyanyi terkenal dan juga DJ terkenal dijadikan sebagai paket menyongsong tahun baru.
Meskipun semangatnya sama, akan tetapi yang di hotel tentu jauh lebih tertib dibanding mereka yang menyelenggarakan paket hiburan di lapangan terbuka. Hampir setiap kota terdapat paket hiburan seperti ini. Bahkan kota Jakarta juga menyelenggarakan paket acara hiburan di jalan-jalan utama kota Jakarta. Ada beberapa ruas jalan yang dikosongkan dari kendaraan bermotor pada malam tahun baru. Jalanan ini diisi dengan musik, tarian, dan juga pelawak, yang digunakan sebagai tempat hiburan bagi masyarakat Jakarta.
Jakarta memang berubah di dalam menyambut tahun baru. Jakarta night festival, yang dijadikan sebagai ikon penyambutan tahun baru yang digelar di jalan utama Jakarta ternyata juga diharapkan dapat ke jadi daya tarik bagi pengunjung Jakarta di tahun baru. Bahkan hotel besar yang berada di sepanjang jalur seperti Jalan Sudirman, bundaran HI dan sebagainya juga mendukung terhadap acara ini.
Ada sebuah pertanyaan, apakah merayakan tahun baru memang harus dengan Hura-Hura, dengan mengusai jalan raya, dengan mempertaruhkan nyawa, dengan mempertaruhkan keselamatan diri atau orang lain dan sebagainya. Jawabannya tentu tidak. Namun demikian, Menyambut tahun baru dengan Hura-Hura sudah menjadi tradisi yang melekat di dalam mindset di sebagian masyarakat kita.
Tahun baru Masehi juga sarat dengan perayaan kembang api. Di pusat kota, pusat hiburan, tempat rekreasi, semuanya menyelenggarakan life music dan juga musik hingar bingar dengan DJ terkenal. Tahun baru adalah rezekinya para pesohor. Penyanyi, pelawak, MC dan lainnya seakan mendulang rejeki di tahun baru. Mereka menghibur dan sekaligus mengajak para pengunjung untuk menikmati dan menyambut tahun baru dengan kemeriahan dan suka cita. Ada yang khusus menyajikan lagu-lagu pop, Slow rock, rock dan juga musik melayu. Di hotel-hotel banyak yang mengedepankan musik-musik country yang berpusat si Amerika latin, atau musik cadas dari Amerika Serikat.
Kemeriahan tahun baru tentu tidak akan ada artinya tanpa pertunjukan spektakuler tentang pesta kembang api. Langit yang gelap tiba-tiba menjadi indah karena hentakan bunyi mercon yang diiringi dengan berderainya pijar-pijar api warna warni. Bunyi dentuman itu terus menerus bergema seirama dengan keluarnya pijar-pijar api ke langit gelap. Ada yang memang didesain dengan meluncur secara sendirian dan ada juga yang didesain agar terjadi gesekan antara satu pijar api dengan lainnya. Ketika pijar api itu bersentuhan maka lahirlah pijar api baru ang dahsyat dan menarik. Kilau warna-warni itu seakan membuat langit tersenyum karena malam kelam tiba-tiba menjadi menarik untuk dikagumi.
Bagi saya pesta kembang api adalah keindahan. Keindahan fisikal yang memang bisa menyenangkan mata dan kemudian masuk ke dalam pikiran dan bisa jadi juga menyenangkan hati. Hentakan musik yang dipandu oleh DJ terkenal dan seirama dengan pesta kembang api yang sedang berlangsung, maka bisa membuat kesenangan dan hilangnya duka. Semua berteriak dan meniup terompet. Maka ingar bingar yang bercampur dengan kebisingan dan kemeriahan bersatu memadu dalam keriangan para pengunjung yang beraneka usia.
Kedua, ada sebagian kecil saja yang menyambut tahun baru, apapun tahun barunya, dengan perenungan dan muhasabah. Dilaluinya pergantian tahun bukan dengan Hura-Hura akan tetapi dengan melakukan berbagai macam ritual yang diyakini kebenarannya. Ada yang menyelenggarakan waridan bersama, istighasah bersama, doa bersama dan sebagainya. Ada yang melakukannya dengan berjamaah dan ada yang melakukannya secara individual. Semua dilakukan dalam kerangka untuk menyambut tahun baru. Bahkan juga ada yang melakukan ritual slametan, baik yang diselenggarakan secara komunal maupun individual. Berbagai tindakan ini, sesungguhnya adalah cara untuk mengekspresikan penyambutan mereka terhadap hadirnya tahun baru dan berlalunya tahun berjalan.
Berbagai cara yang dilakukan tentu sah-sah saja, sebab tidak ada aturan yang membatasi orang untuk menyelenggarakan perayaan tahun baru. Yang tidak boleh sesungguhnya adalah ketika merayakan tahun batu lalu membuat keonaran, ketidaktentraman masyarakat dan sebagainya.
Jika penyambutan malam tahun baru dilakukan dengan tetap mengindahkan pandangan dan sikap hidup orang beragama, maka saya berkeyakinan bahwa penyambutan tahun baru merupakan sesuatu yang nikmat dan bukan sebaliknya.
Wallahu a’lam bialshawab.
