AKHIRNYA KE EROPA
AKHIRNYA KE EROPA
Sejak lama sesungguhnya saya menginginkan untuk mengunjungi beberapa negara Eropa. Di antara belahan benua di dunia ini memang yang belum saya kunjungi adalah benua Eropa. Mungkin saja sebuah keterlambatan mengingat bahwa seharusnya kunjungan ke Eropa atau negara-negara Eropa semestinya sudah saya lakukan jauh sebelumnya. Tahun lalu ketika saya masih menjadi rektor IAIN Sunan Ampel juga seharusnya ada kesempatan untuk datang ke Eropa. Akan tetapi peluang itu tidak saya ambil.
Akhirnya di penghujung tahun 2012, Pak Menteri Agama mengizinkan saya untuk mengunjungi negara Eropa, khususnya Belanda dalam rangka untuk membangun kerjasama di dalam mengembangkan pendidikan Islam di tanah air. Kunjungan ini terasa sangat spesial sebab harus dilakukan di saat pekerjaan kantor juga sangat banyak. Akan tetapi persiapan yang sudah sedemikian matang dan didukung oleh tim kerja kementerian yang sangat baik, maka penyelesaian pekerjaan tentu tidak akan menganggu hal-hal mendasar di kantor.
Kunjungan ke Eropa ini juga terasa sangat panjang dan melelahkan. Bukan karena jaraknya yang memang jauh, Akan tetapi karena harus memutar melewati banyak tempat. Karena menggunakan pesawat Qatar Air, maka konsekuensinya harus melewati Doha, ibukota Qatar. Tidak lama memang transit di Doha. Kira-kira satu jam.
Bendera internasional Qatar memang besar, jika dibandingkan dengan bandara internasional lainnya, misalnya dengan bandara internasional Juanda di Surabaya. Sebagai bandara transit di berbagai belahan dunia lain, misalnya ke wilayah Afrika dan Eropa, terasa bahwa bandara Internasional Qatar memang menyediakan fasilitas yang cukup baik. Saran transportasi yang disediakan juga tertata rapi dan tepat waktu. Penggunaan transportasi bus juga menggunakan sistem antrean yang baik. Ada dua tempat berhenti, yaitu di arrival pasenger dan transite pasenger. Meskipun jaraknya tidak jauh, akan tetapi cukup tertata kehadiran dan pemberangkatan para penumpangnya.
Sebagaimana jadwal yang sudah tertera, maka pesawat Qatar Airline yang akan membawa kami ke London juga sudah siap. Melalui pemeriksaan yang ketat, kami berangkat ke London. Perjalanan yang sangat jauh. Kira-kira tujuh jam. Badan terasa capek sekali sebab malam sebelumnya hampir tidak dapat memejamkan mata. Karena pesawat dari Jakarta berangkat jam 24.00 atau tengah malam, maka seharusnya begitu naik pesawat lalu biasa tidur. Hanya sayangnya kelemahan saya yang satu ini memang tidak biasa dihindari. Nyaris tidak dapat tidur dalam perjalanan Jakarta Doha tersebut. Saya biasanya menyiapkan animo atau bahkan obat tidur sebangsa CTM jika ingin bepergian ke luar negeri. Akan tetapi kali ini tidak menyiapkannya.
Kepergian ke Eropa ini terkesan sangat kurang di dalam persiapannya. Biasanya saya selalu well-prepare jika akan melakukan perjalanan ke luar negeri. Akan tetapi kali ini memang benar-benar serba mendadak. Malam hari akan ke Belanda, maka pagi harinya harus mewakili Pak Menteri Agama dalam acara di Pondokan Pesantren Sunan Drajat diLamongan Jawa Timur dalam acara rembuk nasional pimpinan Pondokan Pesantren SE Indnesia dalam tema Pengembangan Ekonomi Pesantren yang digagas oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat bekerja sama dengan Kementerian agama dan kementrian terkait. Makanya kami juga harus mendadak kembali ke Jakarta untuk urusan kepergian ke Belanda tersebut.
Meskipun harus berlari-lari tetapi saya merasa sangat gembira sebab saya bisa mewakili PAN Menyeri Agama dalam acara yang sangat penting, yaitu pembicaraan tentang masa Depan pesantren sebagai lembaga keagamaan yang tidak hanya menyajikan menu mengaji kitan dan pembelajaran keagamaan lainnya, akan tetapi juga mencandra peran pesantren yang lebih luas, yaitu pesantren sebagai pesat pengembangan ekonomi kerakyatan.
Perjalanan ke London tentu sangat melelahkan sebab selain memang waktunya panjang juga badan terasa sangat lelah. Sebagaimana yang sering saya tulis bahwa kelemahan saya yang mendasar dalam perjalanan ke luar negeri adalah karena kesulitan untuk tidur atau istirahat di pesawat. Saya menjadi teringat ketika harus perjalanan panjang ke Canada sekian tahun yang lalu dan juga ke Amerika Serikat tahun belakangan, maka sepanjang perjalanan juga tidak bisa memejamkan mata. Itulah sebabnya ada perasaan malas ketika harus bepergian ke luar negeri.
Namun demikian kunjungan ke luar negeri tentu harus dilakukan, sebab sebagaimana sering saya nyatakan bahwa kunjungan ke luar negeri sesungguhnya memanggul makna penting yaitu untuk mengembangkan mimpi. Bukankah mimpi adalah sesuatu yang sangat penting bagi seorang pemimpin. Siapa yang memiliki mimpi, maka dialah yang akan bisa mengembangkan dunia ini. Hanya melalui mimpi yang bisa direalisasikan saja yang akan selalu leading di Depan, bisa menjadi one Step ahead.
Kami sampai di bandara London kira-kira jam Satu siang waktu setempat. Akan tetapi pesawat yang akan mengangkut kami ke Amsterdam kira-kira jam 17 waktu setempat. Makanya kami juga harus menunggu di bandara kira-kira 4 jam. Alhamdullilah, bahwa bandara ini sangat baik untuk istirahat. Pertokoan yang baik di sini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penumpang yang sedang menunggu ke perjalanan ke tempat lain.
Di dalam bandara yang sangat luas, ternyata memang didesain dengan berbagai pertokoan besar maupun kecil, mulai dari toko yang menyediakan bahan makanan dan minuman sampai toko barang-barang branded. Tas dengan berbagai merk juga ada di sini. Mulai merek Dior sampai Prada atau lainnya. Konon katanya juga harganya lebih murah dibanding dengan harga di Indonesia. Tas perempuan Prada yang di Plaza Indonesia seharga 40 juga dihargai hanya 20 juta. Apakah batangnya genuin atau asli. Tentu pasti. Barang-barang yang dijual di sini tidak ada barang yang berstatus kualitas dua atau tiga. Semuanya adalah barang yang memang memiliki mutu yang standard.
Sayangnya badan yang tidak mendukung untuk sekadar jalan-jalan, maka saya hanya memanfaatkan waktu menunggu dengan duduk dan ngobrol saja. Untung di dalamnya ada Cafe Starbuck yang memang di Indonesia sering saya kunjungi. Cokelat panas Starbuck adalah yang sangat saya sukai. Saya menyukai cokelat semenjak kedatangan saa ke Canada sekian tahun yang lalu. Minuman cokelat panas menjadi minuman favorit saya.
Makanya ketika saya melihat ada Cafe Starbuck, maka sesegera mungkin saya mengunjunginya. di Cafe ini maka tidak menerima uang cash. Semuanya harus menggunakan credit card. Untunglah memang saya menyiapkan kartu kredit di dalam bepergian ini. Makanya, kartu kredit ada juga gunanya di dalam perjalanan ke luar negeri. Padahal, harga satu gelas ukuran grande atau medium size, kira-kira sama dengan di di Cafe Starbuck di Jakarta. Satu gelas tersebut seharga 3,5 dolar euro atau setara 50 ribu rupiah. Samalah harganya dengan satu gelas yang sama di Jakarta atau Surabaya.
Dunia ini memang sudah menjadi satu kesatuan atau dalam bahasa akademisnya disebut dunia global atau dunia tanpa batas. Dulu tentu tidak kita bayangkan bahwa kita akan bisa meminum cokelat di berbagai negara dengan rasa dan juga harga yang hampir sama. Tetapi kini di zaman moderen ini, maka orang bisa meminum teh, cokelat, kopi dengan tante yang sama dan harga yang relatif sama.
Saya merasakan betapa mudahnya kita mengakses apa saja di tengah dunia global ini. Jadi kita tentu juga bisa untuk melihat belahan dunia lain yang disebabkan oleh mudahnya mengakses apa saja di dunia ini.
Sungguh saya beruntung sebab bisa mengakses dunia lain tersebut dengan kekuasaannya yang diberikan oleh Allah kepada saya. Impian untuk menjejakkan kaki di negeri Belanda, negeri bunga tulip yang warna warni bisa saya lakukan. Hanya sayangnya bahwa kunjungan kali ini di musim dingin, sehingga keindahan bunga tulip itu belum saya rasakan.
Wallahualam a’lam bi al shawab.
