• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERBEDAAN SEBAGAI SUNNATULLAH

Perbedaan adalah sunnatullah yang tidak bisa dihindarkan di dalam kehidupan di dunia ini. Ia merupakan keniscayaan yang memang harus terjadi. Makanya jika ada orang yang menginginkan hanya ada satu entitas saja di dalam kebudayaan, agama dan lainnya rasanya orang itu telah tercerabut dari sunnatullah yang azali sifatnya.
Memang Allah swt menciptakan makhluk di dunia ini secara variatif. Ada bermacam-macam binatang, terbagi ke dalam jantan dan betina. Manusia juga dijadikan sebagai makhluk yang bervariasi di dalam etnis, suku, warna kulit, kebangsaan, agama dan sebagainya yang menandakan bahwa kebinekaan merupakan suatu keniscayaan di dalam kehidupan di dunia ini.
Kita tentu bersyukur diciptakan oleh Allah swt dalam varian-varian yang nyata ini. Benar adanya bahwa melalui ciptaan Tuhan yang variatif ini, maka kita bisa saling mengenal satu dengan lainnya. Di Indonesia saja terdapat sebanyak kira-kira 500 bahasa dan suku bangsanya. Bayangkan di seluruh dunia, maka terdapat ratusan ribu suku bangsa dan bahasanya, sehingga antara satu dengan lainnya saling berbeda. Akan tetapi ternyata bisa juga mereka saling mengenal antara satu dengan lainnya.
Jika kita mengamati bangsa Indonesia, maka ternyata bangsa ini memiliki kebinekaan yang sangat jelas. Melalui pulaunya yang sebanyak 17 000 pulau lebih, maka bisa dibayangkan bagaimana varian di dalamnya. Tentu ada sejumlah perbedaan yang luar biasa dari varian tersebut.
Akan tetapi untungnya bahwa kita memiliki common platform yang bisa mempersatukan perbedaan tersebut di dalam bingkai negara yang berbasis pada kesatuan dan persatuan bangsa. Bentuk negara yang disebut sebagai negara kesatuan atau NKRI adalah berkah bagi bangsa ini. Artinya bahwa melalui NKRI itulah kita bisa merajut persatuan dari keanekaragaman suku bangsa Indonesia ini.
Memahami perbedaan bukanlah sesuatu yang mudah. Untuk melakukannya diperlukan suatu kelapangan hati di dalam memahami perbedaan tersebut. Jika perbedaan tersebut hanya karena faktor fisik, maka masih mudah untuk dipahami. Akan tetapi jika perbedaan tersebut terkait dengan paham dan keyakinan keagamaan maka tentu sangat tidak mudah.
Bagaimana orang harus memahami bahwa ada keyakinan yang dianggapnya sebagai ajaran yang sesat atau ajaran yang terlarang dan ajaran tersebut harus ditoleransinya karena faktor kemanusiaan. Bagaimana orang harus menoleransi ajaran agama lain yang terang-terangan dinyatakan sebagai ajaran yang tersesat dan menjadi musuhnya. Inilah problem tentang the ultimate concern di dalam agama. Agama selalu mengajarkan kebenaran absolut yang tidak bisa dinegosiasikan kebenarannya.
Setiap agama mengajarkan tentang kebenaran absolut itu. Kebenaran Islam adalah absolut. Demikian pula agama lainnya. Maka ketika setiap agama mengajarkan kebenaran yang absolut, maka akan sangat mungkin terjadinya gesekan-gesekan yang disebabkan oleh absolusitas ajaran agamanya masing-masing.
Untuk memahami perbedaan maka hanya ada satu hal yang mendasar, yaitu bahwa manusia memang diciptakan Tuhan dalam varian yang nyata. Di dalam hal ini, maka truth claimed tentang kebenaran mutlak harus ditempatkan di dalam kerangka kemanusiaan yang memiliki variasi tersebut. Marilah kita letakkan truth claimed tersebut di dalam bingkai perbedaan kemanusiaan yang memang dikehendaki oleh Tuhan. Bukankah jika Allah mau maka semua akan bisa dijadikan menjadi satu entitas yang sama. Akan tetapi Allah memang menghendaki agar ada varian di dalam kehidupan ini, sehingga sunnatullah tersebut terjadi secara nyata adanya.
Memahami perbedaan dengan demikian bukan berarti meletakkan perbedaan tersebut di dalam melting pot dan lebur menjadi satu, akan tetapi tetap ada perbedaan, hanya saja kita menyadari bahwa perbedaan bukan untuk dinihilkan akan tetapi dijadikan sebagai mitra untuk saling menguatkan.
Jadi dengan memahami bahwa perbedaan bukan harus dinihilkan, maka kita sesungguhnya telah berupaya untuk memahami perbedaan tersebut dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk bekerja sama.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini