• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PENDIDIKAN BERBASIS KOMUNITAS

Kita sering membanggakan pendidikan luar negeri, seperti Australia, Singapura, Korea Selatan dan sebagainya karena kehebatannya di dalam merancang pendidikan berbasis vokasional. Artinya bahwa seseorang tidak diarahkan untuk memasuki pendidikan akademik jika yang diinginkan memang untuk kepentingan bekerja. Jadi pendidikan memang menjadi instrumen untuk bekerja.
Hal ini memang berbeda dengan Indonesia yang di dalam kenyataannya lebih mengedepankan pendidikan akademis. Banyak lembaga pendidikan yanh bersearah dengan kepentingan mencetak sarjana di dalam berbagaj keahliannya. Gelar kesarjanaan lalu menjadi impian bagi banyak anak muda.
Akan tetapi kenyataannya bahwa ijazah tidak cukup ampuh untuk menjadi instrumen bekerja. Ada banyak ijazah yang kemudian tidak laku di pasaran kerja. Ijazah yang diperoleh tidak match dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Akibatnya banyak pengangguran tenaga terdidik di Indonesia.
Itulah sebabnya bahwa ada banyak keinginan untuk merumuskan pendidikan yang disebut sebagai Community College yang nantinya diharapkan akan menjadi sarana bagi pendidikan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Konsorsium perusahaan bisa mendirikan Community College untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya.
Perusahaan yang sejenis akan bisa secara bersama-sama untuk mendirikan lembaga pendidikan untuk pemenuhan tenaga kerja. Melalui cara seperti ini, maka pendidikan akan bisa sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Oleh karena itu maka bangunan kurikulum dan lingkungan pendidikan akan dapat diserasikan dengan kepentingan pekerjaan.
Di dalam hal ini, maka lembaga pendidikan benar-benar didesain untuk kepentingan mengisi lowongan dunia kerja. Yang diperlukan bukan gelar kesarjanaan akan tetapi adalah keahlian untuk bekerja sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Mungkin salah satu kelemahan yang diderita oleh dunia pendidikan kita adalah semakin banyaknya lembaga pendidikan yang mengusung konsep pendidikan ilmu sosial dan humaniora ketimbang pendidikan ilmu eksak yang di dalam banyak hal lebih relevan dengan dunia pekerjaan.
Memang harus diakui bahwa untuk mengembangkan pendidikan eksak jauh lebih rumit ketimbang mendirikan pendidikan berbasis ilmu sosial dan humaniora. Diperlukan infrastruktur yang jauh lebih rumit. Artinya, bahwa mendirikan program studi ilmu sosial dan juga humaniora akan jauh lebih terjangkau. Namun akibatnya adalah kurang relevannya lulusan dengan kebutuhan dunia pekerjaan.
Namun demikian bukan berarti bahwa pendidikan ilmu sosial dan humaniora tidak penting, akan tetapi kiranya memang diperlukan kearifan di dalam mengembangkan program studi yang lebih marketabel.
Kiranya memang dibutuhkan analisis kebutuhan di dalam kerangka untuk memetakan kebutuhan akan sebuah lembaga pendidikan.Hingga hari ini saya kira belum ada peta tentang relevansi lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan tenaga kerja. Seharusnya ada sebuah studi berskala makro untuk memetakan seberapa perbandingan antara jumlah lulusan perguruan tinggi dalam berbagai variannya dengan keperluan tenaga kerja yang membutuhkan lulusan pendidikan tinggi. Seharusnya ada studi makro seperti ini dan kemudian dijadikan sebagai kerangka untuk merumuskan kebijakan makro pendidikan.
Jika hal ini tidak dilakukan, maka kita tidak akan memiliki kebijakan yang relevan dengan tuntutan tenaga kerja di satu sisi dengan pengembangan pendidikan di sisi yang lain. Jadi memang dibutuhkan kebijakan yang relevan dengan arah pembangunan pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini