• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MULUDAN DI ISTANA

Sebagai pejabat, maka ini adalah kali pertama saya mengikuti upacara kenegaraan, yaitu upacara kenegaraan, Maulid Nabi Muhammad saw di Istana Negara. Acara ini dihadiri oleh Presiden beserta Ibu, Wakil Presiden beserta Ibu, dan seluruh menteri Kabinet Indonesia bersatu kedua, para duta besar negara sahabat, para pejabat eselon satu dan dua dan juga para ulama dan kyai yang memang diundang untuk acara ini.
Sebagai acara kenegaraan, maka dapat disaksikan bagaimana kehikmatan acara ini. Dimulai dengan pembukaan, bacaan ayat Suci al-Qur’an, lalu dilanjutkan dengan pembacaan Hikmah Maulid Nabi Muhammad saw oleh Prof. Dr. Makmur Syarif, Rektor IAIN Padang, sambutan Menteri Agama RI, lalu bacaan Kitab Suci dan diteruskan dengan sambutan dan arahan Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono. Acara yang dilaksanakan di Istana Presiden ini memang berjalan lancar dan tertib.
Ada hal yang sangat menarik dari arahan Presiden tentang keteladanan Nabi Muhammad saw, kebinekaan bangsa dan kerukunan umat manusia. Disampaikan oleh
Presiden bahwa Nabi Muhammad adalah teladan agung bagi seluruh umat manusia, beliau mengajarkan agama Islam yang berarti agama yang mengedepankan keselamatan dan perdamaian. Islam begitu concern terhadap perdamaian itu, sehingga bagi masyarakat Madinah yang kala itu sangat plural, maka Nabi Muhammad membuat perjanjian damai, yang dikenal sebagai perjanjian Madinah atau Piagam Madinah.
Melalui Perjanjian ini, sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad saw telah membangun kesepahaman dalam relasinya dengan umat lain, etnis lain, suku lain yang masing-masing memiliki keyakinan dan tradisi berbeda-beda untuk menjadi satu kesatuan kewargaan meskipun bukan satu kesatuan keagamaan.
Bagi bangsa Indonesia yang plural, maka meneladani terhadap kepemimpinan dan kehidupan Nabi Muhammad saw adalah sebuah keharusan. Sebab bagi bangsa yang plural seperti ini, maka memahami bahwa ada umat lain dengan keyakinan lain dan bersuku atau beretnis lain adalah satu keharusan jika kita menginginkan perdamaian ada di negeri ini. Sebab hanya dengan pemahaman yang benar terhadap adanya komunitas lain saja merangkai perdamaian yang berujung kepada keselamatan akan bisa ditegakkan.
Akhir-akhir ini banyak kejadian yang dialami oleh bangsa Indonesia. Yaitu berbagai tindak kekerasan yang dikaitkan dengan agama. Ada sejumlah peristiwa yang dilakukan disebabkan oleh keinginan untuk menyatakan bahwa hanya mereka saja yang boleh ada, dan yang lain dienyahkan. Sikap intoleransi ini tentu tidak televan dengan ajaran Nabi Muhammad saw yang mengajarkan toleransi yang baik.
Toleransi yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw bukan toleransi keyakinan beragama akan tetapi toleransi sosial atau toleransi kemanusiaan. Agama tidak bisa dicampur menjadi satu satu kesatuan sebab masing-masing agama memiliki prinsip yang berbeda yang tidak mungkin dipersatukan, akan tetapi bahwa agama tetap mengajarkan persaudaraan berdasar atas kemanusiaan.
Oleh karena itu, perlu kita luruskan paham keagamaan kita dengan mencontoh beragama sebagaimana dilakukan oleh Nabi Muhammas saw. Yang akan membuat imej baik tentang agama kita adalah kita semua. Makanya jika kemudian ada konflik intern atau antar umat beragama, maka yang akan dituding adalah kita semua juga.
Oleh karena itu, maka marilah kita hindari kekerasan agama dalam bentuk perusakan, penghancuran dan juga terorisme di kalangan kita agar imej tentang agama di Indonesia akan menjadi lebih baik.
Sekali lagi marilah kita teladani kehidupan Nabi Muhammad saw karena sesungguhnya beliau adalah teladan yang baik. Hanya dengan meneladani Beliau maka kita akan menjadi contoh bagi umat Islam di lain tempat.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini