PARADIGMA BARU HUMAS
Di era penguatan kelembagaan, maka peran hubungan masyarakat (humas) menjadi sangat vital. Hal itu disebabkan betapa pentingnya membangun imaje bagi lembaga dalam kaitannya dengan paradigma baru pelayanan berbasis pelanggan. Humas yang di dalam konsep semula adalah public relation, maka sesungguhnya perannya adalah untuk mengkomunikasikan lembaga dimaksud dengan publik atau masyarakat. Sehingga humas menjadi garda depan bagi lembaga untuk mengintrodusir apa dan bagaimana lembaga tersebut terkait dalam relasinya dengan masyarakat.
Dewasa ini peran humas sungguh sangat sentral. Dikenal atau tidaknya sebuah lembaga sangat tergantung kepada berperan atau tidaknya humas. Dalam kaitan ini maka ada humas yang berperan internal dan eksternal. Humas internal terkait dengan bagaimana humas menguatkan identitas dan rasa memiliki terhadap lembaga, membangun kesadaran dan dedikasi internal dan eksternal tentang pentingnya lembaga bagi para karyawan. Sedangkan humas eksternal berfungsi untuk menggaet relasi dengan dunia di luar lembaga dan juga masyarakat luas. Humas eksternal berfungsi untuk mengekpose berbagai hal yang terkait dengan eksistensi, fungsi dan produk lembaga bagi masyarakat secara luas.
Menurut teoretikus ilmu sosial, George Lukacs, bahwa dunia dibangun di atas imaje. Itu berarti bahwa siapa yang berhasl membangun imaje maka dialah yang akan menguasai dunia. Makanya di dalam dunia bisnis, lalu ada survey pelanggan, survey produk, survey kepuasan pelanggan, survey kebutuhan pelanggan dan sebagainya. Di dunia politik ada survey pemilih, survey akseptabilitas calon pejabat politik, survey parpol dan sebagainya. Semua ini dilakukan untuk memahami respon sosial terhadap kepentingan lembaga.
Humas masih sering diartikan secara secara sempit. Yaitu sekelompok kecil orang dari suatu lembaga yang ditugaskan oleh pimpinan untuk menghandle arus informasi baik ke dalam maupun keluar. Kelompok ini dipimpin oleh public opinion officer yang tugasnya terkait dengan kehumasan. Yang semacam ini disebut sebagai humas tradisional-statis.
Dewasa ini, humas lebih bercorak modern-dinamis. Yaitu humas yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat perkantoran dan terdiri dari sekelompok orang. Setiap orang yang berada di dalam lembaga hakikatnya adalah humas lembaga. Sehingga seseorang di dalam forum dan kapasitas apapun yang bersangkutan akan menjalankan fungsi kehumasan. Oleh karena itu, semua elemen, pimpinan dan staf, adalah orang yang memiliki fungsi untuk mengkomunikasikan lembaganya kepada khalayak luas.
Bagi insitusi pendidikan tinggi, maka dosen, mahasiswa, karyawan dan pimpinan institusi pendidikan hakikatnya adalah humas lembaga. Maka ketika yang bersangkutan menulis di media, berbicara di forum dan kegiatan apapun harus berada dalam koridor kelembagaan. Artinya yang bersangkutan harus mengatasnamakan lembaganya sebagai bagian dari menjalankan fungsi humas kelembagaan. Dengan menggunakan paradigma baru kehumasan seperti ini, maka setiap orang yang terlibat di dalam lembaga akan memiliki tanggungjawab untuk membesarkan lembaganya melalui bangunan imaje yang dibuatnya.
Di tengah arus informasi seperti ini, maka tidak ada orang yang berpendidikan akademis tinggi yang tidak dapat menyalurkan gagasannya melalui media. Apapun medianya. Bisa surat kabar, majalah, jurnal, blog, email, facebook dan sebagainya. Maka media ini akan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan imaje bagi institusinya. Dewasa ini orang dimanjakan dengan arus informasi yang luar biasa. Oleh karena itu, tentu tidak boleh ada dosen atau karyawan yang tidak melek teknologi informasi. Jika itu terjadi maka dia termasuk kelompok new illiterate atau buta huruf baru.
Saya merasa berbangga sebab semakin banyak warga IAIN Sunan Ampel yang mampu menulis di media massa. Ada Abd A’la, Masdar Helmy, Ahmad Muzakki, Chabib Musthofa, Biyanto, Wasith yang sering menulis di koran. Kemudian Ahmad Zahro, Faishol Haq, Moh. Ali Azis yang sering memberikan konsultasi di mingguan Islami. Di kalangan mahasiswa juga terdapat nama Syaiful A’la. Belum lagi para dosen yang aktif menulis buku. Mereka adalah orang yang membesarkan nama IAIN Sunan Ampel.
Melalui kesadaran paradigma baru kehumasan tersebut, saya berkeyakinan bahwa IAIN Sunan Ampel akan menjadi lembaga yang memiliki imaje yang baik di kalangan masyarakat sekarang dan yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.