• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SEKALI LAGI TENTANG ILMU AGAMA

Saya masih akan menulis lagi tentang ilmu agama. Saya merasakan bahwa pertanyaan apakah ada ilmu agama, sungguh-sungguh mengusik saya sebagai mantan Rektor IAIN dan sekarang menjadi Dirjen Pendidikan Islam untuk menyampaikan keada khalayak meskipun dalam jumlah tetbatas tentang “What is science of Religion”.
Saya merasa terusik sebab sudah sekian panjang para ahli ilmu agama itu betjuang dan megembangkan ilmu agama, khususnya Islamic studies dan bahkan Islamic studies multidispliner akan tetapi masih ada yang mempertanyakannya sedemikian rupa. Pertanyaan itu terasa mengejek para ahli ilmu agama bahwa seakan-akan usaha mereka untuk mengkaji secara konsisten tentang ilmu agama itu tidak memperoleh pengakuan.
Memang di dalam pembagian atau pembidangan ilmu di Indonesia ini banyak dipengaruhi oleh pikiran sekuler. Yaitu pembidangan ilmu dengan tiga bidang saja, yaitu natural scince, social science dan culture and humanities. Ilmu agama di dalam pandangan ini termasuk ilmu yang berada di dalam culture and humanities tersebut. Pada tahun 1990 ketika saya belajar etnografi, maka oleh Prof. Parsudi Suparlan, guru besar Antropologi UI maka juga diajarkan tentang pembidangan ilmu dengan tiga ranah itu. Maka ketika itupun saya terpengaruh untuk menyatakan bahwa pembidangan ilmu ya hanya tiga itu. Pengaruh pemikiran barat tentang pembidangan ilmu ini tentu masih berlangsung hingga sekarang.
Makanya jika tim ahli DPR RI dan Panja DPR RI untuk RUUPT juga menvantumkan rumpun ilmu itu hanya humaniora, teknologi, ilmu sosial, teknologi, dan seni maka sesungguhnya pikiran itu juga dipengaruhi oleh cara berpikir sekular dan barat dengan pembidangan seperti itu. Agama dimasukkan di dalam humaniora yang sejajar dengan rumpun humaniora.
Saya merasa bahwa rumpun ilmu yang menempatkan ilmu agama dalam bidang humaniora sesungguhnya adalah cara untuk mereduksi bahwa agama adalah sebagaimana dunia seni, sastra dan sebagainya, sehingga tidak diperlukan satu rumpun ilmu tersendiri dengan kekhasan ilmu agama. Memang sebagaimana dikemukan oleh Prof. Amin Abdullah, bahwa ilmu agama itu menempati dua ruang penting yaitu normatif dan historis. Yang normatif terkait dengan dogma dan bagaimana menafsirkan dorgma tersebut di dalam kehidupan manusia pemeluknya, sedangkan di sisi lain adalah historis terkait dengan perjalanan kesejarahan agama baik dalam aspek sosiologis, antropologis maupun kesejarahannya sendiri.
Oleh karena itu, seharusnya kita lakukan perumusan pembidangan atau merumuskan rumpun keilmuan ala Indonesia yang tidak terkooptasi sedemikian rupa dengan pembidagan dan perumusan ilmu berdasar atas konsepsi orang barat. Caranya adalah dengan merumuskan sasaran kajian yang secara umum berbeda, yaitu ada ilmu yang sasaran kajiannya adalah masyarakat dan seluruh kemanusiaannya, ada ilmu yang sasaran kajiannya adalah gejala kealaman yang konstan, ada ilmu pengetahuan yang menentukan bahwa sasaran kajiannya adalah kreativitas manusia dalam menafsirkan dunianya dan ada ilmu pengetahuan yang sasarannya adalah agama sebagai teks suci yang bermula dari wahyu Tuhan.
Dengan demikian, maka rumpun ilmu itu lalu menjadi : humaniora, ilmu sosial, ilmu alam, dan ilmu agama. Melalui pembagian baru ini, maka posisi ilmu agama menjadi sejajar dengan ilmu sosial dan ilmu alam dan tidak menjadi bagian dari humaniora.
Jadi ilmu agama memperoleh posisioning yang tepat, sebab menjadi rumpun tersendiri yang jelas berbeda dengan pembidangan yang dibuat oleh dunia barat.
Melalui pemosisian seperti ini, maka ke depan akan bisa dihadirkan pengembangan ilmu agama yang lebih komprehensif dan bervariasi. Sejarah yang telah ditorehkan oleh PTAIN dalam pengembangan Islamic Studies Multidiscipliner yang semakin kuat juga akan diperoleh di masa depan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini