• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEYAKINI KEBERADAAN ILMU AGAMA

Saya masih akan menulis tentang ilmu agama, ada atau tidak ada. Saya sungguh tertarik untuk menulis hal ini mengingat bahwa membincang tentang keberadaan ilmu ini sungguh sangat mendasar.
Kajian tentang ilmu agama sudah berakar di dalam tradisi keilmuan apakah di barat atau di timur. Jika di barat adalah berbasis pada agama Kristiani, sedangkan di dunia timur tentu saja terkait dengan agama-agama timur seperti Islam, Budha, Hindu, Shinto dan sebagainya.
Di dunia barat, maka kajian theology sudah berkembang sangat lama. Di era filsafat skolastik atau era sebelumnya, maka kajian tentang agama menempati masa yang sangat subur. Ada memang yang kemudian bergerak ke arah penguatan keyakinan agama akan tetapi juga tidak jarang yang justru menghasilkan kebalikannya. Akan tetapi di era skolastik, maka kajian theologi memang lebih diarahkan kepada keinginan untuk memperkuat keyakinan keagamaan.
Kajian tentang keislaman juga merebak luar biasa terutana di era kekhalifahan Islam Abbasiyah. Kita tentu mengenal nama-nama hebat di dalam kajian dan pengembangan ilmu-ilmu keagamaan. Saya menggunakan istilah ilmu keagamaan untuk menandai pengembangan ilmu yang merupakan dan berbasis pada gejala-gejala alam atau ayat-ayat kauniyah. Melalui pengembangan ini, maka muncullah ahli ilmu pengetahuan seperti al-kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, al Khawarizmi, dan sebagainya. Mereka mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pembacaannya terhadap gejala alam yang dijelaskan di dalam al Qur’an.
Tentang ilmu agama juga berkembang sangat mantap tentang ilmu kalam atau theologi, ilmu fiqih, ilmu tafsir, ilmu hadits dan sebagainya dengan berbagai cabangnya. Ilmu tafsir misalnya terdeferensiasi ke dalam berbagai variasi demikian juga ilmu hadits. Semuanya mengacu kepada teks suci al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam. Pengkajian ini terus berlangsung hingga sekarang dan audah menghasilajnribuan tesis dan disertasi program pascasarjana di berbagai UIN dan IAIN juga menggambarkan gelegak pengembangan ilmu agama atau ilmu keislaman, baik yang murni maupun yang multidispliner.
Namun demikian, di dalam forum Panja RUUPT tersebut ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang guru besar tentang apakah ada obyek materia ilmu agama. Sebuah pertanyaan dari seorang guru besar yang memang sungguh tidak paham tentang ilmu agama. Pertanyaan ini dapat dijawab melalui sebuah contoh tentang bagaimana ilmu tafsir ada di dalam Islam. Ilmu tafsir adalah ilmu keislaman yang mencoba untuk menafsirkan al-Qur’an melalui metodologi yang sahih. Tafsir al-Qur’an berada di dalam kawasan kemanusiaan dan bukan berada di alam wahyu yang suci dan disucikan.
Lalu yang menjadi kajian atau obyek materia ilmu tafsir adalah teks al-Qur’an yang tertulis di dalam mushaf al-Qur’an. Makanya ilmu tafsir memiliki varian yang banyak sebab dia adalah hasil tafsiran manusia tentang kitab suci. Di dalam tradisi barat didapatkan metode penelitian hermeneutika atau kajian teks terhadap kitab suci dan kemudian diperluas menjadi kajian terhadap teks sosial, maka di dalam Islam juga didapatkan tradisi tafsir, dan sebagainya.
Untuk memahami bagaimana kita melakukan shalat, maka harus ada kajian keilmuan yang membahasnya, maka lahirlah ilmu fiqh yang merupakan bidang kajian tentang penentuan hukum-hukum agama. Shalat tidak dibahas secara rinci di dalam al-Qur’an, akan tetapi diperjelas oleh hadits Nabi Muhammad saw dan kemudian hukum-hukumnya ditentukan oleh para ahli fiqih atau fuqaha’ sehingga akhirnya kita bisa melakukan ajaran agama sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw.
Jadi kalau masih ada seorang guru besar yang meragukan keberadaan Ilmu Agama, maka saya sungguh tidak tahu, bagaimana cara memahamkannya. Sebab saya yakin bahwa seorang guru besar pastilah memiliki kecerdasan lebih dan mampu juga mengadaptasi cara pandang orang lain agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami sesuatu.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini