• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENGENANG PROF. DR. H. BISRI AFANDI, MA

Pagi tadi saya memimpin rapat koordinasi yang diikuti oleh semua jajaran pejabat di lingkungan IAIN Sunan Ampel. Tiba-tiba Prof. Dr. Saiful Anam, memperoleh informasi bahwa Prof. Bisri Afandi meninggal dunia di RS Islam Surabaya. Tentu saja saya kaget, sebab selama ini tidak pernah terdengar Beliau sakit atau sekurangnya mengeluh sedang menderita sakit. Kepergiannya untuk selama-lamanya terasa sangat mendadak.
Berdasarkan informasi yang saya terima bahwa beliau mengeluh dadanya sakit sekitar jam tujuh pagi dan kemudian dilarikan ke rumah sakit dan ternyata pukul 10.15 WIB beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Karena mendadaknya, maka banyak saudara dan anak-anaknya yang merasa ditinggalkan begitu saja. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Semua datang dari Allah dan akan kembali kepadanya.
Prof. Bisri Afandi adalah pengabdi ilmu pengetahuan yang luar biasa. Setelah beliau pensiun, maka tetap menjadi dosen di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan juga membimbing sejumlah mahasiswa program doktor. Saya selalu mengingat pertanyaannya yang sangat kritis di setiap ujian disertasi. Dalam hati saya bergumam, bahwa beliau adalah tipikal ilmuwan yang terus membaca. Sehingga disertasi promovendus selalu dikritiknya dengan kritikan yang sangat tajam.
Beliau dilahirkan tanggal 17 Mei 1939 dan meninggal tanggal 5 Januari 2012. Jadi berusia 72 tahun. Meskipun usianya sudah tua, akan tetapi wajahnya mengesankan usianya jauh lebih muda. Bahkan juga masih menyetir sendiri mobilnya ke manapun beliau pergi. Suatu kesempatan beliau menyatakan bahwa dengan terus menyetir mobil, maka akan mengurangi kepikunan.
Sungguh bahwa meninggalnya beliau banyak membuat orang merasa kehilangan. Keluarga tentu merasakan kehilangan. Akan tetapi tidak hanya itu, IAIN Sunan Ampel, Universitas Sunan Giri, Universitas Airlangga dan juga komunitas Tarekat Syatariyah selain masyarakat lainnya juga merasa kehilangan. Program PPs IAIN Sunan Ampel kehilangan Guru Besar yang sangat potensial di dalam keilmuan Islam. Selain itu beliau juga memiliki penguasaan bahasa Inggris yang sangat baik, sebab beliau menyelesaikan masternya di McGill Canada dalam bidang Islamic Studies. Sedangkan Strata Satu dan Strata Tiga diselesaikan di IAIN Sunan Kalijaga Jogyakarta. Disertasinya tentang Ahmad Soorkati juga diterbitkan beberapa tahun yang lalu.
Beberapa tahun terakhir, beliau juga mengembangkan Ilmu Ekonomi Islam di Universitas Airlangga. Beliau oleh Universitas Airlangga diberi wewenang untuk mengembangkan filsafat Ekonomi Islam. Basis ilmu pengetahuan keislamannya digunakan untuk menjadi pendekatan bagi Ilmu Ekonomi. Beliau sangat senang dipercaya untuk mengembangkan ilmu ekonomi Islam.
Selain pernah menjadi rektor IAIN Sunan Ampel dalam satu setengah periode tahun 1987-1992, maka kemudian setelah itu menjadi anggota DPR Pusat dua periode. Setelah pensiun kemudian diberi tugas untuk menjadi Rektor Universitas Sunan Giri Surabaya dalam dua periode masa jabatan dan terakhir menjadi Direktur PPs Unsuri Surabaya.
Selain aktivitas sebagai akademisi dan pimpinan perguruan tinggi, beliau juga menjadi mursyid Tarekat Syatariyah, sehingga dalam kesempatan tertentu juga memimpin acara ketarekatan dan juga memberikan pengajian tentang tasawuf. Hari Ahad kemarin, beliau masih memberikan pengajian di Nganjuk di hadapan ribuan jamaah tarekat. Beliau memberikan wejangan tentang hakikat tasawuf kepada jamaahnya. Meskipun beliau itu akademisi, akan tetapi bisa memberikan ceramah di hadapan penganut tarekat yang kebanyakan adalah orang awam. Beliau mempu menjelaskan ajaran tasawuf dalam bahasa rakyat.
Sebagai seorang muridnya, maka ada kenangan yang tidak akan pernah saya lupakan. Sebagai seorang murid saya dipercaya untuk menjadi asistennya di dalam mata kuloah Sosiologi Agama. Saya sering diberi uang ketika saya masih menjadi asistennya. ada ungkapan yang masih terasa terngiang di telinga saya, “ini buat beli susu anakmu”. Begitulah beliau sangat memperhatikan terhadap orang yang dianggapnya pantas untuk membantunya.
Makanya, ketika saya mencalonkan diri menjadi rektor, maka beliau juga mendukung saya dengan seluruh tenaga dan pikirannya. Maka tidak ada kata yang pantas untuk saya sampaikan ketika saya diminta untuk memberikan sambutan pelepasan kecuali mengenang jasa beliau, seperti membuat masjid Ulul Albab. Jika orang merasa nyaman bershalat di masjid tersebut, maka pastilah Prof. Bisri Afandi akan memperoleh pahala dari tinggalan masjidnya itu. Demikian pula amalan lainnya.
Selamat jalan Bapak, semoga Allah memberikan tempat yang sangat layak bagi panjenengan. Allahummaghfir lahu war hamhu waafihi wa’fu anhu. Amin.

Categories: Opini