RHOMA IRAMA: MEMBANGUN MUSIK LEBIH BERADAB
Salah satu hal yang tidak dimiliki oleh pemusik lain di dalam jajaran blantika musik, khususnya di Indonesia, adalah kemampuan keberagamaan yang sangat tinggi sebagaimana yang dimiliki oleh Rhoma Irama. Kefasihannya di dalam melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan juga pemahamannya yang sangat baik tentang agamanya, maka membuat Rhoma Irama bukan sekedar penyanyi atau pemusik, akan tetapi adalah seorang da’i.
Saya memahami tentang kemampuan Bang Haji tentang agamanya adalah ketika beliau menjadi khotib di IAIN Sunan Ampel dan sekaligus menjadi Imam Shalat Jum’at. Bacaannya sangat bagus dan sangat fasih. Sehingga mendengarkan beliau berkhotbah, maka rasanya seperti mendengarkan khotib yang disampaikan oleh seorang kyai besar dan kharismatis. Jadi melihat Rhoma Irama tidak hanya dari sisi musiknya saja akan tetapi juga harus dari sisi lainnya, yaitu pemahaman keagamaan dan fungsi agama tersebut bagi dirinya dan manusia lainnya.
Penghayatan keberagamaannya dapat juga diketahui dari dzikir yang selalu dilantunkannya. Tangannya selalu memutar tasbih untuk berdzikir. Bukan untuk kesombongan akan tetapi sebagaimana yang dinyatakannya bahwa dengan tasbih yang terus dipegangnya, maka ada semacam pertautan batin dengan dzat yang Maha Kuasa, Allah swt. Tasbih adalah washilah untuk mempertautkan jiwa dengan yang Maha Suci. Jadi bukan untuk memamerkan diri tentang dzikir yang dilakukannya.
Jauh sebelum banyak orang bicara tentang multikulturalisme dan pluralisme atau keberagaman, maka Rhoma Irama sudah mendendangkan lagunya yang sangat terkenal, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beraneka ragam dalam suku, agama dan rasnya. Beliau nyatakan “seratus tiga puluh lima juta penduduk Indonesia. Terdiri dari banyak suku bangsa itulah Indonesia. Janganlah saling menghina satu suku bangsa dengan lainnya. Karena kita satu bangsa. Dan satu Bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika. Lambang Negara Kita Indonesia. Walaupun bermacam-macam aliran tetapi satu tujuan”.
Hal itu pula yang bebarapa hari yang lalu disampaikannya di dalam acara pertemuan di ruang Rektor IAIN Sunan Ampel. Beliau nyatakan bahwa beliau mendapat dorongan dari KH. Hasyim Muzadi, Prof. Dien Syamsudin dan beberapa lainnya untuk terus mengembangkan Islam yang damai, Islam yang moderat atau Islam yang rahmatan lil alamin. Baginya, Islam yang moderatlah yang akan menjadi pintu bagi masuknya perdamaian dan keselamatan dunia ini.
Sekarang ini sedang ada gerakan yang sangat kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai ladang persemaian gerakan salafi dalam berbagai bentuknya. Gerakan yang mengusung Islam dalam coraknya yang sangat eksklusif ini tentu saja akan merugikan Islam Indonesia yang selama ini menjadi ciri keberagamaan di Indonesia. Gerakan ini selalu menghembuskan “permusuhan” dengan tradisi-tradisi Islam yang sudah ada dan menjadi basis keberagamaan masyarakat Indonesia.
Saya mengamati bahwa ada konsistensi pemikiran Rhoma Irama antara dahulu dengan sekarang. Tampak tidak ada perubahan di dalam memandang keislaman dan Keindonesiaan. Keduanya tidak perlu dipertentangkan akan tetapi justru saling memberi dan menerima. Di dalam lagunya yang bernuansa “Kebhinekaan” tersebut ternyata juga masih menjadi pemikiran dan tindakanya sekarang.
Sesungguhnya ada banyak pemusik Indonesia yang memiliki talenta besar untuk menjadi agen religiositas, seperti Ebiet G. Ade atau Iwan Fals. Namun jika dilihat dari pemahaman keberagamaannya yang sangat jelas memihak kepada musik bukan hanya sekedar musik akan tetapi musik adalah medium untuk pengembangan religiositas adalah Rhoma Irama.
Ada yang lain, misalnya Kelompok Bimbo, yang juga dapat disebut sebagai pemusik yang memadukan religiositas dengan musik yang dibawakannya, akan tetapi popularitas dan kemampuannya untuk berkolaborasi dengan zamannya dan masyarakatnya tentu belum sejajar dengan Rhoma Irama. Menurut saya, Rhoma Irama memang seorang pemusik yang di dalam dirinya bergemuruh keinginan untuk memberikan nuansa religiositas yang diyakininya.
Jadi tidak salah jika saya menyatakan bahwa Rhoma Irama adalah pemusik yang mengembangkan dunia musiknya menjadi dunia musik yang lebih beradab.
Wallahu a’lam bi al shawab.