• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

UNIVERSITY OF CANBERRA

Saya merasakan bahwa kunjungan saya ke Australia kali ini sangat efektif, sebab dalam jangka waktu yang singkat kami dapat berkunjung di  lima universitas di Australia. Dan selain itu juga bisa mengikuti acara-acara penting seperti diskusi kelas dan presentasi action plan yang dibuat oleh peserta program. Acara ini juga sangat efektif, sebab hanya dalam waktu yang singkat, seminggu, ternyata para peserta dapat merumuskan action plan yang sangat memadai.

Baik peserta workshop di University of Sydney maupun peserta workshop di University of Canberra ternyata dapat menyajikan presentasinya secara sangat memadai. Ketika saya dimintai komentar oleh Richard Seymour dari  University of Sydney tentang presentasi para peserta yang tergabung di dalam tiga kelompok, maka saya nyatakan bahwa presentasi aupun materi presentasinya sangat ekselen. Saya nyatakan bahwa untuk membuat action plan, saya membutuhkan waktu 10 minggu di Lembaga Administrasi Negara (LAN), sedangkan para peserta workshop di luar negeri ternyata bisa membuat action plan dalam waktu satu minggu.

Demikian pula para peserta workshop di University of Canberra juga diminta untuk menyajikan action plannya. Mereka juga bisa membuat action plan yang baik dan memenuhi terhadap keinginan untuk mengembangkan kurikulum yang relevan dengan tuntutan ke depan. Saya nyatakan sebagai catatan bahwa action plannya memang harus diperkuat dengan tahapan-tahapan actionnya supaya lebih operasional. Secara keseluruhan bahwa pelatihan dengan tema seperti ini tentu sangat penting di masa yang akan datang.

Catatan saya yang lain adalah profesionalisme dalam penyelenggaraan acara pelatihan. Bisa dibayangkan bahwa untuk melayani peserta workshop ini, maka hanya ada beberapa orang. Untuk catering tidak diperlukan panitia, sebab sudah diserahkan kepada tenaga professional yang memang bergerak di sector itu. Berbeda dengan di Indonesia yang mesti harus ada panitian konsumsi, akomodasi dan sebagainya. Di sini hanya dua orang saja yang menjadi panitia dan satunya da naraumber tetap di dalam acara workshop ini. Ass. Prof. Jackie Walkington adalah panitian dan sekaligus narasumber utamanya. Ada efektifitas  yang luar biasa di dalam penyelenggaraan acara ini.

Kampus University of Canberra memang berada di luar kota. Dibangun di daerah Belkonen kira-kira 20 kilometer dari pusat kota Canberra. Kota Canberra memang dikenal sebagai pusat pemerintahan dan memang menjadi ibukota Australia. Sebagai kota pemerintahan, maka tentunya menjadi pusat administrasi pemerintahan. Jika Sydney dikenal sebagai kota perdagangan, maka Canberra dikenal sebagai kota pemerintahan.

Kampus University of Sydney baru didirikan pada tahun 1970-an dan sekarang terus berbenah. Bahkan juga sedang terus menerus membangun fisik kampusnya. Gedung Inspirasi atau Inspire Building, 25, adalah gedung baru dan belum digunakan untuk kegiatan akademis. Makanya, peserta program pengembangan kurikulum di sini pastilah beruntung sebab menjadi kelompok pertama yang memanfaatkan gedung ini untuk kuliah.

 

Jangan bayangkan bahwa kampus ini memiliki gedung dengan bangunan tinggi seperti di Indonesia atau seperti University of Technology Sidney (UTS) yang memiliki bangunan pencakar langit. Banyak gedungnya yang dibangun hanya dengan dua atau tiga lantai. Bangunannya pun sangat minimalis. Akan tetapi yang hebat adalah bahwa setiap fakultas pastilah memiliki gedung theater yang sangat memadai dari sisi fasilitasnya.

Ada yang belum pernah saya ceritakan adalah tentang Student Union. Maka setiap program studi memiliki student Union atau kira-kira Himpunan Mahasiswa Jurusan dan juga Himpunan Mahasiswa di tingkat universitas. Sebagaimana  di University of Sydney, maka di sini juga terdapat Student Union yang juga memiliki unit usaha. Ada kafe, mini mart dan lainnya. Tentu karena trust yang dimiliki oleh mahasiswanya, maka unit usaha ini juga berkembang. Kita boleh membandingkan dengan koperasi mahasiswa di Indonesia yang di dalam banyak hal mengalami kegagalan. Tentu ada juga yang berhasil tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Sebagai kampus yang terletak di suburb atau pinggiran kota, maka di kiri kanannya masih berupa lahan yang kosong dan hanya kelihatan rerumputan yang menghijau. Makanya juga berkeliaran dengan bebas binatang seperti kanguru dan kelinci. Mereka bebas berkeliaran di sekitar kampus tanpa ada yangmengganggu. Saya terkadang merasa iri dengan orang-orang ini. Bagaimana mereka bisa bersahabat dengan binatang, seperti burung. Tidak ada yang ditembak atau dikurung di rumah. Semuanya bebas berterbangan ke sana ke mari.

Di Indonesia, burung jalak hitam, putih dan uren, kemudian kepodang, manyar dan jowan –begitulah saya menamainya—sudah jarang atau bahkan tidak lagi didapati di desa-desa pedesaan Jawa. Ketika saya kecil dulu, masih kita dengar hiruk pikuk suaranya di pohon-pohonan dan  berterbangan di sana sini. Tidak demikian hanya di Australia. Semuanya dilindungi dan masyarakatnya juga melindunginya. Maka semua menjadi lestari.

Kiranya memang kita harus belajar pada masyarakat ini tentang kearifan lokal yang terkait dengan menjaga lingkungan agar tetap lestari kelak kemudian hari.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini