MUSIK UNTUK DAKWAH
Hari ini, 23/12/2011, IAIN Sunan Ampel kedatangan tamu yang luar biasa, yaitu Rhoma Irama, dedengkot dan master musik dangdut Indonesia dan bahkan dikenal sebagai Raja Dangdut. Ada banyak acara yang dilakukannya di IAIN Sunan Ampel, yaitu Khutbah Jum’at di Masjid Ulul Albab IAIN Sunan Ampel, sarasehan musik sebagai medium dakwah, peresmian Soneta Fans Club Indonesia Jawa Timur dan juga penandatangan prasasti berdirinya Soneta Fans Club di Jawa Timur.
Acara ini dihadiri oleh Ketua Soneta Fans Club Jawa Timur, Surya Aka, anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur dan Mantan Wartawan Jawa
Pos, Ketua PAMMI Jawa Timur, Puri Rahayu, sepuluh orang pengurus Soneta Fans Club kabupaten, pimpinan IAIN Sunan Ampel, dan mahasiswa IAIN Sunan Ampel serta masyarakat pecinta Soneta dan Rhoma Irama. Acara sarasehan ini diselenggarakan di Auditorium IAIN Sunan Ampel.
Ada yang menarik dari session presentasi yang disampaikan oleh Rhoma Irama terkait dengan pertanyaan apakah musik dapat dijadikan sebagai medium dakwah. Selama ini ada gambaran bahwa dunia musik itu adalah dunia yang rusak, dunia hura-hura, minuman keras, narkoba dan anti agama. Jika ada pemain musik yang melakukan shalat, maka dianggap aneh. Ditertawakam dan diolok-olok. Sepertinya bahwa tidak ada pengaruh agama sama sekali antara dunia musik dengan agama.
Maka, pada suatu ketika Rhoma Irama berpikir bahwa seharusnya dunia musik tidak dipisahkan dengan agama. Di dalam pementasan di Ancol, maka dia membuka lantunan musiknya dengan salam. Maka kemudian dia diteror dengan banyak cara, misalnya dilempari sandal bahkan lumpur. Jadi, tantangan untuk mengakrabkan dunia musik dengan agama ternyata sangat sulit. Bahkan orang sekaliber Gus Dur juga tidak percaya bahwa musik dapat dijadikan sebagai medium dakwah. Dunia musik adalah wilayah otonom yang tidak bisa disandingkan dengan dakwah.
Tetapi Rhoma Irana melihatnya lain. Bagi dia, bahwa musik dapat dijadikan sebagai medium dakwah. Caranya adalah dengan mengawinkan bunyi-bunyian alat-alat musik dengan syair dan lagu sehingga terjadilah prosesi untuk saling mengisi di antara keduanya. Misalnya lagu, dengan syair sebagai berikut: “Wahai manusia, jreng–jreng–jreng–jreng–jreng, hormati ibumu…..” Di dalam lagu ini, maka ada perkawinan antara alat musik dengan pesan keagamaan. Ketika dinyanyikan lagu dengan syair “Wahai manusia” lalu dibunyikan alat musiknya, maka orang akan menantikan apa pesan berikutnya, maka pesannya adalah “Hormati Ibumu”. Jadi lagu ini mengajak kita semua untuk menghormati ibu, sebagai perintah agama. Jadi tetap ada peluang menjadikan musik sebagai media dakwah. Meskipun peluang itu sangat kecil, akan tetapi jika dicarikan solusinya tentu saja bisa.
Ketika Bang Haji Rhoma Irama ingin mengembangkan dakwah melalui musik, maka dia berdoa kepada Allah, jika jalan yang ditempuh dengan menjadikan musik sebagai medium dakwah itu tidak diperkenankan oleh Allah, maka cabutlah kemampuan bermusiknya. Tetapi jika menjadikan musik sebagai medium dakwah tersebut memperoleh ridlo Allah, maka berikan kesempagan untuk mengembangkannya. Ternyata bahwa usaha untuk menjadikan musik sebagai medium dakwah tersebut dirasakannya memperoleh perkenan-Nya.
Rhoma Irama memang ditakdirkan untuk menjadi raja Dangdut dan teguh mempertahankan ideologi dangdutnya. Musik bukan hanya sarana hiburan akan tetapi juga mengandung nuansa keagamaan. Makanya, ketika musik dangdut dijadikan sebagai media erotisme oleh salah satu penyanyi, maka dia marah sebab hal itu dianggapnya sebagai merusak musik dangdut dengan selera rendah.
Kita tahu memang ada perdebatan dan bahkan ke pengadilan tentang kasus ini, akan tetapi akhirnya dipilih jalan damai. Memang Bang Haji Rhoma Irama adalah seorang pemusik namun demikian juga seorang da’i yang mengembangkan dakwahnya dengan cara yang berbeda dengan lainnya.
Jadi, Bang Haji telah membuktikab bahwa meskipun peluang untuk berdakwah melalui musik tersebut sangat kecil dan nyaris tidak kelihatan, akan tetapi dengan usaha keras akhirnya tujuan itupun dapat direalisasikan.
Wallahu a’lam bi al shawab.