• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

AGEN PENGEMBANGAN PENELITIAN AKSI

Kemarin, 04 Desember 2011, saya diminta oleh Kepala Lembaga Penelitian IAIN Sunan Ampel, Dr. Abd. Chaliq, MAg., untuk menutup acara yang sangat penting terkait dengan peningkatan kapasitas dosen di bidang penelitian, yaitu Participatory Action Research (PAR), yang diselenggarakan di Kantor Maarif PWNU Jawa Timur. Acara ini melibatkan dosen dari  PTAIN di Indonesia dan diikuti juga oleh beberapa dosen PTAIS. Acara ini adalah kerjasama antara Direktorat Pendidikan Tinggi Islam dengan IAIN Sunan Ampel yang acaranya diselenggarakan selama satu bulan.

Sebagai pimpinan PT,  maka yang pertama saya sampaikan adalah bagaimana para peserta menjadi agen pengembangan riset aksi pada masing-masing PT-nya. Oleh karena itu para peserta haruslah menyadari bahwa sebagai dosen haruslah menjadi agen di dalam  bidang keilmuan dan metodologinya yang ditekuninya. Ke depan tentu harus ada orang yang memiliki keunggulan atau ekselensi dalam bidang keilmuan tertentu sehingga akan bisa menjadi rujukan bagi yang lain.

Saya sangat mengapresiasi terhadap ilmuwan semacam Prof. Dr. Zamakhsyari Dhofier,  misalnya,  yang mengabdikan seluruh ilmunya dengan mengkaji dan meneliti pesantren. Seluruh tulisannya adalah tentang pesantren,  maka dia menjadi dikenal dan dijadikan referensi bagi generasi penerusnya yang mengkaji pesantren. Demikian pula akademisi seperti Prof. Dr. Parsudi Suparlan, maka beliau menjadi ikon bagi pengembangan antropologi di Indonesia. Demikian pula Prof. Dr. Harsya W, Bachtiar, yang juga menjadi sosiolog yang namanya sangat dikenal di dalam dunia akademik.

Di Indonesia, seorang dosen haruslah memahami dengan baik mengenai metodologi penelitian. Dan jika tidak mengenal salah satu dari  berbagai metodologi penelitian, maka dianggap dosen tersebut kurang berkualitas. Dosen harus memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian. Mungkin tidak seluruh metodologi penelitian dikuasai, akan tetapi harus ada satu atau dua metode penelitian yang sangat dikuasainya. Sehingga dosen tersebut akan dihargai sebagai dosen yang memiliki kapabilitas.

Dunia metodologi penelitian terus berkembang. Semula orang hanya memahami metodologi penelitian kuantitatif. Kemudian berkembang metode penelitian kualitatif. Lalu berkembang lagi metode penelitian campuran atau mixed methods. Makanya ada yang berujar, bahwa meneliti dengan satu metode saja sulit apalagi dengan dua metode sekaligus. Ada proses trianggulasi yang harus dilakukannya. Beberapa PTN sudah mengembangkan mixed methods ini sebagai bagian dari tugas akhir untuk menyusun disertasi. Salah satunya adalah Program Doktor Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang sudah mengembangkan mixed methods ini. Saya beberapa kali menguji disertasi dengan mixed methods di PTN ini.

Kemudian, di dalam pemecahan problem sosial kemasyarakatan juga berkembang berbagai macam metodologi penelitian. Dikenal misalnya riset aksi atau Participatory Action Research. Melalui metode ini, maka seseorang akan dapat memahami tentang bagaimana problem sosial tersebut ada dan bagaimana memecahkannya. Ada analisis kebutuhan dan kemudian merumuskan bagaimana action plannya. Peneliti dituntut terlibat di dalam proses pemecahan masalah tersebut. Makanya disebut sebagai participatory, artinya tidak hanya masyarakat yang dilibatkan di dalam prosesnya,  akan tetapi juga penelitinya.

Seirama dengan perkembangan metodologinya, maka juga kemudian dikembangkan oleh Peter Senge tentang Dynamic System Methodology, lalu dikembangkan lainnya oleh Peter Checkland yang disebut Soft System methodology (SSM). Dua metode ini dikembangkan oleh mereka yang ingin melalukan perubahan dengan melihat masalah secara holistik. Maka dikenal istilah story line dan atau rich picture untuk menggambarkan betapa ruwetnya  masalah di dalam problem sosial tersebut. Tidak ada problem tunggal, akan tetapi adalah variabilitas problem dengan berbagai penyebabnya. Maka juga dikenal istilah Causal Loop Diagrams untuk menggambarkan betapa sistemiknya problem di dalam suatu kurun dan tempat tertentu.

Oleh karena itu dosen tidak boleh berhenti untuk mengupdate ilmunya. Dia harus terus browsing informasi tentang ilmu dan metodologi yang dikuasainya tersebut.  Hari ini kita menguasai ilmu dan metodologi tertentu, akan tetapi besuk sudah terjadi perubahan-perubahan.

Jika kita sudah meneguhkan diri untuk menjadi agen pengembangan metodologi penelitian, maka tuntutan untuk update ilmu dan metodologi mutlak diperlukan. Jadi memang harus siap menghadapi perubahan demi perubahan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini